Mohon tunggu...
Ombrill
Ombrill Mohon Tunggu... Jurnalis - Videografer - Content Creator - Book Writer

Book Writer - Video Blogger - Content Creator

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Industri Baru Itu Bernama "Politictainment"

22 Juli 2018   22:11 Diperbarui: 10 September 2018   18:55 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan politik bagai "industri baru", bagi para figure publik. Hal ini terlihat maraknya sejumlah artis, bergabung di Partai Politik (Porpol). Jika sebelumnya banyak warga nyinyir, artis yang bergabung  di parpol adalah artis yang sudah tidak laku di dunia hiburan. Namun sekarang ini, banyak artis yang karirnya masih terbilang bagus (baca: masih laku), tetapi siap menjadi calon anggota legislatif (caleg).

Politictainment, begitu penulis menyebut fenomena "industri baru" ini. Yakni dunia politik yang kini bagai sebuah industri hiburan baru. Magnet Gedung MPR/ DPR begitu kuat, bagai panggung baru bagi para artis untuk mengejar menjadi anggota legistatif. Padahal, banyak sekali warga yang nyinyir, bahwa apa yang terjadi selama ini di ruang sidang, sudah bagai "sandiwara". Para politikus yang menjadi anggota, dianggap telah bermain peran dengan cukup baik. Nah, bagaimana jika kemudian yang ada di ruang sidang adalah artis, yang sudah terbiasa bermain peran? 

Politictainment bagai genre baru di dunia hiburan. Jika sebelumnya ada edutainment yang menggabungkan antara education dan entertainment; lalu infotainment (information and entertainment); dan newstainment (news and entertainment), maka sekarang giliran genre politictainment, yang menggabungkan dunia politik dan hiburan. Dengan bergabungnya dunia kutub ini, secara tidak langsung menginformasikan pada semua orang, bahwa politik itu adalah dunia yang "cair",  "lentur", asyik, dan menghibur. Semua orang bisa, artis saja bisa.

Industri politictainment ini kelak akan keren. Betapa tidak, yang muncul di ruang sidang Senayan nanti adalah wajah-wajah tampan dan cantik. Anda tahu, jarang sekali artis yang punya tampang jelek. Di dunia televisi, wajah itu nomer satu. Tidak peduli artis tersebut tidak tamat sekolah dasar; cara berbicara tidak nyambung; berasal dari keluarga tidak jelas. Yang penting, tampang keren dan cantik. Khusus perempuan,  akan semakin punya nilai plus jika body yahud. Nah, gambaran seperti itulah yang akan menghiasi ruang sidang Senayan 2019 nanti.   

Kelak jika artis-artis tampan dan cantik berseliweran di Senayan, tentu akan sangat menarik. Warga Indonesia atau penonton televisi tak akan banyak lagi melihat tampang demonstran berkulit keling yang menjadi anggota DPR, atau Bapak-Bapak berperut buncit dengan rambut uban dan kacamata tebal, maupun Emak-Emak yang bertampang jutek. Yang diundang ke stasiun televisi untuk acara talk show bukan tampang-tampang itu lagi. Ya, politictainment akan menarik dan semakin menghibur. Dan pastinya, menjadi karir baru bagi pegiat dunia hiburan.

Namun, sebelum para artis tersebut masuk ke Senayan, sebaiknya kita sebagai warga negara memeriksa terlebih dahulu idealisme ke-Indonesia-an mereka. Bukan sekadar hafal Sila Pancasila atau Lagu Indonesia Raya. Cek dan ricek dulu rasa nasionalis kebangsaan mereka. Gagasan-gagasan besar mereka tentang kemajuan bangsa ini. Jangan sampai, artis-artis ini cuma mengandalkan popularitas, apalagi masuk dunia politik gara-gara uang transfer yang diberikan parpol. Jangan sampai juga, ruang sidang cuma jadi lokasi syuting sinetron baru atau panggung musik bagi mereka. Jika ini terjadi, Indonesia bisa kiamat.

Salam Politictainment Industry!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun