Mohon tunggu...
Rokhman
Rokhman Mohon Tunggu... Guru - Menulis, menulis, dan menulis

Guru SD di Negeri Atas Awan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Aneka Beasiswa dan Dilema Guru Memotivasi Siswa

28 Juni 2020   07:32 Diperbarui: 28 Juni 2020   08:09 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keadaan ini tidak menjadikan mereka iri apalagi protes ke sekolah. Walaupun secara ekonomi mereka layak untuk menerima beasiswa. Namun karena merasa tidak punya prestasi sebagai sebab beasiswa mereka tidak apa-apa. Mereka tidak mengeluh, SPP bulanan tetap bayar penuh, dan semuanya berjalan baik-baik saja.

Dilema Guru

Kini keadaan sangat berbeda. Berbagai bantuan (beasiswa) untuk anak sekolah menjelma dalam aneka bentuk dan nama. Contohnya bagi pemegang kartu sakti; Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), dan sebagainya bisa dipastikan mereka akan mendapat bantuan.

Dengan munculnya aneka kartu itu, kadang membuat repot pihak sekolah. Warga masyarakat yang merasa kurang mampu tetapi tidak memiliki kartu tidak segan-segan menanyakan ke sekolah. Mereka membandingkan Si Anu dengan Si Anu.

Padahal pihak sekolah hanya bertugas menampung data dan mengusulkan sesuai peraturan lewat Dapodik. Sekolah tidak mempunyai kewenangan apalagi menerbitkan kartu. Yang ada, pihak sekolah tugasnya bertambah dengan membuat berbagai administrasi sebagai persyaratan mencairkan bantuan.    

Yang lebih menyedihkan berbagai bantuan itu lebih banyak diberikan karena ada sebab miskin bukan prestasi. Maka, menjadi dilema bagi guru dan orang tua ketika memotivasi anak. Apa jadinya jika memotivasi anak dengan kalimat, "Ayo Nak, jadilah miskin supaya dapat beasiswa!" Tentu, tidak lucu kan?

Dan, dampak yang lebih akut apabila anak yang dimotivasi dengan uang bantuan malah bukan semangat untuk maju atau semangat untuk hebat tetapi menjadikan mereka menyukai kemalasan dan kemiskinan. Sungguh memprihatinkan!

Jika demikian bagaimana dengan slogan, "Musuh kita bukan lagi penjajah, musuh terbesar kita saat ini adalah kemalasan, kemiskinan, dan kebodohan" Apakah slogan ini masih berlaku? Lantas, bagaimana sebaiknya guru dalam memotivasi anak di era kekinian?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun