Di saat Ramadhan, hampir semua stasiun televisi berburu mubaligh-mubaligh kondang. Tujuannya satu, agar para penonton terpikat dan nongkrong di stasiun televisi tersebut. Jika sudah terpikat, tentu berimbas dengan rating-share. Sebagaimana kita ketahui, rating-share masih jadi "dewa" untuk merayu agency agar mau pasang iklan di commercial break sebuah program.
Beberapa tahun lalu, saat KH Abdullah Gymnastiar masih digemari para ibu, dai ini "diperebutkan" banyak stasiun televisi. Begitu pula dengan Ustadz Jeffry Al-Buchori. Semasa almarhum masih hidup, beberapa stasiun televisi berlomba-lomba melamar almarhum, agar mau tampil di salah satu stasiun. Tentu beda dengan Ustadz Maulana, Mama Dede, atau pak Quraish Shihab. Ketiga nama dai tersebut bertahun-tahun dari Ramadhan ke Ramadhan sudah dikontrak tetap di stasiun televisi tertentu.Â
Belakangan, ada 2 dai yang tengah naik daun, dan banyak televisi yang melamar untuk bisa tampil di layar kaca mereka. Kenapa penulis katakan naik daun? Sebab, popularitas 2 dai ini luar biasa di media sosial. Setiap kali punya video kajian baru, viewers mereka mencapai ratusan ribu. Bahkan, salah seorang dai jika mengadakan tausyiah atau tabligh akbar bisa menghadirkan massa sampai jutaan orang. Dua dai yang penulis maksud tak lain adalah Ustadz Abdul Somad (UAS) dan Ustadz Adi Hidayat (UAH).
Jika UAH memilih Trans TV sebagai medium berdakwah saat Ramadhan 1439 H ini, sebaliknya UAS memilih tvOne. Dalam tulisan ini saya tidak akan menjelaskan alasan UAH pilih Trans TV. Penulis hanya menceritakan alasan UAS memilih tvOne.Â
"tvOne lebih sedikit mudaratnya dibanding tv lain," papar Faiz, Produser tvOne, ketika bertanya kenapa UAS memilih tvOne.
"Beliau merasa percuma, jika mengisi tausyiah di televisi yang cuma 1 jam, tetapi 23 jam selebihnya stasiun televisi tersebut menayangkan program yang banyak mudaratnya," ungkap Faiz lagi.Â
Maksudnya, dari 24 jam siaran, tausyiah di televisi cuma 1 jam, sementara acara yang tak sesuai dengan ajaran agama (baca: Islam), ditayangkan di televisi tersebut selama 23 jam sisanya. Acara seperti apa yang dimaksud UAS dengan mudarat? Antara lain kerap mengkampanyekan perzinahan lewat sinetron, pergaulan bebas, menampilkan artis pamer aurat, sering menyudutkan ulama dalam pemberitaan, dan hal-hal mudarat lainnya.
Tentu, prinsip UAS tersebut patut dihargai. Betapa tidak, dai yang namanya tidak masuk dalam daftar 200 mubaligh rekomendasi Kementrian Agama (Kemenag) ini semata tidak ingin mengejar materi. Artinya, sebagaimana dai-dai lain yang diberikan honor selangit, mau diperintah oleh Produser untuk melucu di depan jamaah yang ada di studio, bahkan diminta ikut joged, UAS teguh dalam prinsip. Tak juga seperti dai-dai tetap yang dikontrak stasiun televisi, UAS ogah jadi "penghuni tetap" di stasiun televisi tertentu.
UAS sepertinya punya idealisme, dimana tausyiah yang dibawakan bukan sekadar untuk mencari sesuap nasi, mengganjal durasi, pemantas saat Ramadhan, atau pengocok perut penonton di studio maupun di rumah. UAS ingin berada di stasiun televisi yang tidak banyak menyiarkan kemuradatan, sehingga tausyiahnya hanya sebentar, tetap penuh manfaat. Nah, alasan-alasan itulah yang membuat beliau akhirnya memilih tampil di tvOne di Ramadhan tahun ini.
Salam Idealis!