Mohon tunggu...
Rokhman
Rokhman Mohon Tunggu... Guru - Menulis, menulis, dan menulis

Guru SD di Negeri Atas Awan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Agustusan Tanpa Pajat Pinang

18 Juli 2020   10:29 Diperbarui: 18 Juli 2020   11:55 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebulan lagi Bangsa Indonesia akan memperingati ulang tahunnya yang ke-75. Peringatan tahun ini akan sangat berbeda karena masih dalam suasana pandemi. Sesuai dengan edaran Mensesneg Nomor: B-492/M.Sesneg/Set/TU.00.04/07/2020 tanggal 6 Juli 2020, bahwa berkaitan dengan situasi pandemi Covid-19, penyelenggaraan upacara peringatan HUT ke-75 RI tahun 2020 dilakukan secara sederhana baik di tingkat pusat maupun daerah.

Kemeriahan pesta warga mungkin tak akan terlihat pada momen peringatan tahun ini. Masih terngiang bagaimana teriakan anak-anak mengikuti lomba. Mulai dari lomba makan kerupuk, kelereng, injak balon, sepeda hias, panjat pinang, balap karung, dan lomba bakiak.

Masih terbayang bagaimana kelucuan bapak-bapak yang mengikuti lomba sepak bola dengan memakai daster istrinya. Juga terbayang bagaimana keseruan peserta panjat pinang yang belepotan oli bekas di sekujur tubuhnya, serta aneka kreativitas lomba lainnya.

Dalam situasi pandemi peringatan hari ulang tahun kemerdekaan akan dilakukan secara sederhana. Hiruk pikuk kemeriahan lomba tidak bisa kita saksikan. Bagi warga kampung, agustusan identik dengan panjat pinang. Dan, tahun ini mungkin akan menjadi agustusan tanpa panjat pinang pertama sepanjang sejarah.

Sebenarnya lomba-lomba yang biasa dilakukan oleh masyarakat terlihat sederhana. Namun kalau kita pelajari lebih dalam lomba-lomba tersebut memiliki peran yang signifikan dalam kehidupan bersama sebagai bangsa.

Misalnya lomba bakiak, di situ kita diajarkan bagaimana melangkah bersama untuk mencapai tujuan. Dalam lomba tersebut kita diajarkan bagaimana bekerja sama.

Melalui berbagai perlombaan anak-anak diajarkan untuk bersifat ksatria. Tujuan lomba tidak hanya menang kemudian dapat hadiah, lebih dari itu adalah anak-anak akan mendapat teman. Tidak ada musuh dalam lomba yang ada teman bermain.

Bisa kita bayangkan kalau kita bermain catur, badminton, atau permainan lainnya tetapi tidak ada lawan bermain. Tentu tidak bisa bermain sendirian. Jadi lawan main bukan musuh tetapi teman bermain.

Demikian juga pada permainan panjat pinang. Permainan tradisional ini sekilas terlihat jahat. Karena orang lain seenaknya diinjak-injak sebagai pijakan. Sementara yang di atas justru akan mendapat kesempatan memilih hadiah terlebih dahulu.

Namun jika dicermati itulah gambaran kehidupan. Ada yang di atas ada yang di bawah sesuai dengan takdir yang sudah ditentukan oleh-Nya. Tidak ada yang protes atau mengeluh dengan keadaan.

Melalui berbagai perlombaan perilaku egois, individualis, yang berkembang di masyarakat dapat cair. Keakraban akan tercipta, mengikis sekat-sekat sosial, dan melebur dalam suka cita, bersendau gurau dan asyik luar biasa.

Semoga saja wabah ini segera berlalu!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun