Menjelang senja dipertengahan tahun 60an
Saat ekonomi kolaps dan bangsa ini porak poranda dalam gejolak
Letih seharian berkeliling menawarkan kain batik dari rumah ke rumah
Berusaha menambah beberapa sen uang untuk tambahan hidup keluarga
Seorang perempuan muda pulang ketempat mereka menumpang di Kebayoran
Disudut ruang seorang bayi laki-laki berumur beberapa bulan menangis
Perempuan muda itu goyangkan ayunan selendang
Tenangkan manusia mungil yang sedang lemah
Terdengar bunyi nafas sesak anak itu dibalik penyakit Bronchitis kronisnya
Dekapan hangat dan aliran cinta hentikan tangis si anak yang lapar
Tak ada susu yang bisa terbeli, namun tak ada keluh kesah luluhkan hati
Kehidupan yang tidak mudah itu adalah tantangan
Hadapi dengan keberanian dan nikmati kehidupan dengan realistis
Sedikit barang yang bernilai pun dijual untuk membeli obat anaknya
Perempuan itu tak pernah berhutang, walau tak cukup uang untuk membeli susu dan obat anaknya yang sakit keras
Seorang perempuan tangguh, bijak, penuh cinta kasih..
Empat puluh tahun kemudian…
Tatkala usia perempuan itu mulai masuki masa tua
Tubuhnya mulai digerogoti kanker usus yang mulai menjalar ke Pangkreasnya
Ia masih menunjukkan keberaniannya yang luar biasa menghadapi hidup
Ia jalani pembedahan besar dengan yakin dan senyuman
Kehilangan beberapa bagian organ penting tubuhnya
Disambung kemoterapi intensif selama 6 bulan tanpa henti, setiap harinya
Dia kembali berikan contoh nyata, keberanian menghadapi kehidupan
Walau dititik-titik tertentu semuanya tak ada yang mudah
Dibalik hari-hari tuanya kini, semangat itu masih terpancar kuat
Sebuah refleksi cinta kasih yang tulus tanpa batas
Sebuah keberanian menghadapi realitas kehidupan yang tak sempurna
Sebuah keteladanan yang luar biasa mengatur arah kehidupan
Sebuah arti kehangatan keluarga
Tak ada kepekaan instuisi yang lebih tajam darinya atas kondisi anak-anaknya
Tak ada kata yang cukup untuk ekspresikan terimakasihku untuk perempuan itu
Tak ada dekapan hangat, dan pelukan yang cukup ungkapkan cintaku untuknya
Tak ada sembah sujud yang cukup ungkapkan hormatku padanya
Tak ada balas budi yang cukup untuk semua pelajaran kehidupan yang telah diberikannya
Namun dengan bait-bait kata ini..
Aku tetap ingin ungkapkan isi hatiku, untuk semua yang telah kau berikan
Terima kasih ibu…
by Nug
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H