“Seribu teman kurang, Satu musuh kebanyakan” bagi Ahok sebagai pejabat publik yang harus menegakkan konstitusi, pepatah nenek moyangnya itu tidak berlaku.
Dengan telah selesainya pembangunan tower-tower rusunawa. Sikap Ahok yang taat konstitusi bukan taat konstituen, penggusuran dan pemindahan penduduk kawasan kumuh justru akan semakin gencar dilakukan. Konsekuensi dari sikapnya, orang-orang yang memusuhi otomatis bertambah. Walaupun banyak musuh dan akan bertambah lagi dalam kurun waktu 2016-2017, tidak menyurutkan langkah Ahok tetap akan mengikuti Pilgub DKI Jakarta 2017.
Karena keyakinannya bahwa jabatan adalah pemberian Tuhan, Ahok tidak pernah merasa khawatir. Disetiap kesempatan dia selalu mengatakan “Jika ada pemimpin yang lebih baik, jangan pilih saya!”. Ahok menyiapkan dirinya “SIAP KALAH”.
Akan tetapi, apakah Ahok hanya pasrah pada nasib, hanya sekedar mengandalkan “Teman Ahok” serta tidak mempersiapakan diri dengan baik menghadapi pertarungan? Siapa pendukung riil Ahok selain pemilik KTP yang dikoordinir Teman Ahok? Apa yang ditawarkan Ahok untuk memenangkan Pilgub 2017?
Yang ditawarkan Ahok adalah “REKAM JEJAK”. Sebagian orang berpendapat, apa yang ditawarkan Ahok adalah sesuatu yang absurd. “Hari gini jualan rekam Jejak?”. Rekam jejak yang ditawarkan di Pilgub 2012 dengan Pilgub 2017 sangat jauh berbeda. 2012 faktor terbesar adalah “popularitas” & rekam jejak Jokowi.
Di 2017, “Rekam jejak pertama” yang ditawarkan Ahok adalah “identitas dirinya" sebagai pejabat publik yang tidak menerima suap, anti korupsi, bersih, berani, jujur dan transparan. Selama menjabat wagub hingga Gubernur telah terbukti benar. Apakah itu cukup sebagai bekal menghadapi lawan tanding di 2017? “Rekam jejak pertama” hanya berhasil meraih simpati publik. Belum cukup menjadikan pendukung militan.
Ahok mempunyai kelebihan kemampuan "multitasking". Mampu fokus menjalankan program kebijakan di berbagai bidang secara detil pada saat yang bersamaan. Realisasi program-program yang bermanfaat bagi warga DKI menjadi “Rekam jejak kedua”. Disinilah kekuatan Ahok sebenarnya.
Rekam jejak kedua yang dirasakan dan dinikmati langsung warga DKI otomatis secara signifikan membangun basis “pendukung riil militan” dan “terpaksa militan” di berbagai kelompok dan tingkatan masyarakat DKI. Siapa saja mereka?
Kelompok kalangan terdidik dan pemuda.
Program Jakarta smart city, qlue, i-Jakarta, e-budgeting, e-katalog, transparansi data, transparansi APBD hingga satuan 3, KJP, perang melawan korupsi secara frontal, egaliter tanpa jarak dengan masyarakat dan lain-lain. Menumbuhkan rasa percaya dan cinta warga pada pemimpinnya.
Sekelompok anak-anak muda kreatif, bangga dengan label “Teman Ahok” tanpa kenal lelah berjuang, mengorbankan pikiran, tenaga waktu dan biaya. Manfaat pribadi apa yang mereka dapatkan? Menjadi pejabat di pemprov? Motivasi mereka adalah "harapan". Mereka adalah para pejuang Jakarta. Agar Jakarta baik harus dikelola dengan cara yang baik ditangan orang yang baik. Eksistensi mereka adalah bukti nyata militansi basis pendukung Ahok di kelompok ini.