Mohon tunggu...
Olsen Van Egeten
Olsen Van Egeten Mohon Tunggu... -

Menatap masa depan dengan penuh harapan. Optimis adalah keteguhanku.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Polisi Bugil Dijalanan

10 Mei 2010   01:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:18 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebuah judul menginspirasi saya untuk menulis sebuah opini tentang wajah penegakan hukum terutama dibidang kepolisian, sehingga terinspirasi untuk mengangkat judul ini. Ketelanjangan sebuah kata yang tabuh, bagi masyarakat ketimuran, terutama indonesia. Bangsa ini selalu menganggap telanjang, apalagi dilakukan didepan umum, merupakan aib bagi bansa ini.Namunpun demikian, bukannya telanjang tidak diperbolehkan di negeri ini! telanjang bisa dilakukan hanya bila berada di kamar mandi untuk mandi,,.,..,,,.,.,.,.,.,. Mengingat Budaya Indonesia yang sangat kuat, termasuk masalah ketelanjangan, maka Korupsi, Nepotisme, dan berbagai macam makelar, serta pelanggaran Hukum begitu banyak terjadi di Indonesia. Sejak mencuatnya kasus Cicak VS Buaya, Maka ketelanjangan mulai bukan hal yang tabu lagi, saat sebuah rekaman testimony diputar dilembaga yang terhormat MK(Mahkamah Konstitusi) , apalagi disiarkan secara langsung oleh bebereapa media Televisi, maka hal ketelanjanagan, terutama penegak Hukum, Lebih kusus lagi Kepolisian bukan lagi hal yang tabu. Dari hari kehari kita menyaksikan , Lembaga Kepolisian di telanjanagi, apalagi dengan mencuatnya kasus Pengakuan SUSNO mantan KABARESKRIM Polri, yang menelanjangi Institusinya sendiri. Lepas dari hal tersebut, masyarakat patut berterima kasih kepada mantan KABARESKRIM tersebut, karena beranidan mau menelanjangi diri, walalupun bertentangan dengan budaya, yang mengatasnamakan, kode etik. Hal itu telah terjadi, nasi sudah menjadi bubur. Sesungguhnya ketelanjangan penegak hukum bukan saja mulai waktu Cicak VS Buaya, namun jauh sebelumnya sudah sedang terjadi. Mulai dari sekedar menunjukan puting didalam sebuah ruangan tertutup sampai denganmulai telanjang didepan Umum. Pada awalnya para pencari keadilan, memberikan dengan sukarela ketika melaporkan keberatan atau sebua tindak pidana, atau yang ditindak pidanakan, lama kalamaan mulai meminta terang terangan uang pelicin untuk , agar supaya kasus bisa langsung jalan cukup atau tidak cukup bukti , itu belakangan. Meminjam kata kata dari mantan Presiden suharto ketika bertemu dengan para petani di jawa tengah ketika sedang berdiskusi lewat wawancara TV RI, beberapa tahun yang lalu , ketika seorang petani mengeluh tidak cukupnya, pendapatan mereka dari hasil sawah untuk membiayai hidup mereka, maka kata mantan Presiden Suharto,..., ya! Yang nggak cukup ya! dicukup ken Hal itu pula yang banyak dipakai oleh penegak hukum, terutama kepolisian dalam menangani perkara, yang nggak ckp bkti ya di cukupkan, yang cukup bukti ya dikurang, semua tergantung kebutuhan,.,.,..,.,,. Pemeriksaan KOMPOL ARAFAT Cukuplah membuka mata kita bahwa kepolisian sedang ditelanjangi, bahkan boleh dikata sedang bugil dijaLanan,melihat keterlibatan para jendral dan perwira tinngi di kepolisian, maka bukan tidak mungkin KAPOLRI juga terlibat dalam perkara makelar seperti gayus namun dalkm perkara yang lain, karena hal tersebut sudah menjadi bagian dari kelemahan di kepolisian dari yang terendah sampai yang tertinggi. Kesadaran merupakan kata kunci bagi mereka yang sedang telanjang( Bugil) Karena hanya kalau mereka sadar dari mabuk, maka mereka akan malu untuk telanjang, apalagi BUGIL di depan umum apalagi di jalanan. semoga peristiwa telanjang ini menyadarkan mereka untuk memperbaiki ketelanjangan mereka kedepan, ingat tak ada gading yang tak retak, semua punya kelemahan , namun kelemahan harus diatasi,.,.,.,. akhirnya berubahlah dan sadarlah dari perbuatan yang salah , setelah ditelanjangi didepan umum adalah harapan kita semua,.,.,.,, semoga,.,..,.,,.,.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun