Mohon tunggu...
Olive Bendon
Olive Bendon Mohon Tunggu... Administrasi - Travel Blogger

Travel blogger yang senang menceritakan perjalanannya (dan kawan berjalannya) yang berkaitan dengan sejarah, gastronomi, medical tourism, kesehatan mental lewat tulisan. Memiliki hobi fotografi, menonton teater, dan membaca buku. Ikuti juga jejaknya di OBENDON.COM

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Taman, Ruang Publik yang Terabaikan

12 September 2012   23:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:33 1259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Taman atau ruang terbuka hijau (RTH) merupakan ruang publik yang manfaatnya amat dirasakan oleh warga tetapi diabaikan pemenuhannya oleh pemerintah. Keberadaan RTH tidak hanya berfungsi menyaring polutan, menjaga kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem. Tetapi juga menunjang meningkatkan kualitas hidup warga, mengurangi tekanan mental dan ajang kreatifitas.Tapi kenyataannya, rata-rata kota besar belum mampu mencapai 20% RTH publik total dari luas kawasan.

Warga pun bersaing dengan tuna wisma menggunakan RTH untuk sarana berolah raga, bersilaturahmi, latihan seni musik, festival kuliner atau hanya sekedar duduk-duduk santai. Bagi kaum tuna wisma, RTH lambat laun menjadi kawasan yang nyaman untuk tempat melepas penat hingga dijadikan lahan tempat tinggal. Akibatnya ketika dilakukan pembersihan, hal ini malah menjadikan RTH kawasan tertutup untuk warga yang ingin berekreasi di sana seperti di Taman Maluku, Bandung karena alasan estetika.

[caption id="attachment_212062" align="aligncenter" width="450" caption="Gerbang masuk ke Taman Maluku, Bandung yang digembok (dok. koleksi pribadi)"][/caption] Taman di tengah kota Bandung yang telah ada sejak 1919 ini dahulu dikenal dengan nama Molukkenpark karena letaknya yang diapit oleh Jl Maluku, Jl Manado dan Jl Sulawesi. Di salah satu sudut taman berdiri gagah patung perunggu Pastor H.O. Verbraak S.J seorang imam pasukan Hindia Belanda yang bertugas sebagai Pastor di Gereja Hati Kudus, Krueng, Aceh pada masa Perang Aceh.Patung ini dibangun untuk mengenang kebaikan hati sang pastor pada tahun 1922. [caption id="attachment_212064" align="aligncenter" width="432" caption="Patung perunggu Pastor H.O. Verbraak S.J yang konon di jam-jam tertentu melakukan "]

1347492001114467633
1347492001114467633
[/caption]

Kini, kawasanTaman Maluku yang dulu terkenal sebagai kawasan mejeng waria dan menjadi tempat praktek asusila ini telah bersih dan tertata dengan baik setelah revitalisasi. Meski di luar pagar yang berhadapan dengan patung pastor Verbraak ada bak sampah besar yang selalu menyebar wangi semerbak. Sayang, tingginya pagar dan rapatnya gembok yang mengunci setiap gerbang menutup rapat akses warga untuk sekedar mampir menikmati sejuknya udara di taman.

Bagaimana dengan taman yang lain?

Mari kita tengok Taman Lansia yang berada di Jl Diponegoro,Bandung. Di hari libur di sekitar kawasan ini cukup ramai dikunjungi warga untuk berekreasi sehingga dimanfaatkan pula oleh kaum pedagang untuk menggelar dagangannya.

Taman di tengah kota ini pun telah dibenahi oleh pemerintah setempat sehingga menjadi salah satu RTH yang dipilih warga sekitar untuk berolah raga. Entah karena namanya, warga yang terlihat sering bertandang ke taman ini pun sebagian besar kelompak berusia lanjut. Maka, jangan heran bila menjumpai pasangan paruh baya asik duduk di bangku taman menikmati sekitarnya. Rindangnya pepohonan yang ada di taman cukup meneduhkan dari paparan sinar matahari. Kemarau panjang dan cukup panas, membuat beberapa kembang kertas ungu (bougainvillea) berguguran di sekitar taman. Masih kurang pekanya warga terhadap kebersihan lingkungan, menghadirkan beragam sampah plastik yang ditinggalkan begitu saja sehabis bersantai di taman seakan bersaing dengan kembang kertas,"Dia atau aku yang layak di taman ini?"

[caption id="attachment_212066" align="aligncenter" width="450" caption="Pasangan paruh baya menghabiskan waktu santai di Taman Lansia, Bandung (dok. Maria Hardayanto)"]

13474922511719023557
13474922511719023557
[/caption]

Bergerak sedikit ke pusat kota ada Taman Dewi Sartika atau Taman Balai Kota Bandung di Jl Merdeka. Tak banyak yang mengetahui bahwa taman yang dulu bernama Pieterspark ini adalah taman tertua di Bandung yang dibangun pada 1885. Maka bisa diperkirakan usia pepohonan di sana pun sudah ratusan tahun. Berbagai pepohonan “sepuh” nampak menghiasi taman, mulai pohon kihujan, johar, damar, tanjung, bungur, cemara laut menaungi segerombolan burung berceloteh riang, berloncatan diatas dedaunan kemudian terbang diantara pepohonan. Mereka nampak jinak ketika berloncatan di rumput yang hijau. Tak menghiraukan kebisingan lalu lintas. Mereka seolah hidup dalam habitatnya. Banyak pakan disitu. Banyak kawan disekelilingnya.

[caption id="attachment_212067" align="aligncenter" width="450" caption="Patung Dewi Sartika di tengah Taman Dewi Sartika, Bandung (dok. Maria Hardayanto)"]

1347492599498617594
1347492599498617594
[/caption]

Di dalam taman ini pengunjung akan menjumpai patung Dewi Sartika, patung badak putih yang berdiri tegak di atas kolam, gazebo, patung burung, bangku-bangku taman serta jalur khusus untuk pejalan kaki menjadikan taman ini bak oasis di padang pasir.

Lalu lintas kota yang hampir selalu macet, perubahan fungsi lahan dan bangunan menjadi area bisnis serta membludaknya jumlah penduduk menjadikan kota Bandung berubah menjadi pesaing Jakarta dalam kesemrawutan.Karenanya tak heran beberapa kelompok warga nampak memaksimalkan keberadaan Taman Dewi Sartika. Mulai anak SD yang bermain bola, sekelompok siswa SMA yang mengerjakan tugas, warga yang sekedar mampir beristirahat seraya mengeluarkan bekal, tempat bercengkerama dan berdiskusi bagi kelompok setengahbaya hingga tempat melepas rasa kantuk beberapa warga lainnya yang tidur dibawah teduhnya pepohonan.

Mari kita ke Jakarta, masih adakah taman yang layak untuk disebut sebagai RTH?

Cobalah sekali-kali bermain ke daerah Tebet, di sana ada kawasan hijau yang disebut Taman Hutan Kota Tebet terletak di Jl Tebet Timur dan dan Jl Tebet Barat. Di tempat ini pepohonan cukup lebat dan tinggi serta kicauan burung masih terdengar. Kawasan hijau di tengah kota yang dimanfaatkan oleh warga untuk berolahraga, berekreasi, belajar mengenal suara burung atau sekedar berinteraksi dengan sesama warga menikmati hijaunya. Kembali sayang, sebagian warga masih belum menumbuhkan rasa peduli terhadap sarana publik yang ada sehingga beberapa fasilitas seperti tempat bermain anak menjadi korban.

[caption id="attachment_212068" align="aligncenter" width="300" caption="Seorang warga menikmati berolahraga di Taman Hutan Tebet (dok. koleksi pribadi)"]

13474927501515899354
13474927501515899354
[/caption]

Di daerah Menteng ada satu taman yang pembangunannya dulu sempat menuai protes dari sana sini karena dibangun di atas lahan bekas markas Persija yang dikenal dengan Stadion Menteng. Stadion yang lama dibangun pada 1921 bernama VIOS (Voetbalbond Indische Omstreken Sport) Veldt. Stadion Menteng dibongkar pada 2006 dan aktifitas sepakbolanya dipindahkan ke Stadion Lebak Bulus. Sekarang di lahan tersebut telah berdiri sebuah taman yang diresmikan pada 28 April 2007 dengan nama Taman Menteng. Beberapa fasilitas publik yang tersedia di taman ini antara lain lapangan: futsal, basket, voli, sumur resapan serta lahan parkir. Lalu di tengah-tengah taman terdapat rumah kaca yang biasa dijadikan sebagai tempat pameran.

[caption id="attachment_212072" align="aligncenter" width="450" caption="Taman Menteng dan rumah kacanya (dok. koleksi pribadi)"]

1347493218120039447
1347493218120039447
[/caption] [caption id="attachment_212069" align="aligncenter" width="450" caption="Lahan hijau di atas gedung Salihara, Pasar Minggu (dok. koleksi pribadi)"]
13474929031112267951
13474929031112267951
[/caption]

Jika ingin menikmati konsep taman yang berbeda, bertandanglah ke Komunitas Salihara di Pasar Minggu. Sebuah lahan hijau di puncak gedung dijadikan sebagai panggung terbuka untuk pertunjukan atau sekedar bersantai.

[caption id="attachment_212071" align="aligncenter" width="294" caption="Masih banyak warga yang tidak peduli pada tanaman di dalam taman meski telah ada jalur khusus untuk pejalan kaki (dok. koleksi pribadi)"]

13474929962017126955
13474929962017126955
[/caption] Karena pemahaman dan kebutuhan ruang publik makin dirasa perlu,keputusan akhir berada ditangan pemerintah.Akankah serius menyediakan RTH atau makin agresif memberi izin pada pembangunan mall, supermarket dan area bisnis lain yang sering mengabaikan kebutuhan warganya akan RTH. Dan sebagai warga, mari kita bersama menjaga kelestarian RTH yang ada di sekitar kita. [MH/oli3ve]

*****

Sebuah kolaborasi Maria Hardayanto dan Olive Bendon untuk menyemarakkan Weekly Photography Challange 21.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun