Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) menjadi salah satu program andalan pemerintah melalui Kemendikbud Ristek. PGP adalah program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini dilaksanakan melalui pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan pendampingan selama 6 bulan bagi Calon Guru Penggerak (CGP).
Program ini diharapkan mampu mendongkrak kualitas pendidikan Indonesia yang selama ini mengalami kemandekan. Mutu pendidikan kita yang terpaut jauh dari negara-negara lain, mungkin menjadi alasan dicetuskannya PGP ini. Program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pedagogis guru itu menjadi salah satu episode dalam kebijakan Merdeka Belajar yang digagas Mas Menteri Nadiem Makarim.
Sebagai salah satu calon guru penggerak, saya ikut merasakan betapa program ini, unggul dalam banyak hal. Setidaknya jika dibandingkan dengan program-program pendidikan dan latihan (diklat) guru lainnya yang pernah ada selama ini. Selain durasi diklatnya yang jauh lebih lama (hingga 6 bulan), cakupan materi, hingga pola diklat-nya jauh berbeda. PGP lebih bermakna, kekinian, dan kolaboratif dengan melibatkan banyak pihak.
Dari sekian banyak pelatihan, PGP merupakan program pelatihan paket komplit yang pernah saya ikuti. PGP melibatkan banyak aktor dari mulai pengajar praktik, fasilitator, instruktur dan tentu saja panitia. Semua terlibat dalam pendampingan CGP sesuai peran masing-masing.
Di samping itu, proses seleksi calon peserta juga cukup ketat dan memakan waktu lama. Setidaknya calon peserta harus melalui dua tahapan seleksi yaitu tahap 1 seleksi administrasi dan menjawab essay dan tahap 2 praktik mengajar dan wawancara.
Calon Guru Penggerak (CGP) butuh ketekunan dan kesabaran ekstra dalam mengikuti program ini. Apalagi peserta dilarang meninggalkan kewajibannya sebagai guru selama pendidikan. Maka, kegiatan lebih banyak dilaksanakan secara daring. Dengan demikian jaringan internet kadang menjadi kendala. Jika jaringan kurang bersahabat tentu akan menjadi tantangan tersendiri.
Menjawab TantanganÂ
Namun demikian di sela-sela kesibukan mengikuti kegiatan PGP ini saya masih menyempatkan diri untuk menulis. Bahkan tidak hanya sekadar menulis tetapi saya ingin menjawab tantangan 30 hari menulis di blog kompasiana yang digagas oleh Om Wijaya Kusumah (Omjay). Omjay adalah Guru Blogger Indonesia sekaligus Kompasianer yang aktif menulis setiap hari.
Mengapa saya tertarik untuk mengikuti tantangan menulis ini? Ada beberapa alasan antara lain:
Pertama, melatih sikap konsisten. Kegiatan menulis yang dilakukan secara terus menerus bisa menumbuhkan sikap konsisten. Jika biasanya saya menulis ketika sedang ada mood, namun karena ada tantangan maka akan menumbuhkan semangat untuk menulis setiap hari. Sehari saja tidak menulis terasa ada sesuatu yang hilang.