Program pembangunan berkelanjutan atau yang dikenal sebagai SDGs (Sustainable Development Goals). Secara garis besar yang memuat isu sosial yang sering terjadi dalam masyarakat, seperti tingkat pendidikan, kemiskinan, kondisi iklim dan lain-lain. SDGs memiliki tujuan pembangunan berkelanjutan tahun 2030 guna mencapai kesepakatan pembangunan berkelanjutan berdasarkan Hak Asasi Manusia (HAM) untuk membawa perubahan-perubahan dan kesetaraan untuk mendorong pembangunan di bidang sosial, ekonomi, lingkungan hidup maupun, pendidikan. SDGs berisi 17 tujuan dan mempunyai 169 target yang mana merupakan rencana aksi dunia untuk 15 tahun mendatang berlaku sejak 2016 sampai 2030 guna mengurangi kesenjangan, mengakhiri kemiskinan serta melindungi lingkungan. Seluruh negara tanpa kecuali negara maju memiliki kewajiban moral untuk mencapai tujuan dan target SDGs karena hal tersebut berlaku bagi seluruh negara. Harapannya SDGs dapat disepakati guna dapat mengakomodasi masalah-masalah pembangunan secara komprehensif serta menargetkan penyelesaian tuntas terhadap setiap tujuan dan sasarannya baik secara kualitatif, maupun kuantitatif. Untuk dapat mencapai sasaran-sasaran dalam SDGs diperlukan adanya keterlibatan tidak hanya dari pemerintah saja, melainkan dari masyarakat, dan sektor swasta.
Dalam membantu negara-negara di dunia menuju pembangunan berkelanjutan, melalui tiga pendekatan, yakni pembangunan ekonomi, keterbukaan dalam tatanan sosial, serta keberlangsungan lingkungan hidup merupakan Tujuan SDGs mencakup skala universal, dengan kerangka kerja yang utuh. Pembangunan berkelanjutan memiliki makna saling menghormati, menghargai, inklusif, serta berlaku adil jika dilihat secara filosofis. Di samping itu, tujuan pembangunan tidak hanya untuk saat ini maupun bagi golongan tertentu saja tetapi juga memperhatikan keberlangsungan antar generasi serta menjaga keseimbangan dengan alam dan makhluk hidup lain. Oleh karena itu, keadilan merupakan pencapaian pembangunan dimana satu sisi tidak boleh mengorbankan tujuan lainnya.
Menurut Billy Mambrasar, Duta SDGs periode 2019-2021, generasi muda juga telah banyak berperan menggerakkan program SDGs di Indonesia, terutama dalam aksi mengurangi perubahan iklim, salah satu contohnya adalah pemuda Bali yang menggerakkan program mengurangi penggunaan sampah plastik dan menggantinya dengan bahan yang lebih ramah lingkungan yang bernama program “Zero Plastic Waste”. Selain itu masih banyak generasi muda Indonesia yang turut berpartisipasi dalam menggerakkan program SDGs ini, meskipun sebagian generasi muda yang apatis terhadap pentingnya menjaga lingkungan, terutama mahasiswa yang mana merupakan insan akademis yang diharapkan mampu memberikan cerminan yang baik.
Dikutip dari situs SDGS Indonesia, Indonesia memiliki komitmen untuk melaksanakan Agenda 2030 dengan tujuan menggalakkan upaya untuk mengakhiri kemiskinan, menanggulangi ketidaksetaraan, mendorong hak asasi manusia dan memberikan perhatian terhadap keterkaitan mengenai kemajuan sosial dan ekonomi serta perlindungan lingkungan hidup. Sejak tahun 2000, Indonesia telah menerapkan mengenai kebijakan desentralisasi yang memberikan otonomi kepada pemerintah daerah bagi perencanaan pembangunan di daerah mereka.
Mahasiswa sebagai pemuda memiliki peranan penting dalam pembangunan bangsa. Sangat penting bagi mahasiswa untuk memiliki kesadaran dan memulai dari diri masing-masing sebelum mengajak orang lain. Sejarah membuktikan dengan bersatunya kekuatan pemuda dari seluruh nusantara dapat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, namun di era saat ini pemuda, termasuk mahasiswa menjadi kekuatan ekonomi dan tulang punggung pembangunan negara guna menyejajarkan Indonesia agar setara dengan Negara-negara maju, seperti Singapura, Jepang, Australia, dan lain-lain.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDIKTI) tercatat, mahasiswa baru di Indonesia terus mengalami peningkatan jumlah sejak tahun ajaran 2016/2017 hingga 2018/2019. Dilihat dari tahun ajaran 2016/2017, jumlah mahasiswa baru naik dari 3,7% menjadi 1,44 juta orang. Angkanya kemudian berangsur naik 2,4% menjadi 1,47 juta pada tahun ajaran 2017/2018. Jumlah mahasiswa baru naik signifikan 20,1% menjadi 1,77 juta orang setahun setelahnya. Hal tersebut menjadi potensi besar dalam pembangunan, terutama jika dibekali dengan berbagai keterampilan maka para mahasiswa tersebut diharapkan dapat berkontribusi secara signifikan terhadap kemajuan Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan prinsip inklusivitas SDGs di mana tidak ada satupun yang tertinggal, pemuda terutama mahasiswa menjadi target pencapaian SDGs. Peran para mahasiswa diperlukan tidak hanya sebatas penerima manfaat maupun target, tetapi dapat dioptimalkan sebagai pelaku pembangunan. Hal ini tepat untuk menggambarkan prinsip inklusivitas SDGs yaitu, di mana tidak ada satu pun yang tertinggal.
Mahasiswa dikenal sebagai kaum intelektual yang seharusnya mempunyai pemikiran yang tinggi, luas, dan kritis untuk memajukan bangsa sebab mahasiswa telah berada di tingkatan yang sudah berbeda dari siswa biasa. Tugas seorang mahasiswa tidak hanya belajar pada lingkup perguruan tinggi, melainkan juga sesuai dengan fungsi Tri Dharma Perguruan Tinggi maka dari itu, mahasiswa diharapkan melakukan penelitian dan mencari cara untuk menuntaskan berbagai permasalahan yang terjadi pada lingkungan sekitar tidak hanya di lingkup perguruan tinggi, melainkan mencakup lingkup masyarakat tempat mahasiswa tinggal. Setelah melakukan penelitian, mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh kepada masyarakat sebagai bentuk pengabdian terhadap masyarakat. Dengan melakukan pengabdian, mahasiswa dapat membantu memberikan pengarahan terhadap masyarakat untuk memiliki kehidupan yang lebih baik guna mewujudkan tujuan dari pembangunan berkelanjutan.
Mahasiswa sebagai agen perubahan yang sesuai dengan fungsi Agent Of Change dan kehadiran mereka diharapkan dapat membawa perubahan yang lebih baik terhadap keadaan masyarakat Indonesia dari sebelumnya. Dengan mampu melihat permasalahan di sekitarnya dalam hal ini mahasiswa mampu memberikan pembinaan dan mendorong masyarakat untuk berkontribusi melaksanakan SDGs. Dengan ini, harapannya seluruh lapisan masyarakat di Indonesia terutama kelompok tertinggal dapat memiliki taraf hidup yang lebih baik dan sejajar dengan negara-negara maju. Sudah seharusnya mahasiswa sebagai penerus bangsa turut bekerja sama dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan ini dan diharapkan dapat ikut serta membangun Indonesia menjadi lebih baik serta dapat menyejajarkan perkembangan pembangunan berkelanjutan Indonesia dengan negara lain, terutama negara-negara maju.
Indonesia telah aktif mengikuti partisipasi dalam berbagai diskusi pada Post 2015 Development Agenda. Pada agenda selanjutnya Indonesia akan berpartisipasi di rapat-rapat SDGs tingkat dunia serta memfasilitasi diskusi di tingkat nasional. Rekomendasi dari pakar internasional maupun nasional dalam pelaksanaannya di berbagai negara digali serta dikonsolidasikan guna membentuk upaya-upaya pembangunan nasional dan sub nasional dalam forum tersebut. SDGs dunia mempunyai agenda berupa kegiatan transisi kompleks yang memungkinkan penyelarasan berbagai prioritas pembangunan nasional dengan Indonesia memulai upaya-upaya intensif guna mengintegrasikan SDGs lebih lanjut ke dalam rencana pembangunan nasional menggunakan alokasi anggaran yang telah disediakan untuk pembangunan berkesinambungan serta konsisten dengan konteks setempat. Hal tersebut dilakukan di bawah pimpinan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dan dengan kerja sama erat dari berbagai pemangku kepentingan. Lokalisasi SDGs dilakukan dengan 3 penekananan, yaitu pengarusutamaan, percepatan pencapaian SDGs dan Dukungan kebijakan. SDGs tercermin dalam 20 prioritas pembangunan nasional. Jumlah SDGs yang telah terintegrasi yaitu 96 dari 169 target . Jumlah tersebut dapat berubah sejalan dengan perkembangan diskusi, seperti pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi, pendidikan, kesehatan, kemiskinan dan lain-lain.
Mahasiswa merupakan kelompok penggerak generasi muda yang memiliki karakter kritis, objektif, dan independen. Dengan demikian, mahasiswa memiliki peran penting terhadap kemajuan bangsa Indonesia termasuk dalam pelaksanaan keberhasilan program SDGs. Ada beberapa upaya yang dapat mahasiswa lakukan dalam kontribusi menggerakkan program SDGs ,seperti mahasiswa harus memiliki kesadaran akan pentingnya program SDGs untuk tujuan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, mahasiswa harus mengetahui pentingnya program ini untuk Indonesia jika sudah mengetahuinya, mahasiswa diharapkan untuk mengikuti dalam merealisasikan tujuan-tujuan dari SDGs. Hal ini merupakan bentuk pengabdian mahasiswa terhadap negara dengan menerapkan ilmu yang telah didapat dari perguruan tinggi. Selain itu, mahasiswa diharapkan dapat menggerakkan program SDGs di kalangan masyarakat serta membawa perubahan terhadap masyarakat dengan memberikan pembinaan dan mendorong masyarakat untuk melaksanakan tujuan pembangunan berkelanjutan guna memajukan bangsa jika semua pihak terlibat maka SDGs pun akan terlaksana dengan lancar dan maksimal, kemudian mahasiswa dapat meneliti dan menganalisis perkembangan pelaksanaan SDGs di Indonesia dengan mencari faktor pendukung dan penghambat serta melalukan perbandingan dengan pelaksanaan di negara lain yang hasilnya lebih maksimal. Dengan demikian, mahasiswa dapat mengajukan saran dan pendapat terhadap pemerintah mengenai kebijakan pelaksanaan SDGs di Indonesia.
Dengan terwujudnya program SDGs, maka kesejahteraan masyarakat Indonesia dapat meningkat dan terbebas dari kesenjangan sosial selain itu, meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat akan terus berangsur membaik dari generasi sekarang hingga ke generasi selanjutnya. Jika program SDGs dapat terlaksana secara maksimal, hal tersebut memungkinkan untuk menuntun Indonesia menjadi negara maju kelak. Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa, terutama mahasiswa sudah menjadi tanggung jawab untuk berkontribusi menyukseskan pelaksanaan program SDGs di Indonesia.