Saya terikat sebuah janji pada salah satu pemimpin saya. Dia dahulu meminta saya untuk bisa menepuk-nepuk bahunya sebagai teman, jika ada suatu saat dirinya dirundung susah dalam mengemban jabatannya sebagai walikota.
Saya tidak tahu apakah saat ini dia sedang susah. We haven’t talk for a while. Tapi saya tahu, ada banyak pihak yang sedang menyusahkan pikirannya. Oknum-oknum partai yang rakus sedang memaksakan kepentingan politik dan memaksanya untuk bersaing memperebutkan posisi politik yang lebih tinggi. Padahal saya pribadi sih yakin-seyakin-yakinnya bahwa tidak lain yang dikejar politisi ini hanya kuasa dan uang.
Kang Ridwan Kamil, saya tidak bisa menepuk-nepu bahu akang saat ini. Tapi saya punya suatu hal yang lebih baik -sebuah memori dari tahun 2013. Tepukan di bahu dan do’a dari orang paling suci untuk akang. Silahkan diresapkan lagi. Semoga bisa menjadi pengingat dan penguat hati.
Bagi teman-teman yang lain yang juga membaca. Semoga jadi pengingat juga. Watawa saubil haq, watawa saubil sabr : Nasehat menasihati dalam kebenaran. Nasehat-menasehati dalam kesabaran.
Link Youtube : Nasihat Sang Ibunda saat deklarasi pencalonan Walikota Bandung 2013 (click here)
================
Ibunda (Ma’ci), 2013 *verbatim:
“Ridwan Kamil lahir di Bandung, digedekeun di Bandung, sakola di Bandung, dan berarti harus berbakti pada masyarakat Bandung.”
“Yang penting bersihkan hati, luruskan niat, dan niat itu semata-mata ibadah kepada Allah. Di manapun pada posisi apapun maka semua itu adalah harus merupakan sarana ibadah.”
“Kalau sudah menetapkan suatu niat, lurus niat dan baik, buleudkeun hate, kemudian Tawakal kepada Allah.”
“Walikota sebenarnya bukan suatu udagan atau harus diudag-udag sehingga tikokoroseh, tapi yang harus dicari adalah kemuliaan di sisi Allah. Siapapun kita, pada posisi apapun kita, yang harus kita cari adalah kemuliaan di sisi Allah.”