Pada hari Jumaat 9 November 2018 saya menyempatkan diri menonton film A Man Called Ahok. Film ini menceritakan sosok mantan gubernur Jakarta yang kontroversial karena kasus penistaan agama pada 2016 yaitu Basuki Tjahaja Purnama atau yang sering kita kenal dengan panggilan Ahok. Film ini tidak bercerita banyak tentang masanya menjabat menjadi gubernur Jakarta, tetapi lebih fokus kepada bagaimana Ahok bisa mendapatkan sifat dan karakternya yang seperti itu.
Film ini diawali dengan cerita papa Ahok yang mengingikan anak -- anak nya memajukan kabupaten Belitung timur. Ayah Ahok membekali anak -- anaknya dengan nilai -- nilai kehidupan seperti membantu orang lain, tak peduli betapa sulit keadaan nya, karena ayah Ahok percaya akan kebaikan akan dibalas oleh kebaikan, kebaikan ayahnya itu sampai membuatnya kehilangan banyak uang, dan perusahaannya menurun. Karena ia terus berpikir tentang pegawai -- pegawainya. Hal tersebut mendorong Ahok menjadi sosok yang membela apa yang menurutnya benar, itulah yang menjadi awal dirinya berkecimpung di dunia politik.
Menurut saya sebagai penonton pelajaran -- pelajaran hidup yang diberikan oleh orang tua Ahok membentuk siapa Ahok akan menjadi kedepannya, sama seperti saya yang masih bertumbuh  dan mencari jati diri, nilai -- nilai yang ditanamkan oleh orang tua saya kelak akan membantu saya berkembang. Oleh karena itu menurut saya film A Man Called Ahok merupakan film yang patut ditonton oleh banyak kalangan, karena mengajarkan bahwa menolong orang lain merupakan kewajiban dan tidak boleh memandang apa pun.
"Aku tidak takut kalah, aku takut jika aku salah."
                                                                    A Man Called Ahok, 2018 -
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI