Mohon tunggu...
Olivia Armasi
Olivia Armasi Mohon Tunggu... Mengurus Rumah Tangga -

Peduli politik itu peduli terhadap sesama..... Nulis itu sulit, merangkai kata itu susah.... Mantan pelajar yang sedang belajar membaca, belajar komentar & belajar menulis..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kriminalisasi (Ternyata) Berasal dari Bank Century

10 Mei 2010   21:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:17 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mau komen pada artikel-artikel tentang Pak Susno kok rasanya terlalu panjang. Akhirnya gw memutuskan memberanikan diri menulis untuk mengungkapkan isi hati…… :)

Kriminalisasi (ternyata) berasal dari Bank Century

[caption id="attachment_138089" align="alignleft" width="300" caption="In Jail"][/caption]

Entah ada apa dibalik kasus bank Century???  Begitu menguras energi bangsa ini. Boediono & Sri Mulyani ternyata tidak berbohong bahwa Bank Century memang berdampak sistemik???. Begitu banyak rentetan kasus & isu yang muncul bergantian....serta anak-anak bangsa yang harus rela di KRIMINALISASI........

Berawal dari performa KPK yang mengesankan. Dibawah pimpinan Antasari Azhar. KPK mencium bau tak sedap Bail out 6,7 T Bank Century dan KPK meminta kepada BPK untuk mengaudit BC. Yang kemudian berakhir AA, Wiliardi Wizard menjadi terdakwa pembunuhan yg diyakinisebagian publik adalah bagian dr skenario pelemahan KPK & KRIMINALISASI AA.

Bibit & Candra (Cicak) sebagai pimpinan KPK, berusaha menuntaskan apa yg telah diawali AA, ternyata hampir bernasib sama dg AA: KRIMINALISASI. Pada waktu itu dewi fortuna masih berpihak kepada mereka berdua. Mereka beruntung mendapatkan simpati publik yang luar biasa. Kasus Cicak Buaya Bibit Candra, justru memakan korban lain, berakibat SUSNO DUADJI karena jabatannya sebagai Kabareskrim menjadikannya kambing hitam. POLRI diam, melakukan pembiaran tanpa pembelaan sedikitpun terhadap SD. SD biarlah menjadi perwujudan Buaya, SD biarlah yang menjadi Musuh publik.

Kajian Tim 8 bentukan SBY karena desakan publik untuk merespon kasus Cicak Buaya, menghasilkan rekomendasi: SD dicopot dari jabatannya. Belakangan ternyata keliru. Terkuak bahwa ada struktur lain dibawah kendali Kapolri dalam kasus AA & Bibit-Candra, bukan dibawah koordinasi SD sang Kabareskrim.

Sangat manusiawi, kalau kemudian Susno Duadji begitu kecewa. POLRI melakukan pembiaran Stigma SD sibiang kerok. POLRI tidak melakukan pembelaan sama sekali dan menerangkan tentang kedudukan & posisi Susno sebenarnya dalam kasus AA & Bibit Candra (Cicak-Buaya).

Akhirnya, Susno mengambil sikap melakukan perlawanan untuk memulihkan nama baiknya. SD tidak mau diakhir masa pengabdiannya akan selalu dicap dan dikenang sepanjang sejarah sebagai BUAYA. Sikap SD diawali dalam Kesaksian berharga menguak tabir BC pada sidang Hak Angket BC. Namum sayang, stigma Buaya yg menerima suap dr Budi sampoerna Rp. 10 m masih melekat pada diri SD berakibat DPR & publik tidak begitu merespon. SD tidak putus asa, langkah SD berikutnya: Bersaksi dalam sidang AA yg entah karena faktor apa, kesaksian SD pada waktu itu juga kurang mendapatkan respon publik, Jaksa & Hakim. Yang didapatkan SD justru respon berang BHD.

Langkah nekat & berani SD berikutnya, ditengarai ada kekuatan besar dibalik layar sebagai sutradara yang mengarahkan serta membackupnya, yaitu mengungkap “Markus Pajak & Arwana”. Dengan tujuan kembalinya Nama baik Susno dimata publik, bergesernya isu dari Century menjadi MARKUS (win-win solution…gitu loch). Akan tetapi skenario sang sutradara justru dampaknya tidak semulus dan seindah yang dibayangkan. Terbongkarnya kasus Pajak, alih-alih mengalihkan isu. Justru publik kembali memelototi kinerja sang bendahara negara yg sudah sangat terkenal mendapatkan seabreg penghargaan dr luar negeri. Publik mempertanyakan, menelanjangi kinerja sang bendahara negara tak lebih dari citra dipermukaan saja. Kebijakan remunerasi dr utang luar negeri ternyata tidak berbanding lurus terhadap kinerja birokrasi dilingkungan Depkeu & penerimaan Pajak. Banyak yg kemudian skeptis, remunerasi hanya sekedar menaikkan gaya hidup & kasta para birokrat di depkeu?

Citra SD sang peniup peluit pun begitu meningkat tajam, dielu-elukan dikampung halamannya. Langkah-langkah SD yg direspon sangat positif oleh publik “SUSNO SANG PAHLAWAN” dari mulai suara yg mengusulkan agar SD menjadi Ketua KPK, kenjadi Kapolri, menjadi Presiden 2014. Beberapa kali dilakukan counter attack oleh si Poltak (Politisi tanpa Otak) dg mendiskreditkan SD yg katanya perlu ke psikiater…dan bla…bla… pun dianggap bak angin lalu oleh publik. Ekspektasi Publik terhadap SUSNO DUADJI yg bisa menyelesaikan serta menjawab permasalahan akut di Republik ini semakin membahana.

Hal ini dirasa akan membahayakan citra pihak lain yg sedang tersengal-sengal, sibuk bersilat lidah, bersinetron ria untuk menaikkan citranya. Singkat cerita, ending sinetron. Peluit yg ditiup SD, ternyata terlalu memekakkan telinga sang sutradara. Dan saatnya sang peniup peluit harus rela DI KRIMINALISASI …………

----------------------------------------------

BONGKAR | IWAN FALS

Kalau cinta sudah di buang Jangan harap keadilan akan datang Kesedihan hanya tontonan Bagi mereka yang diperkuda jabatan Oh oh ya oh ya oh ya bongkar

Sabar sabar sabar dan tunggu Itu jawaban yang kami terima Ternyata kita harus ke jalan Robohkan setan yang berdiri mengangkang Oh oh ya oh ya oh ya bongkar Penindasan serta kesewenang wenangan Banyak lagi teramat banyak untuk disebutkan Hoi hentikan hentikan jangan diteruskan Kami muak dengan ketidakpastian dan keserakahan ............................

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun