Mohon tunggu...
Ahman Sarman
Ahman Sarman Mohon Tunggu... Guru - Penikmat Aksara dan Penyelam Makna

Hobi menulis, mengajar dan membuat konten

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mediasi Semiotik dalam Karya Sastra

18 Juni 2022   15:14 Diperbarui: 18 Juni 2022   15:40 1120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Di Inggris konsep kesusastraan tidak dibatasi hanya sebagai tulisan-tulisan kreatif atau imajinatif. Pada Abad XVIII kesusastraan dipahami sebagai tubuh menyeluruh dari tulisan yang bernilai dalam masyarakat seperti sejarah, esai, surat, dan juga puisi. Sebuah teks dianggap sastra bukanlah karena fiksionalitasnya, melainkan karena kecocokannya dengan standar tertentu mengenai “tulisan-tulisan sopan”.

Melihat penjabaran itu, tampaknya semiotik juga semestinya menjadi pelajaran berharga bagi kehidupan kita. Sebab semiotik bisa saja adalah teguran secara halus. Semiotik boleh jadi penjelasan secara bijak tentang sesuatu yang sulit dijabarkan dalam kata-kata. Karya sastra kental dengan semiotik.

Lewat semiotik dalam karya sastra penerapannya dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Tanda-tanda sosial telah disajikan di hadapan mata.

Tugas kita menafsirkannya secara bijak. Apalagi di tahun politik. Semiotik lebih kental terasa. Sajiannya variatif. Nyata rada fiktif. Fiktif terasa nyata. Semoga kita semua bisa memilah. Selamat bersemiotika.

Penulis:

Ahman Sarman

Kepala SMP Negeri 12 Wonosari, Kabupaten Boalemo, Gorontalo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun