Pilpres 2014, kita yakin bahwa masing-masing kandidat mempunyai tujuan mulia yang sama untuk Indonesia yang lebih baik. Yang membedakan dari keduanya adalah karakter & kepribadian masing-masing capres. Itulah salah satu yang perlu kita telaah. Data diri, latar belakang, rekam jejak, apa saja yang telah mereka lakukan mudah kita tanya mbah google. Dari banyak faktor penilaian, mari kita telaah salah satunya adalah pelajaran apa yang dapat kita petik dari keduanya.
Prabowo Subianto, dengan kuda, kostum & kerisnya mengajarkan kepada kita arti ”GAGAH”. Bahwa pemimpin itu harus gagah & dapat menjadi kebanggaan rakyatnya. Demi negara & bangsa pemimpin itu harus rela berkorban harta benda untuk mewujudkan tujuan mulia itu. Tidak perlu meniti karir dari bawah, jangan ragu untuk mendirikan Partai, toh itu tidak melanggar undang-undang. Prabowo mengajarkan kesungguhan. Tegas jangan malu-malu untuk mengungkapkan cita-cita. Pemimpin itu harus berani mencalonkan dirinya. Tidak perlu menunggu orang lain memberikan kepercayaan kepada kita. Jangan mau kita menjadi Petugas Partai karena Partai itu milik kita. Pilpres 2014, Prabowo juga mengajarkan kepada kita ”Pemimpin itu harus rela berbagi”. Kegagahan, kerelaan & keikhlasan Prabowo untuk bagi-bagi kursi, bak oase di padang gersang bagi para politisi yang sedang kehausan. Kebesaran hati Prabowo membuat tokoh-tokoh politisi tersebut takjub & terpesona. Dan merekapun ikhlas bergabung mendukung sang calon pemimpin untuk mewujudkan mimpinya. Mereka sadar walau ada yang sekedar mendapatkan hadiah sebagai menteri utama nantinya. Bahkan ada seorang profesor yang terkenal integritasnya pun menyatakan mendukung dengan ikhlas menjadi ketua tim sukses walau bayarannya hanya mendapatkan jabatan lebih dari menteri.
Banyak pelajaran berharga yang dapat kita petik dari langkah & ikhtiar politik Prabowo. Namun, apakah Prabowo adalah Teladan? ... Maaf sama sekali tidak. Dengan kudanya, istana Hambalangnya, jet pribadinya, helikopternya, Partai buatannya; Prabowo mengajari kita KEMEWAHAN. Sesuatu yang muskil bagi rakyat jelata seperti kita. Prabowo mengajari kita serba INSTAN. Menjadi sesuatu itu instan. Seperti kisah Prabowo saat berhenti dari militer tiba-tiba instan menjadi pengusaha yang kaya raya. Berbuat sesuatu untuk bangsa itu instan menjadi Capres. Toh kita punya uang, semua bisa kita beli. Prabowo bersama Hercules, ARB, Surya Dharma Ali, Mahfud MD mengajari kita. Kita tidak boleh pandang bulu dalam memilih kawan. Jahat, baik, oportunis, preman rangkul semua untuk mewujudkan mimpi mulia kita. Prabowo adalah Kita?.... TENTU SAJA BUKAN…. Kita?.... Loe aja kalee
Jokowi adalah Kita. Sebuah tagline yang sangat cerdas dan penuh makna. Sepertinya sangat sederhana akan tetapi tagline tersebut adalah mewakili suasana batin kebanyakan dari kita. Jokowi mengajarkan kepada kita kerendahan hati, kesetiaan, ketulusan, kerja keras, tegas berani, prestasi dan kesederhanaan.
Jokowi adalah teladan?..... Kerendahan hati : Walau selalu mendapatkan polling tertinggi, tidak pernah kita mendengar kesombongan Jokowi. Kesetiaan : Popularitas yang lebih tinggi dari Megawati bahkan partainya, tidak menjadikannya jumawa apalagi memanfaatkan sebagai alat bergaining untuk mencalonkan dirinya melalui partai lain. Ketulusan: Untuk berjuang, berbuat baik bagi bangsa tidak boleh pragmatis. Jika maunya siapa mendapatkan apa silahkan bergabung dengan yang lain saja. Kerja keras : Dengan gaya khas blusukannya Jokowi melaksanakan amanah & tugasnya membangun Jakarta kearah yang benar & lebih manusiawi. Prestasi : Untuk menjadi sesuatu butuh perjuangan dan tidak bisa instan. Prestasi adalah pengakuan dari orang lain bukan membuat iklan membanggakan diri sendiri. Tegas Berani: Pemindahan pedagang Tanah Abang, penggeseran warga ke rusunawa adalah keberanian serta ketegasan melawan premanisme. Kesederhanaan : Kita bisa beli baju yang sama persis dengan Jokowi, kita bisa beli sepeda seperti Jokowi, kita bisa makan di warteg seperti Jokowi, kita bisa naik pesawat kelas ekonomi seperti Jokowi. Jokowi adalah Kita? …. YA TENTU SAJA
Pilpres 2014 tinggal menghitung hari. Pilihlah dengan bijak untuk masa depan Indonesia yang lebih baik! …. Kita butuh pemimpin yang Apa adanya bukan ada apanya.
Salam Indonesia Hebat!
sumber foto : pemilu.com, tempo.co, detik.com, liputan6.com, the-marketeers.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H