Mohon tunggu...
Oman Salman
Oman Salman Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Surel: salmannewbaru@gmail.com

Sedang belajar memahami anak dan ibunya...

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Review Buku "Mengenang Hidup Orang Lain, Sebuah Obituari" Karya Ajip Rosidi

5 Mei 2020   08:47 Diperbarui: 5 Mei 2020   08:51 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu ketika Ajip sedang mengetik, pintunya diketuk oleh seseorang. Ketika dibuka Pram berada di depan pintu. Pram berbisik dengan suara sangat dalam, "Kau ada nasi tidak? Aku sudah beberapa hari tidak makan!" Pram sedang mengalami krisis keuangan dan istrinya untuk sementara dititipkan di rumah orang tuanya. (Hal.6).

Tokoh lain yang dikenang oleh Ajip dalam bukunya ini adalah W.S. Rendra. "Rendra Menyuarakan Hati Nurani Rakyat", begitulah Ajip memberinya judul. Ajip banyak menuliskan kata "Willy" di bukunya daripada "Rendra". Mungkin kata ini menunjukkan keakraban persahabatan mereka.

Ajip dan Willy berkenalan pertama kali di Solo dalam acara kongres kebudayaan tahun 1954. Waktu itu mereka masih sama-sama duduk di bangku SMA namun sajak-sajak mereka sudah terbit di media massa terkemuka seperti Siasat, Kisah, Gelanggang, Mimbar Indonesia, dll. Sejak saat itu persahabatan mereka terjalin sampai Willy kembali ke pangkuan Sang Pencipta.

Ketika Rendra sakit parah Ajip dan istrinya datang menjenguk. Rendra tak berkata apapun ketika Ajip dan istrinya berdiri di sampingnya yang terbaring. Ia hanya berkedip lalu tangannya mengusap-usap tangan Ajip. Padahal hampir satu jam Ajip berdiri di sampingnya. Sebelum meninggalkan Rendra, Ajip melihat ada air mata yang menggenang di mata Rendra.

Ajip mengira rasa sakit lah yang mengakibatkan Willy tak mampu berkata apapun. Belakangan, ketika Ajip berkunjung ke Cipayung setelah Willy dimakamkan, ia diberitahu oleh istri Rendra bahwa yang menyebabkan Willy tak bisa berkata apa-apa waktu itu adalah karena kegembiraan dan kebahagiaannya ditengok oleh sahabatnya.

Ajip juga mengungkapkan gejolak batin Rendra dalam hal agama. Rendra yang tumbuh bersama agama Katholik pernah belajar agama Buddha dan menaruh perhatian pada Islam ketika berada di Amerika. Sepulang dari Amerika Willy banyak bertanya tentang Islam kepada Ajip dan banyak teman lainnya.

Willy tertarik kepada naskah Barzanji yang diterjemahkan oleh Syu'bah Asa dan dia pentaskan bersama Bengkel Teater. Tidak kecil kemungkinan bahwa pengalaman Rendra mementaskan Barzanji bersama Bengkel Teater sehingga ia sampai pada keputusan memeluk agama Islam. (Hal.17)

Ajip juga memotret tokoh yang bukan sastrawan namun berperan besar dalam dunia sastra. Ia adalah gubernur DKI yang sangat fenomenal yakni Ali Sadikin atau lebih dikenal dengan sebutan Bang Ali.

Perhatian bang Ali kepada sastra dan seni sangat besar. Sebagai gubernur DKI waktu itu bang Ali mempersilahkan para seniman untuk berkreasi sekreatif mungkin. Jika ada masalah politis beliau siap membantu.

Pernah suatu kali Rendra bersama Bengkel Teater, ketika itu Rendra tinggal di Jogja, yang akan pentas di TIM dicekal oleh Kodam Diponegoro. Padahal Rendra telah membuat kontrak dengan TIM dan tiket sudah banyak terjual.

Ajip Rosidi sebagai ketua DKJ waktu itu, lalu menghadap bang Ali. Bang Ali kemudian menelpon Kepala Asisten I Kodam Diponegoro, Kolonel Leo Ngali. 10 menit setelah itu Rendra mendapatkan izin meninggalkan Jogja menuju Jakarta. (Hal.27)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun