[caption caption="Ganjar Risma Emil Ahok (oliviaarmasi.blogspot.co.id)"][/caption]Ganjar, Risma, Kang Emil & Ahok, mereka adalah manusia yang kebetulan sedang menjadi pejabat pelayan rakyat. Hakikat mereka sebagai manusia, walaupun saat ini sedang populer dikenal sebagai pemimpin-pemimpin terbaik. Mereka tidak luput dari ketidaksempurnaan.
Kelebihan-kelebihan, prestasi mereka banyak yang mengulas. Kekurangan-kekurangan merekapun tidak sedikit yang membahas. Mencari kekurangan dan kelemahan mereka membutuhkan ketelitian dan energi lebih. Sebagai publik figur apalagi pejabat publik harus siap dikuliti, dipergunjingkan, dicari-cari kekurangan serta kelemahannya.
Maka dari itu, penulis-penulis kekurangan & kelemahan para pemimpin bangsa layak diapresiasi. Sedikit banyak suatu saat ada manfaat positif merubah perilaku negatif, memperbaiki kekurangan, kelemahan yang bersangkutan menjadi manusia yang lebih baik lagi.
Bukan hanya hukum Tuhan yang menimbang-nimbang antara perbuatan baik dan buruk manusia. Hukum manusiapun berlaku seperti itu. Ada kebijaksanaan vonis bagi justice collaborator, ada pengurangan tuntutan hukuman karena kooperatif, ada remisi karena berkelakuan baik dan sebagainya.
Begitu juga dengan para pemimpin kita. Semestinya ada penilaian obyektif dan pemakluman kesalahan, kekurangan dan kelemahan mereka sebagai manusia biasa. Sepanjang kesalahan itu tidak fatal, tidak merugikan rakyat, bangsa dan negara.
Dari kekurangan, kelemahan para pejabat publik yang terekam dimedia, maupun yang menjadi pergunjingan masyarakat hingga saat ini, siapa juaranya?
H. GANJAR PRANOWO, S.H, M.IP (GANJAR)
- Marah-marah saat sidak Jembatan Timbang di Batang. Sasaran kemarahan adalah pegawai Dishub dan kernet truk pemberi pungli. Pasca sidak tidak ada pemecatan tapi hanya rotasi jabatan.
- Ganjar tidak luput dari sebutan seorang yang arogan. Saat Ganjar memaksakan kebijakan penggantian Direksi Bank Jateng dari luar. Dengan alasan agar Bank Jateng lebih profesional. Dua jago kandidat dirut versi Ganjar. Yang satu orang Bank Mandiri tapi tidak lolos tes manajemen resiko sebagai dirut bank. Dan akhirnya yang ditunjuk sebagai dirut adalah mantan Dirut Bank DIY yang notabene peringkatnya masih dibawah Bank Jateng.
- Diawal-awal kepemimpinan Ganjar sebagai Gubernur Jateng sempat kurang harmonis dengan Ketua DPRD Budi Rukma yang juga kader PDIP. Tapi tidak ada perseteruan terbuka yang muncul di media. Menjadi pertanyaan hubungan harmonis dengan DPRD itu karena Tahu Sama Tahu (TST) atau karena program Rembug Jateng inisiatif Ganjar yang berjalan efektif?
Dr. Ir. TRI RISMAHARINI, M.T (RISMA)
- Marah besar saat melihat taman Bungkul kota Surabaya rusak akibat sebuah even. Mungkin darah arek Jawa Timur yang terkenal keras. Walaupun perempuan berhijab, tidak canggung dengan kemarahan yang meluap-luap, Risma mengeluarkan kata-kata "BAJING**". Sasaran kemarahan adalah penyelenggara even & penjual es walls.
- Pernah terjadi ketidakharmonisan dengan DPRD pada periode sebelumnya dan selesai setelah di fasilitasi Gubernur Soekarwo.
- Rismapun tidak luput dari gosip. Di Surabaya yang menguasai perproyekan adalah teman-teman alumni ITS yang diangkat menjadi staf ahli. Karena sorotan masyarakat, kawan-kawannya tidak lagi menjadi staf ahli secara formal.
