Mohon tunggu...
Rokhman
Rokhman Mohon Tunggu... Menulis, menulis, dan menulis

Guru SD di Negeri Atas Awan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

UN Paket Instan dan Keistimewaan Menuntut Ilmu

13 April 2016   19:23 Diperbarui: 13 April 2016   19:27 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi : enterteinment.kompas.com"][/caption]Ujian Nasional (UN) untuk jenjang pendidikan SMA/sederajat Tahun Pelajaran 2015/2016, telah dilaksanakan dengan lancar. UN yang selama ini menimbulkan "kegaduhan dan  ketakutan” di kalangan siswa, di Era Mendikbud Anies Baswedan  tidak terjadi. Bahkan pemberitaan seputar UN 2016 tampaknya “adem ayem” dan nyaris tak terdengar terkalahkan dengan hiruk pikuk Reklamasi Teluk Jakarta dan Sumber Waras. 

Ujian Nasional tahun ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Mendikbud Anies Baswedan, telah memutuskan bahwa Ujian Nasional tidak lagi menjadi satu-satunya penentu kelulusan siswa. Kini penentuan kelulusan siswa diserahkan kembali pada pihak sekolah dengan memperhitungkan nilai hasil Ujian Sekolah beserta komponen penilaian lainnya. Dalam penyelenggaraannya, di samping masih dengan Ujian Nasional Berbasis Kertas dan Pensil (UNKP), diselenggarakan pula UN Berbasis Komputer (UNBK). Selengkapnya tentang UN 2016 ini bisa dibaca pada tulisan Yudha Pratomo berikut

Hal berbeda justru terlihat pada pemberitaan seputar Ujian Nasional Program Kesetaraan (UNPK). Maraknya pemberitaan tentang UNPK karena dipicu kemunculan para selebritis muda yang lebih memilih Ujian Nasional Program Kesetaraan (UNPK) daripada Ujian Nasional di sekolah reguler. Fenomena terkait Ujian Nasional Program Kesetaraan (UNPK) ini bisa dibaca pada tulisan Ibu Mercy berikut

Beberapa tahun lalu, saya pernah berpengalaman mengelola program Paket C sekaligus bertindak sebagai tutor. Tahun 2002, saya pernah dikirim mengikuti Diklat Penyelenggara/tutor Paket C tingkat Provinsi Jawa Tengah di Semarang. Salah satu narasumber yang merupakan pejabat di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi Jateng waktu itu mengatakan bahwa, “Program Paket C lahir sebagai wujud dari pengembangan pendidikan berkelanjutan. Setelah adanya program Paket A setara SD dan Paket B setera SLTP muncul gagasan pendidikan persamaan SMA. Program ini yang kemudian disebut dengan Paket C”.

Lebih lanjut narasumber tersebut mengatakan: “Baik Paket A, Paket B atau Paket C pada hakekatnya untuk membantu anak-anak yang bermasalah. Masalah yang dimaksud adalah anak-anak yang karena satu dan lain hal tidak bisa bersekolah seperti layaknya anak-anak lain di sekolah formal. Bisa karena faktor biaya, kesempatan, putus sekolah dan permasalahan lainnya. Tetapi bukan berarti anak-anak yang mengikuti program paket itu tidak lebih pandai dari mereka yang bersekolah di lembaga pendidikan formal. Justru bisa jadi sebaliknya, dan mungkin suatu saat program ini menjadi pilihan”, demikian tegasnya. Dan ternyata benar tahun ini fenomena itu terbukti.

[caption caption="Dokumentasi Pribadi"]

[/caption]Ada beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi, salah satunya adalah tuntutan kesibukan khususnya bagi masyarakat perkotaan. Hal ini menyebabkan munculnya gaya berfikir yang serba instan. Faktor lain yang berpengaruh adalah sistem sosialisasi masyarakat kita. Saat ini hampir dalam berbagai aspek sosial kita lebih menekankan pada verbalisme. Sistem pendidikan nasional, juga lebih menekankan pada bagaimana ilmu pengetahuan itu dihafal oleh anak didiknya. Sehingga orientasi pembelajaran hanya menekankan pada perolehan nilai tinggi. Hal ini menyebabkan ilmu pengetahuan yang dipelajari hanya untuk kepentingan menjawab soal-soal ujian.

Maka, tidak salah jika para selebritis lebih memilih jalur UN Paket C, karena ijazahnya juga diakui sama dengan lulusan SMA reguler. Namun, terlepas dari itu baik yang memilih jalur pendidikan formal (sekolah) mapun non formal (Kejar Paket) kita hanya berharap, semoga pilihan itu dilandasi semata-mata untuk menuntut ilmu (belajar), bukan sekadar mencari selembar kertas yang bernama ijazah.

Boleh Serakah               

Belajar pada hakikatnya menuntut ilmu. Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW bersabda, “Nabi Sulaiman disuruh memilih antara harta benda, kerajaan dan ilmu. Maka dia memilih ilmu, akhirnya dia diberi pula kerajaan dan harta benda”(HR Ad-Dailami). Nabi Sulaiman di samping kaya raya, diberi kelebihan ilmu oleh Allah SWT sehingga mampu berbicara dengan bangsa jin dan binatang. Ini berarti, dengan ilmu segala sesuatu dapat tercapai, selama ia konsisten. Maka dengan konsistensi ini baik dalam menuntut ilmu atau pun mengamalkannya, secara otomatis ia akan mampu menjalankan hidup dengan baik guna tercapainya apa yang dicita-citakan.

Mencari ilmu tidak terbatas di bangku sekolah. Mencari ilmu memiliki kedudukan yang istimewa jika dibandingkan kegiatan lain. Keistimewaan mencari ilmu antara lain:

Pertama: boleh serakah. Satu-satunya kegiatan yang diperbolehkan serakah adalah mencari ilmu. Dalam menuntut ilmu kita diminta untuk melihat ke atas, artinya kita agar terpacu mencari limu sebanyak-banyaknya dan sedalam-dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun