Mohon tunggu...
Abdur Rahman
Abdur Rahman Mohon Tunggu... swasta -

Lelaki yang tidak konsisten dalam menulis, kadang selera nulis banyak, dan lebih banyak tidak selera menulisnya.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Uang Kaget

24 Mei 2012   15:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:51 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1337871818166056643

Ini baru tanggal 23 dibulan Mei ditahun 2012. Tapi uang didompet sudah kering tak sedikitpun menyisakan rupiah. Utang dikiri kananpun telah menumpuk, dan dijadikan jurus andalan anak kos yang jauh dari orang tua seperti saya, apa bila kehabisan uang. Maka teman kanan kiripun harus rela untuk meminjamkan dulu sebagian uangnya untuk sementara waktu kepada saya. Demi bertahan hidup.

Sudah dua hari ini saya kehabisan uang, uang bulanan pun entah kapan datang lagi menyesakkan isi dompet saya. Dan untuk makanpun sekarang dari hasil kanan kiri. Maka makanpun bisa dipastikan sangat sederhana dan mengirit sekali. Yang penting sekarang kenyang dulu. Bergizi atau tidaknya nya belakangan aja deh tidak jadi masalah. Bahkan untuk hari inipun sehari cukup dua kali saja makan, makan pagi dan makan setengah sore, untuk malam ditunda hingga pagi keesokan harinya. Miris.

Bukan hanya urusan perut yang diirit dan dibatasi, tapi juga baju kotor semakin menumpuk, bahkan meluap dari ember tempat pakaian kotor. Karena memang sudah menjangkau dua minggu saya absen mencuci pakaian. Secara kebetulan deterjen sudah habis dua minggu yang lalu. Jadi ya setiap pakaian kotor yang habis dipakai hanya ditumpuk-tumpuk tanpa dicuci. Dalam hati saya, selagi pakaian bersih didalam lemari masih ada, maka mencuci pakaian dijadikan nomor berikutnya, sesampainya saya dapat membeli deterjen untuk mencuci pakaian kotor saya.

Setiap pulang ke kosanpun, mata selalu saja disuguhi dengan pemandangan yang sungguh sangat merusak mata, dengan menumpuknya pakaian kotor yang semakin menggunung. Dan saya hanya bisa pasrah tanpa bisa berreaksi mengambil tindakan. Begitupun sore ini saya kembali melihat tumpukan itu. Kembali pasrah dan saya rebahkan badan saya dikapet lantai kosan saya, sambil berpikir (berusaha dan doa) mencari jalan bagaimana untuk mendapatkan uang untuk tetap bertahan hidup dan menyingkirkan pakaian kotor saya dari hadapan saya.

Dan ternyata Allah sangat sayang terhadap hamba-NYA yang bersabar dan terus berdoa untuk mendapatkan sesuatu. Secara tiba-tiba terbesit dipikiran saya untuk membongkar-bongkar isi lemari untuk mencari-cari sesuatu yang mungkin menghasilkan uang, agar saya dapat bertahan . dan ternyata entah secara kebetulan atau tidak jalan itu mulai menemui titik terang, ketika saya membongkar kardus-kardus kecil yang ada didalam lemari, ternyata dibawah salah satu kardus yang saya bongkar itu terselip uang puluhan cukup banyak, setelah diitung-itung jumlahnya mencapai Rp.100.000,-. Saya cukup kaget dengan penemuan uang ini, karena memang saya sudah tidak ingat kapan saya menaruh uang puluhan ini dibawah kardus. Tapi saya ingat bahwa yang menyimpan uang itu saya sendiri. Jadi memang benar ini uang milik saya, bukan milik orang lain jadi hahal untuk dipergunakan.

Setelah penemuan uang itu, saya terus berfikir dengan keras sambil menghitung-hitung uang yang saya temukan sebenarnya uang untuk apa yang saya simpan sebanyak itu. Padahal biasanya saya tidak pernah menyimpan-nyimpan uang kecuali dicelengan kaleng. Setelah berapa lama memikirkannya tetapi tidak juga menemui jalan keluarnya, akhirnya saya putuskan saat itu juga saya akan menggunkan dan memanfaatkan uang itu untuk keperluan bertahan hidup saya serta untuk membeli deterjen agar pakaian saya terliuhat bersih dan kembali rapi.

Tanpa pikir panjang sayapun keluar mencari makanan, karena memang telah beberapa jam lamanya saya menahan lapar akibat tidak ada sesuatu yang bisa dinikmati. Sampai saya selesai makan dan kenyang, dan bahkan sampai saya menuliskan ini saya belum teringat uang apa yang temukan dibawah kardus itu .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun