Mungkin di antara sekian guru masih ada yang berpikir bahwa karier tertinggi seorang guru adalah menjadi kepala sekolah atau pengawas sekolah. Padahal kini zaman sudah berubah. Berbagai regulasi yang mengatur tentang pendidikan juga sudah mengalami perubahan.
Jika dahulu di suatu daerah ada guru yang rela mengeluarkan sejumlah uang demi jabatan kepala sekolah saat ini mungkin sudah tidak ada lagi. Bahkan di daerah saya yang saat ini yang terjadi malah sebaliknya. Guru-guru takut dipromosikan sebagai kepala sekolah karena tunjangan yang didapat tak sebanding dengan beban dan tanggung jawabnya.
Terlebih saat ini pilihan karier seorang guru tidak terbatas menjadi pejabat struktural saja. Guru dapat mengembangkan diri menjadi kreatif dan produktif tanpa kehilangan jati diri sebagai seorang guru. Menjadi seorang guru bukan penghalang untuk menapaki karir di luar kegiatan belajar mengajar.
Guru bisa menggali potensi diri dan mengasahnya agar semakin bersinar. Dengan ketekunan, jiwa ingin terus belajar, kemauan untuk berkembang dan kesempatan yang terbuka lebar bekal guru bisa memiliki karir yang gemilang. Salah satunya adalah menjadi seorang guru penulis.
Guru yang sehari-hari bergaul dengan siswa dan segala macam dinamikanya memiliki banyak peluang untuk menuangkannya ke dalam bentuk tulisan. Sayangnya banyak guru  yang memiliki pandangan yang salah (miskonsepsi) tentang menulis. Akibatnya, menulis terkesan sangat sulit.
Miskonsepsi tentang menulis yang juga banyak menjangkiti para guru diantaranya adalah:
Pertama, menulis adalah bakat. Banyak guru beranggapan bahwa menulis itu ditentukan oleh bakat seseorang. Padahal menulis merupakan keterampilan yang dapat dilatih dan diasah. Seperti halnya orang belajar naik sepeda, semakin sering mengayuh sepedanya, semakin ia lancar mengendarainya. Jika guru rajin menulis, maka peluang untuk menjadi penulis sangat terbuka lebar.
Kedua, menulis bisa instan. Menulis itu butuh proses, tidak bisa sekali jadi. Pada tahap awal mungkin akan mendapati tulisannya kurang bagus, strukturnya belum teratur, dan sebagainya. Tetapi jangan buru-buru menyerah. Baca ulang, lakukan revisi, jika perlu minta pendapat teman guru atau orang lain yang dipandang memiliki kompetensi untuk memberikan masukan.
Nah, bagi teman-teman guru yang masih ragu untuk memulai menulis, buang jauh-jauh miskonsepsi tentang menulis tersebut. Ayo, kapan mulai menulis? Kapan lagi kalau tidak saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H