- Risma mempunyai sisi oportunis. Tentang wacana deparpolisasi Risma bereaksi berlebihan membela elit partainya. Risma menyatakan bahwa Jalur Independen adalah mengejar/haus jabatan. Sebuah pernyataan yang tidak semestinya keluar dari pemimpin sekaliber Risma yang lahir dari pilihan rakyat.
MOCHAMAD RIDWAN KAMIL, S.T, M.U.D (KANG EMIL)
- Marah saat warganya merusak taman, melanggar dan tidak tertib lalu lintas. Tidak hanya dengan kata-kata. Hukuman fisikpun dikenakan buat para pelanggar. Hukuman pushup, membersihkan area taman dan yang terkini menggampar sopir angkot (semoga tidak terbukti). Mungkin sopir angkot menjadi pelampiasan kekesalan karena tidak ada Parpol, tidak ada Teman Emil yang mengusung menjadi cagub DKI. ^_^
- Kiat-kiat Kang Emil menjalin hubungan yang harmonis dengan DPRD. Disampaikan saat dimintai pendapat tentang perseteruan Ahok dengan DPRD DKI. Yakni kebijakan akomodatif terhadap keinginan, kemauan & kepentingan anggota DPRD. Agar kondusif, tidak berseteru Kang Emil memberikan alokasi anggaran yang cukup untuk aspirasi anggota dewan. Dalam hal hubungan antara eksekutif dengan pengawasnya, memberikan peluang alokasi anggaran aspirasi cenderung menjadi hubungan kolusi negatif, simbiosis mutualisme. Seperti itukah hubungan yang semestinya?
- Mungkin karena terlalu akomodatif hingga survei Persepsi Korupsi 2015 yang dilakukan oleh Transparansi Internasional, Kota Bandung mendapatkan nilai IPK terendah dari beberapa kota yang disurvei. Hal ini menjadi catatan negatif. Kepemimpinan Kang Emil patut dipertanyakan komitmen anti korupsinya.
- Reformasi birokrasi, pelayanan publik, kemacetan, sampah dan bidang-bidang lain belum disentuh secara lebih serius oleh kang Emil.
Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA, MM | Tjung Ban Hok; Zhōng Wànxué (AHOK)
- Khusus untuk referensi kelemahan, kekurangan Ahok udah komplit bertebaran di media dan banyak ditulis para kompasianer senior. Paling dominan adalah kata-kata kasar yang kurang terkontrol. Prosentase sumpah serapah terbesar ditujukan kepada oknum pejabat DKI dan oknum anggota dewan.
- Beberapa kali marah kepada warga DKI. Kasus Ibu-ibu yang mencairkan KJP mungkin karena ketidaktahuannya menjadi pelajaran berharga bagi Ahok. Mestinya tahan emosi, apa duduk permasalahannya sebelum naik pitam.
- Catatan negatif lain tentang Ahok. Dari rapat-rapat khususnya rapat Pemprov DKI yang diupload di Youtube, Ahok terlalu mendominasi. Para peserta rapat sepertinya enggan untuk beradu argumentasi. Barangkali takut disemprot. Dokumentasi abadi di Youtube, bisa jadi aib tujuh turunan. Disemprot Ahok yang nonton seluruh dunia… hehe.
- Beruntunglah lawan Ahok masih punya peluang. Ahok sebagai manusia biasa yang mempunyai kekurangan. Bayangkan seandainya Ahok itu sosok ideal tanpa cacat seperti yang diidam-idamkan banyak orang. Yang keberadaannya mungkin hanya di negeri dongeng antah berantah. Seperti Film Catatan Si Boy. Ganteng, alim, rajin sholat, pandai mengaji, kaya raya, santun, tegas, anti korupsi, ahli beladiri, baik hati, dermawan, suka menolong dan gemar menabung. Siapa yang akan sanggup melawannya? ^_^
Untuk menilai idola secara obyektif memang sangat sulit. Kadang kita sering mengabaikan sisi-sisi negatif idola kita. Siapa juaranya? Terserah pembaca.