Mohon tunggu...
Ombrill
Ombrill Mohon Tunggu... Jurnalis - Videografer - Content Creator - Book Writer

Book Writer - Video Blogger - Content Creator

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

TVRI Got Talent

23 September 2017   12:44 Diperbarui: 23 September 2017   13:49 1175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sejumlah tayangan SEA Games 2017 beberapa waktu lalu, membuat para penonton televisi, kembali melihat wajah TVRI. Maklumlah, kita sudah tahu, televisi milik pemerintah ini berhasil manjadi salah satu pemegang hak siar ajang olahraga se-Asia Tenggara ini. Dengan membeli hak siar senilai kurang lebih 700-an juta perak, TVRI siarkan total 50 jam program SEA Games. Dari 50 jam itu, di antaranya pertandingan olahraga favorit di tanah air, yakni sepakbola.

Jika saja tak ada SEA Games (baca: pertandingan sepakbola), coba Anda jawab secara jujur, kapan terakhir Anda tertarik menyaksikan TVRI?

Di usia ke-55 tahun pada 24 Agustus lalu, ternyata belum bisa mengembalikan TVRI sebagai televisi "favorit" seluruh warga Indonesia. Saya memberikan tanda kutif pada kata "favorit", karena sebetulnya belum tentu tepat juga. Sebab, sampai dekade 90-an, TVRI masih menjadi satu-satunya televisi di Indonesia. Sehingga, mau tak mau, penonton televisi, menonton TVRI (baca: tak punya pilihan). Jika saat itu sudah ada AC Nielsen, mungkin rating-share program-program TVRI angkanya ajaib. Makanya sampai dekade 90-an, TVRI menjadi televisi "favorit".

SEA Games seperti menjadi "penyelamat" TVRI di usia senjanya. TVRI "terselamatkan" oleh momentum event tersebut, untuk merebut "kue" kepemirsasan televisi nasional, melihat TVRI. Meski uang untuk menarik pemirsa tak sedikit. Jika di atas saya sudah menyebutkan angka hak siar sekitar 700-an juta perak, itu belum ditambah dengan total biaya kru yang berangkat ke Kuala Lumpur, Malaysia, yang mencapai sekitar Rp 2,5 miliar.

Baik, sekarang kita lupakan SEA Games.

September 2017 ini, paska diangkatnya Dewan Pengawas (Dewas) Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI, TVRI tengah mencari Direksi untuk masa jabatan 2017-2022. Di judul tulisan ini, saya sengaja memplesetkan dengan TVRI Got Talent. Kenapa talent? Bakat? Jawabannya nanti ada di bawah. Yang pasti, TVRI mencari Direktur, mulai dari Direktur Utama, Direktur Teknik, sampai Direktur Pemberitaan. Pergantian Direksi ini sepertinya menjadi acara rutin per 5 tahun sekali. Jadi jangan heran, menjelang 5 tahun menjabat, ada saja Direksi yang mulai "was-was". Kenapa? Ya, bisa saja ia digeser dari jabatannya dan digantikan oleh orang lain, tapi mungkin juga ia dipertahankan.

Pencarian sudah dilakukan. Anda tahu berapa jumlah pelamar yang tertarik menjadi Direksi TVRI? SERIBU ENAMRATUS (baca: 1600) pelamar! Luar biasa banyak bukan? Tentu dari 1600 orang, banyak orang yang tak penuhi kriteria sebagai Direktur di TVRI. Sebagian ada yang nekad atau boleh kita sebut bonek, ada pula yang "orang-orang titipan". Kenapa saya katakan bonek? Sebab, mereka tak memiliki pengalaman di dunia pertelevisian, entah itu di bidang produksi, redaksi, atau keuangan dalam institusi pertelevisian. Sementara "orang-orang titipan" tak lain adalah mereka yang merasa punya backing pejabat tinggi.

Dengan alasan tak lolos administrasi, Dewas bekerjasama dengan Panita Seleksi (Pansel) -yang terdiri antara lain Riza Permadi, Nina Armando, dll- akhirnya berhasil menciutkan 1600 orang pelamar menjadi 134 orang. Orang-orang tersebut dianggap telah memiliki kapabilitas dan pengalaman di dunia pertelevisian. Makanya di antara 134 pelamar, banyak nama yang tak asing lagi di dunia televisi, khususnya di televisi swasta. Para pelamar ini telah mengikuti tes tertulis. Dalam waktu dekat, dari 134 itu akan dipilih oleh Pansel sebanyak 24 orang. Setelah terpilih, masih ada satu tahap lagi untuk akhirnya memilih 6 Direksi: Direktur Utama, Direktur Program dan Berita, Direktur Keungan, Direktur Teknik, Direktur Umum, dan Direktur Pengembangan dan Usaha.

Siapa pun nanti Direksi yang akan menjabat, tantangan ke depan sangat berat. Betapa tidak, penonton sudah terlanjur memberikan citra buruk pada TVRI. Selama menjadi praktisi di televisi swasta, setiap acara yang dibuat dan look on air-nya jelek (entah itu set, wardrobe, dll), pasti langsung diolok-olok dengan mencap sebagai "program ala TVRI". Ya, begitulah faktanya. Padahal, tak semua program TVRI jelek. 

Itulah yang menurut saya, seorang Direksi wajib punya talent atau bakat. Bakat memberikan gagasan segar pada kru, agar TVRI selalu memperlihatkan look on airdengan baik. Jika tidak punya bakat, audience share TVRI akan selama nya jeblog. Data menunjukan secara jelas, audience share TVRI pada 2016 hanya 1,2 atau setara dengan 9 juta penonton untuk 11 kota besar. Angka itu paling rendah. Sementara audince share RCTI mencapai 17.7; ANTV (14.0); atau SCTV (11.5).

Talenta lain yang wajib dimiliki Direksi adalah mengelola SDM. Nah, ini tantangan yang paling berat. Ada anekdot yang mengatakan, sejago-jagonya orang -karyawan dari stasiun televisi swasta- yang sudah senior di bidang produksi atau redaksi, tak bisa membenahi TVRI. Pola kerja TVRI dan televisi swasta jauh berbeda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun