Mohon tunggu...
Olishya Marshya
Olishya Marshya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Presiden

Saya juga "fatherless"

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Tingginya Absen Peran dari Seorang Ayah dan Pentingnya Ayah dalam Tumbuh Kembang Anak

22 Juli 2023   00:28 Diperbarui: 25 Juli 2023   15:26 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Indonesia berada ditingkat ketiga negara fatherless sedunia, hal tersebut membuktikan bahwa banyaknya anak Indonesia yang kekurangan kasih sayang seorang ayah, hingga Indonesia bisa disebut "negara kekurangan ayah" atau "fatherless country", psikolog asal Amerika Edward Elmer Smith mengatakan bahwa fatherless country berarti negara yang masyarakatnya memiliki kecenderungan tidak merasakan keberadaan dan keterlibatan figur ayah dalam kehidupan anak, baik secara fisik maupun psikologis. 

Hal tersebut disebutkan dalam program sosialisasi yang dilakukan mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) yang bertajuk "Peran Ayah dalam Proses Menurunkan Tingkat Fatherless Country Nomor 3 Terbanyak Di Dunia."

Anak bisa mengalami fatherless karena orangtua yang terlalu sibuk. Karena kesibukan bekerja, menjadikan ayah sulit untuk terlibat dalam pengasuhan. “Faktor orangtua yang fly in fly out, terlalu sibuk, misal berapa hari sekali baru bisa pulang menjadikan secara teknis lebih dulit terlibat dalam pengasuhan. Sementara saat sudah pulang tidak ada komitmen untuk mengganti hari-hari yang hilang,” paparnya.

Posisi ayah adalah posisi yang paling penting di dalam rumah tangga, seperti sebagai pemimpin, pencari nafkah, dan lain-lain. Pola patrilineal yang cukup kental di Indonesia cukup mendukung perkembangan Indonesia menjadi fatherless country. 

Posisi ayah yang harus selalu diutamakan karena dinilai sudah berjuang keras dan lelah mencari nafkah sehingga sudah tidak perlu dibebani lagi dengan tangisan anak, atau bermain bersama anak. 

Budaya patriarki juga meyakini bahwa laki-laki bertanggung jawab pada urusan nafkah. Sedangkan untuk urusan domestik dan mengurus anak adalah tanggung jawab perempuan. Belum lagi soal angka perceraian yang tinggi. 

Menurut laporan Badan Statistik Indonesia, kasus perceraian di Indonesia tahun 2022 meningkat dari tahun sebelumnya yakni mencapai 516.344 kasus. Penyebab utamanya adalah karena perselisihan dalam rumah tangga yang terjadi terus menerus tanpa rukun kembali. Kepala Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM ini mengatakan bahwa dalam pengasuhan anak membutuhkan keterlibatan orang tua yaitu ayah dan ibu secara berimbang. Artinya, pengasuhan anak tidak hanya menjadi tanggung jawab ibu saja, tetapi juga dilakukan oleh ayah. “Namun, yang banyak terjadi ayah tidak terlibat dalam pengasuhan. Ini jadi fenomena yang cukup lazim, salah satunya karena pengaruh budaya,” terangnya. Mengapa di Indonesia masih banyak ayah yang jarang mengasuh anak? Menurutnya, hal ini karena kentalnya budaya patriarki. Budaya patriarki menempatkan perempuan bertanggung jawab untuk urusan domestik dan mengurus anak. Sementara laki-laki bertanggung jawab pada urusan publik. 

Lantas bagaimana kondisi seorang anak jika tidak memiliki peran ayah didalam hidupnya? Kurangnya keterlibatan peran ayah dalam pengasuhan anak membuat anak-anak Indonesia menjadi father hungry/ "lapar pada sosok ayah". Yaitu, kerusakan psikologis yang diderita anak-anak dikarenakan tidak mengenal ayahnya. 

Kondisi father hungry ini dapat berakibat pada rendahnya harga diri anak, anak tumbuh dengan kondisi psikologis yang tidak matang (kekanak-kanakan/childish), tidak mandiri/ dependent, kesulitan menetapkan identitas seksual (cenderung feminin atau hypermasculin), kesulitan dalam belajar, kurang bisa mengambil keputusan/ tidak tegas, bagi anak perempuan tanpa model peran ayah setelah dewasa sulit menentukan pasangan yang tepat untuknya hingga dapat salah memilih pria yang layak/ salah pilih jodoh.  

Menurut pendapat saya seorang anak penting untuk memiliki peran dari seorang ayah dalam hidupnya bukan saja ketersediaan secara fisik tapi juga mental dan kasih sayang. 

Seorang anak bukan hanya butuh ayahnya untung mencarikan nafkah dan meembayar pendidikan mereka tapi juga untuk memberi kasih sayang, bimbingan dan mempersiapkan anak mereka untuk menghadapi dunia luar. "Tidak bisa disepelekan, peran ayah membentuk karakter anak dari kecil akan membuat ia menjadi sosok yang bertanggung jawab saat dewasa nanti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun