Mohon tunggu...
Ahman Sarman
Ahman Sarman Mohon Tunggu... Guru - Penikmat Aksara dan Penyelam Makna

Hobi menulis, mengajar dan membuat konten

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mediasi Semiotik dalam Karya Sastra

18 Juni 2022   15:14 Diperbarui: 18 Juni 2022   15:40 1120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Di Indonesia pun demikian. Hubungan kelembangaan sebagai legalitas konvensi yang terterima dan terpelihara di masyarakat. Adat-istiadat adalah satu contoh konkret yang di dalamnya terdapat aturan mengingat dan terus dipertahankan oleh kelompok masyarakat tertentu. Adat istiadat adalah ciri. Setiap etnis memiliki adat istiadat. Melalui adat istiadat kita dapat mengetahui suatu etnis tertentu.  

Hubungan Pemodelan

Sastra merupakan suatu wacana yang memodelkan semesta tidak terbatas dalam satu imajiner terbatas. Hal-hal bermakna dalam kehidupan seperti cinta, harga diri, alam, laut, ombak, malam sunyi dan lain sebagainya merupakan model mengenai kehidupan yang muncul dalam karya sastra. Melalui model itulah masyarakat pembaca karya sastra sekaligus memahami realitas diri dalam lingkungan mereka.

Polesan kata-kata, alur cerita, tokoh yang difiktifkan sebetulnya hadir karena ingin agar karya bernuansa lebih menarik. Kita tidak bisa mengabaikan kefiktifan dalam karya sastra dengan asumsi bahwa tidak mungkin terjadi dalam kehidupan nyata. Justru kefiktifan dalam karya sastra merupakan tanda “perhatian” agar kelak hal-hal buruk yang difiktifkan tersebut dapat diantisipasi ketika benar-benar nyata.  

Hubungan Pembentukan

Hubungan pembentukan adalah hubungan antara karya sastra dengan pandangan dunia atau struktur sosial yang terjadi akibat adanya konvensi khusus digunakan dalam penggarapan atau pengekspresian pandangan dunia atau struktur sosial itu.

Di sinilah tercipta semiotik yang dijadikan lambang. Manusia pandai membuat tanda. Pembentukan tanda-tanda dalam kehidupan kita sebetulnya menarasikan berbagai peristiwa.

Tampaknya komunikasi yang terjadi menjadi hal unik bila dibentuk melalui tanda. Polisi tidak akan lelah mengatur lalu lintas bila semua pengguna jalan memahami rambu lalu lintas.

Para pengunjung toko tak perlu bertanya-tanya harga pajangan sebab semua pajangan barang telah diberi harga. Kesadaran untuk tenang ketika memasuki ruang-ruang tempat ibadah adalah bentuk telah memahami semiotik ketika menggunakan tempat-tempat suci.  

Hubungan Pembatasan

Emha Ainun Nadjib (1984) mengungkapkan konvensi sastra Indonesia dikuasai oleh konvensi “bisu” karena melarang masuk berbagai kenyataan sosial dan politik ke dalam karya sastra. Dalam tulisannya yang lain Nadjib (1985) bercerita mengenai kesulitannya untuk tidak menulis puisi yang hanya tentang “daun-daun”, untuk memasukkan realitas ke dalam puisi, karena kuatnya pengaruh konvensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun