Banyak orang mengira bahwa menjadi penulis bisa dicapai dengan instan. Padahal menulis itu butuh proses. Dibutuhkan proses yang tidak sebentar untuk menghasilkan karya yang diharapkan.
Mereka yang sekarang namanya disebut sebagai penulis terkenal telah melalui proses itu. Apalagi bagi penulis yang mengalami era mesin tik atau tulisan tangan. Dengan segala keterbatasan kala itu, mereka tidak menyerah. Mereka tetap semangat berkarya.
Meskipun saya tidak termasuk kategori penulis itu. Tetapi saya pernah mencoba berjuang agar tulisannya dapat dimuat di media cetak kala itu. Ketika masih sekolah sekitar tahun 1990-an.
Saya pernah mencoba mengirimkan tulisan ke berbagai media lokal seperti Suara Merdeka, Wawasan, dan Kedaulatan Rakyat. Namun tak satu pun tulisan dimuat. Jangankan dimuat dibalas pun tidak.
Satu-satunya surat balasan datang dari koran Kedaulatan Rakyat Yogyakarta. Surat balasan itu berisi pengembalian naskah yang tidak layak muat. Meski demikian, saya merasa gembira. Mengapa? Karena dari balasan itu diketahui kriteria naskah yang bisa dimuat. Bahkan, sebagai kenangan surat itu saya arsip sampai sekarang (lihat ilustrasi).
![dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/07/08/p-20200526-113418-5f050a10d541df6bd2628192.jpg?t=o&v=770)
Hakikatnya menulis dan berbicara itu sama, yakni sebagai sarana mengekspresikan gagasan, perasaan, atau pengalaman. Bedanya menulis menggunakan simbol-simbol huruf (bahasa tulis) sedang berbicara menggunakan bahasa lisan.
Perbedaan mendasar bahasa tulis dan bahasa lisan adalah bahwa terhadap bahasa tulis, kita masih berkesempatan untuk mengolahnya terlebih dahulu sebelum kemudian diserahkan kepada pembaca. Sementara terhadap bahasa lisan, kita tidak memungkinkan untuk itu.
Lantas apa yang perlu diolah dalam bahasa tulis sebelum tulisan itu disajikan kepada pembaca? Setidaknya ada tiga hal yaitu meliputi tata bahasa, diksi (pilihan kata), dan gaya bahasa. Mencermati ketiga hal tersebut penting agar tulisan benar-benar mampu mewakili gagasan atau pesan penulisnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI