farmasi Indonesia akan impor bahan baku obat dan alat kesehatan menjadi sorotan beberapa waktu lalu. Apalagi di tengah pandemi Covid-19 seperti ini, kondisi tersebut terang saja berpotensi menjerat kita.
Besarnya ketergantungan industriLihat saja, pada pertengahan Maret lalu, Ketua Komite Perdagangan dan Industri Bahan Baku GP Farmasi Vincent Harijanto menyiratkan tipisnya stok obat di tengah pandemi.
Katanya, stok obat-obatan fast moving forward alias yang kebutuhannya besar -- seperti paracetamol, antiseptik, dan ambroxol -- hanya sampai Maret-April. Ini tentu sangat mengkhawatirkan.
Belum lagi, menurut data pemerintah, 95% bahan baku obat dan alat kesehatan berasal dari impor. Ini artinya, hanya 5% yang tersedia di dalam negeri.
Masalah bahan baku obat dan alat kesehatan impor sebetulnya bukan hal baru. Presiden Joko Widodo sempat menyoroti masalah ini dalam rapat terbatas membahas program kesehatan nasional, November tahun lalu.
Kondisi ini, tentu saja, tidak boleh dibiarkan berlama-lama. Presiden secara khusus meminta skema insentif untuk riset dan penyederhanaan regulasi.Ia juga meminta kepada perusahaan BUMN untuk segera mengembangkan industri farmasi secara mandiri.
Dalam konteks itu, PT Pertamina mulai menjalin kerjasama dengan PT Kimia Farma Tbk guna mengoptimalkan potensi nilai tambah dari pengolahan produk turunan Petrokimia menjadi bahan baku farmasi, seperti Paracetamol.
Kedua perusahaan BUMN tersebut sepakat bersinergi untuk meningkatkan kemandirian industri farmasi nasional.
Kemudian, juga membantu menurunkan defisit neraca perdagangan Indonesia di sektor farmasi, mengingat 95% dari total kebutuhan bahan baku farmasi Indonesia masih dipasok melalui impor.
Adapun kerjasama strategis itu ditandai dengan adanya penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional, Ignatius Tallulembang dan Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk, Verdi Budidarmo pada Jumat (24/7/2020).
Kesepakatan untuk menggali potensi kerjasama pengembangan industri penyedia bahan baku farmasi itu juga disaksikan oleh Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati dan Direktur Utam PT Biofarma (Persero), Honesti Basyir.