Mohon tunggu...
Rokhman
Rokhman Mohon Tunggu... Guru - Menulis, menulis, dan menulis

Guru SD di Negeri Atas Awan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulislah Agar Kau Tetap Hidup Selamanya

20 Februari 2016   21:37 Diperbarui: 20 Februari 2016   21:45 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada pepatah mengatakan ala bisa karena biasa. Suatu pekerjaan yang tidak dibiasakan akan memberikan kesan sulit. Menulis tidak sama dengan berenang, seorang yang sudah bisa berenang tanpa sering latihan pun tidak akan tenggelam apabila ia meceburkan dirinya ke kolam. Seorang penulis harus sering dan membiasakan dirinya menulis bila ia ingin semakin mahir. Semakin rajin ia menulis dan membaca akan semakin lancar pula ia menyampaikan gagasan lewat tulisannya.

Siapapun Anda akan terjamin kelanggengan ilmu pengetahuannya apabila mampu mendokumentasikan pemikiran dalam bentuk tulisan. Tulisan adalah bagian dari tradisi modern. Sejauh mana budaya tulis hidup dalam suatu masyarakat, akan memberikan gambaran bagaimana peradaban suatu bangsa itu hidup. Dalam masyarakat primitif/tradisional yang lebih kuat adalah tradisi lisan, sehingga ilmu pengetahuan, sastra dan nilai-nilai lain hanya ditularkan dari lisan ke lisan, yang mungkin akan mengalami penambahan atau pengurangan dan yang pasti tidak ada jaminan akurasinya.

Menulis adalah memberikan warisan kepada generasi penerus yang tidak akan pernah habis. Manusia boleh mati, tetapi ide-idenya akan abadi, terus hidup dalam masyarakat apabila mampu menuangkan ide-ide itu dalam bentuk tulisan. Apabila kita mampu menuliskan ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan pengalaman hidup yang dimiliki akan bisa terwariskan kepada generasi berikutnya. Maka, agar tulisan kita mempunyai nilai manfaat bagi orang lain perlu memperhatikan empat hal sebagaimana dikemukakan oleh David E. Hensley yang perlu diingat oleh penulis atau calon penulis sebagai berikut;

Pertama; Sikap. Penulis harus memiliki sikap khusus yang berbeda dengan orang atau penulis lain. Penulis mengungkapkan sesuatu yang mungkin tidak bisa diutarakan orang lain dengan cara penulis sendiri. Sebuah karya tulis akan mencerminkan sikap penulisnya. Tidak heran meskipun penulis menggunakan nama samaran, pembaca akan mengetahui siapa nama penulis itu sebenarnya. Karya yang unik dan mandiri senantiasa menunjukkan kesegaran, memiliki nafas yang menghidupi setiap kalimat-kalimatnya. Naskah yang demikian sangat diidamkan oleh media.

Kedua; Perspektif. Seorang penulis pemula harus bersedia merendahkan hati untuk berguru kepada orang lain, lingkungan dan pengetahuan. Pandanglah ke depan. Yakinlah bahwa pohon tidak dapat tumbuh dan berbuah dalam tempo semalam. Tentu dimulai dari benih kemudian tumbuh, berbunga dan akhirnya berbuah. Dalam perjalanannya sang pohon akan melewati deras hujan dan teriknya matahari. Namun hal itu justru membuat pohon lebih cepat berbuah, lebih tegar dan lebih kuat akarnya. Cobaan itu tidak hanya sehari atau sebulan tapi bertahun-tahun. Dan, begitu pun ketika berbuah tidak semua buahnya matang di pohon. Ada yang busuk, berulat atau dimakan burung. Perjalanan penulis yang ingin sukses tak ubahnya dengan ilustrasi pohon tersebut.

Ketiga; Disiplin. Penulis yang ingin sukses mutlak tahu teori disiplin ilmu menulis. Ia harus disiplin dalam menerapkan aturan, struktur kalimat dan bentuk-bentuk yang berkaitan dengan itu. Penulis juga harus disiplin dalam bahasa. Perhatikan penggunaan ejaan dari tanda baca, penggunaan huruf kapital dan sebagainya.

Keempat; Visi. Visi dalam bahasa Indonesia berarti kemampuan melihat pada inti persoalan (sudut pandang, pengamatan). Orang yang memiliki visi berarti punya harapan. Orang punya harapan berarti memiliki tujuan dan orang yang punya tujuan luhur akan memandang jauh ke depan kepada cita-cita yang tinggi. Karena visi itulah manusia memiliki kreatifitas. Manusia yang kreatif akan selalu mencari sesuatu hal yang baru untuk mensejahterakan manusia.

Salam kompasiana!

 

Ilustrasi : blog.tokopedia.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun