Mohon tunggu...
olivialdisa
olivialdisa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dinamika Kontrast dan Pertarungan antara Idealisme dan Realitas dalam Cerpen Mata yang Enak Dipandang karya Ahmad Tohari

21 Desember 2023   22:09 Diperbarui: 21 Desember 2023   22:21 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penelitian ini didasarkan pada ketertarikan saya terhadap elemen-elemen utama dalam cerpen "Mata yang Enak Dipandang" karya Ahmad Tohari. Cerpen ini berhasil menarik perhatian dengan pesonanya, mendorong saya untuk mengulas tema, latar, jalan cerita, karakter, gaya penulisan, dan pesan yang terkandung di dalamnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis, mendeskripsikan, dan menginterpretasi unsur intrinsik yang menyusun cerpen tersebut. Dalam ranah sastra, cerpen merupakan salah satu jenis karya yang dapat dinikmati dalam satu sesi, menurut definisi Nurgiyantoro (dalam Nurhayati & Soleh, 2022).

 Nuryatin & Retno (2016) menyatakan bahwa cerpen tak lepas dari realitas peristiwa atau pengalaman, sehingga cerita ini dapat diinspirasi oleh kejadian nyata. Sebagai elemen sastra, cerpen menggambarkan keseharian berdasarkan pengalaman pribadi penulis, dimulai dari tradisi penceritaan lisan hingga berkembang menjadi bentuk modern pada abad ke-19 (Maryanti, Sujjana, & Wikanengsih, 2018).

Cerpen ini menyuguhkan kisah yang penuh dinamika dan kontrast antara dua pengemis, Tarsa dan Mirta, yang menjalani kehidupan sulit di jalanan stasiun. Alur cerita dimulai dengan gambaran Mirta yang tampak lelah dan kehausan oleh terik matahari yang menyengat. Tarsa, rekan pengemisnya yang energik, merasa bahwa Mirta sudah tak tahan lagi di bawah panas matahari dan membawanya ke tempat teduh untuk istirahat.

Dalam suatu adegan yang memikat, terpancarlah kontrast antara semangat berapi-api Tarsa dengan yoyonya, dan keputusan Mirta yang terlihat putus asa. Tetapi, pilihan Mirta untuk meminum air putih daripada es limun menggambarkan pertarungan antara kebijaksanaan dan idealisme dalam menghadapi setiap tantangan hidup.

Di bawah rindangnya pohon kerai payung, ketika mereka sedang beristirahat, narasi mencapai puncak dramatis dengan Mirta tiba-tiba merasakan pusing hebat dan akhirnya pingsan. Momen ini tidak hanya menciptakan ketegangan emosional, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran mendalam bagi Tarsa, yang terpaksa menyaksikan temannya mengalami kondisi yang semakin memburuk. Perubahan suasana dari kegembiraan Tarsa dengan yoyonya menjadi kekhawatiran akan kesehatan Mirta memberikan nuansa emosional yang sangat kuat, seolah-olah kita dapat merasakan denyutan kecemasan yang melanda tempat itu.

Setelah Mirta bangun, dan dengan tegar menolak untuk mengemis di kereta kelas satu, terungkaplah konflik yang melibatkan idealisme dan realitas kehidupan jalanan. Tarsa, pada awalnya merasa kesal dengan keputusan Mirta, akhirnya mengalami gelombang penyesalan yang mendalam dan ketakutan akan kehilangan penuntunnya yang setia. Pertentangan antara cita-cita luhur dan kebutuhan dasar, bersama dengan dinamika perubahan antara kedua karakter, menciptakan lapisan kompleks dalam alur cerita ini yang semakin memperkaya nuansa keseluruhan, membuat pembaca terhanyut dalam konflik internal dan eksternal yang mencekam.

Puncak ketidakpastian datang dengan keterbatasan kesehatan Mirta yang semakin parah, memberikan pembaca refleksi mendalam tentang nasib keduanya. Cerpen ini menggambarkan kehidupan jalanan dengan warna-warna yang kompleks, menghadirkan cerminan manusia dalam menghadapi kesulitan hidup yang tak terduga. Penulisannya menggambarkan perbedaan mencolok antara semangat berapi-api Tarsa dan keputusan putus asa yang diambil oleh Mirta.

Dinamika perubahan antara Tarsa dan Mirta menambah dimensi kompleks dalam alur cerita, menggali pertentangan antara cita-cita luhur dan kebutuhan dasar. Cerpen ini bukan sekadar narasi tentang kehidupan jalanan, melainkan juga cerminan mendalam tentang manusia yang menghadapi kesulitan hidup yang tak terduga. Cerpen ini berhasil menciptakan pengalaman membaca yang memikat, merangkai konflik internal dan eksternal dalam lapisan-lapisan kompleks. Kesimpulannya menjadi suatu refleksi mendalam tentang ketahanan manusia di jalanan stasiun, mengeksplorasi tema universal tentang perjuangan, keterbatasan, dan pertarungan antara idealisme dan realitas dalam menghadapi kenyataan kehidupan yang sulit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun