Ada istilah dalam bahasa Jawa "Legan golek momongan." Artinya sudah merasa nyaman atau enak mengapa harus mencari pekerjaan yang lain sehingga tambah memberatkan. Istilah ini biasa dipakai oleh orang-orang yang tidak menyukai tantangan. Hidupnya hanya standar saja. Tidak mau keluar dari zona nyaman.
Padahal jika seseorang ingin melakukan suatu perubahan pasti ada tantangan-tantangan. Tidak mungkin semuanya berjalan mulus-mulus saja. Mungkin ada tuntutan untuk belajar lagi. Mencari sumber referensi lagi. Dan, waktunya berkurang untuk istirahat atau bercengkerama dengan keluarga.
Namun jika kita berhasil mengatasi tantangan-tantangan itu maka akan ada kepuasan tersendiri. Perubahan memang butuh kerja keras dan pengorbanan. Seperti halnya bagi guru yang juga ingin menjadi penulis.
Guru yang merangkap sebagai penulis adalah profesi yang sangat membanggakan. Tidak semua guru bisa menjadi penulis dan tidak semua penulis berprofesi sebagai guru. Menjadi guru sekaligus penulis memang gampang-gampang susah. Itulah sebabnya ada yang menyebutnya, "Legan golek momongan."
Mungkin karena mereka berpikir, untuk memenuhi tugas pokoknya sebagai guru saja sudah repot mengapa harus mencari-cari kesibukan lain sebagai penulis?
Ternyata ketika menulis sudah menjadi habituasi bagi seorang guru, menulis bukan pekerjaan yang memberatkan. Semua bisa berjalan bahkan saling mendukung. Sebab untuk bisa menulis butuh inspirasi. Inspirasi merupakan hal yang sangat penting dalam menulis.
Seoarang guru mempunyai banyak sekali inspirasi yang diperoleh di sekolah. Baik itu ketika sedang mengajar di dalam kelas, ketika melihat polah anak didik, ketika berjumpa dengan orang tua peserta didik, dan sebagainya. Seorang guru sangat kaya dengan inspirasi. Jadi, menjadi guru sekaligus penulis, mengapa tidak? Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H