Mohon tunggu...
Rokhman
Rokhman Mohon Tunggu... Guru - Menulis, menulis, dan menulis

Guru SD di Negeri Atas Awan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tahun 2021: Berani Menulis, Siap Dikritik

31 Desember 2020   05:08 Diperbarui: 31 Desember 2020   07:08 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti anak sekolah ketika akan naik ke kelas yang lebih tinggi harus mengikuti serangkaian tes atau ujian terlebih dulu. Jika ada anak yang naik kelas tanpa melalui tes pasti anak tersebut memiliki keistimewaan. Maka jalur yang ditempuh berbeda dengan teman-teman pada umumnya. Mungkin lewat jalur akselerasi.

Bagaimana dengan penulis? Penulis yang ingin naik level harus siap dikritik. Salah satu faktor mengapa seseorang takut mempublikasikan karya tulis karena belum siap menerima kritik. Padahal karya tulis yang dipublikasikan terbuka untuk dikritisi, dievaluasi, bahkan dicemooh oleh publik.

Berbeda dengan karya akademik yang penyebarannya terbatas sehingga pengkritiknya juga terbatas. Dengan kata lain, karya tulis yang dipublikasikan itu pengujinya banyak dari akar rumput hingga para pakar. Adapun penguji karya akademik hanya terdiri dari beberapa orang dan itupun telah dilakukan bimbingan sebelumnya.

Sikap takut atau tidak mau dikritik ini muncul karena adanya rasa kurang percaya diri. Mereka yang tidak mau dikritik berarti tidak mau maju. Sebab kita tahu kekurangan orang lain, dan orang lain lebih tahu tentang kekurangan kita. Maka semestinya kita berterima kasih kepada mereka yang mau mengkritik karya tulis kita.

Obat memang pahit, namun setelah minum obat insyaallah akan sehat. Demikian halnya dengan kritikan awalnya mungkin terasa menyakitkan namun di balik kritikan itu akan ada perbaikan. Kritikan sebaiknya dijawab dengan terus berkarya.

Bersyukurlah atas semua yang telah dilakukan, untuk semua yang sedang dikerjakan, dan untuk semua yang akan dikerjakan. Mari kita tinggalkan tahun 2020 dengan berbagai kenangan yang ada dan kita songsong tahun 2021 dengan penuh optimisme dan karya nyata.

Untuk 2021

Tahun 2020 akan segera berakhir. Kita telah melewati bersama tahun yang luar biasa ini. Seluruh manusia di jagad raya akan mencatatnya dalam sejarah sebagai tahun yang amat sulit. Tahun di mana Allah Swt utus makhluk yang amat kecil bernama korona. Namun apa yang terjadi? Makhluk super kecil ini bisa memporak-porandakan semua sendi kehidupan manusia. Bukan saja membunuh jutaan nyawa manusia, tetapi juga menghancurkan ekonomi, sendi-sendi kehidupan sosial, dunia kerja, dan sebagainya.

Setiap ada akhir, pasti akan ada awal atau yang baru. Jarak antara akhir dan awal sangatlah dekat. Namun tidak demikian dengan awal, jaraknya bisa sangat jauh dengan akhir. Selamat tinggal 2020! Segera kita tapaki cerita baru di tahun 2021.

Begitu juga cerita covid-19 semoga cepat berakhir bersamaan dengan berakhirnya tahun kembar 2020. Dan Semoga juga segera berganti cerita yg baru di tahun 2021. Semoga ceritanya indah nan bahagia. Sehat, murah rezeki dan bertambah aman dalam menjalankan ibadah.

Yuk, kita sambut 2021 dengan penuh semangat, kreatif, dan penuh kegembiraan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun