Pagi menjelang subuh. Jamaah mulai berdatangan ke langgar untuk menunaikan salat subuh berjamaah. Langgar atau musala ini sebenarnya diberi nama Nurul Iman. Tetapi orang lebih familiar meyebutnya Langgar Manggis. Ya mungkin karena di halamannya banyak tumbuh tanaman manggis.
Seperti biasa pagi itu Pak Hadi datang paling awal. Beliau muazin Langgar Manggis. Beliau sekaligus marbot langgar. Tetapi pagi itu Pak Hadi sempat dibuat jengkel. Sudah mondar-mandir, kotak penyimpan alat sound tidak ditemukan.
"Siapa yang menyimpan kotak mikropon?" tanya pak Hadi kepada jamaah yang sudah hadir.
"Lo, itu kan tugas Pak Hadi," jawab Kyai Turman.
"Betul, Pak Kyai. Tapi tadi malam saya simpan di tempat biasa," jawab Pak Hadi.
"Ah, jangan-jangan ada tuyul yang mencuri mikropon," celetuk jamaah lain.
"Sudah-sudah. Ayo kita cari dulu sama-sama!" perintah Kyai Turman.
"Ini, Pak! Dibungkus sarung!" teriak Mbok Siti dari serambi langgar.
Rupanya kotak penyimpanan alat sound dijadikan bantal tidur. Kotak itu dibungkus sarung sebagai bantal tidur anak-anak. Sudah menjadi kebiasaan, jika ada tontonan malam anak-anak tidur di langgar. Anak-anak tidak pulang ke rumah karena sudah kemalaman.Â
"Coba siapa yang tahu, ini sarung keriting siapa?" tanya Kyai Turman.
"Rohmat, Pak Kyai," jawab jamaah kompak.