Mohon tunggu...
Olive Bendon
Olive Bendon Mohon Tunggu... Administrasi - Travel Blogger

Travel blogger yang senang menceritakan perjalanannya (dan kawan berjalannya) yang berkaitan dengan sejarah, gastronomi, medical tourism, kesehatan mental lewat tulisan. Memiliki hobi fotografi, menonton teater, dan membaca buku. Ikuti juga jejaknya di OBENDON.COM

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rendahnya Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Seks Mempengaruhi Meningkatnya Kasus Inses

8 Agustus 2011   05:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:59 2071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pagi ini saat membuka lembaran Kompas, Jumat (5/8) saya tertarik dengan berita di Langkan "Kasus Inses Makin Meningkat". Disitu dijelaskan kasus inses di propinsi Bengkulu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun namun belum ada penanganan yang optimal. Teti Sumeri dari Cahaya Perempuan Woman Crisis Center (WCC) Bengkulu memaparkan ada 2 kasus inses yang terjadi pada 2009, 13 kasus di tahun 2010 lalu tahun ini hingga Agustus 2011 saja sudah ada 11 kasus. Kondisi yang sangat memprihatinkan.

Inses adalah hubungan seks yang terjadi diantara dua orang berlawanan jenis yang masih memiliki hubungan darah (keluarga) yang sangat dekat, misalnya ayah dengan anak kandung perempuan, kakek dengan cucu perempuan, adik kakak sekandung, ibu dengan anak kandung laki-laki atau saudara sepupuan yang masih terlalu dekat. Dari jaman dahulu kala, perkawinan sedarah diantara keluarga kerajaan maupun keluarga bangsawan sudah terjadi demi mengamankan tahta serta warisan tidak jatuh ke pihak luar. Di kerajaan Mesir kuno yang meyakini keluarga mereka sebagai keturunan langsung dari dewa Mesir, merasa wajar melakukan perkawinan diantara mereka untuk menjaga ikatan suci keturunan dewa. Salah satu contoh Cleopatra menikahi adiknya Ptolemeus XIII untuk menjaga agar tahta dan kehormatan Mesir tetap dikuasainya. Tutankhamun lahir dari ayah dan ibu yang sedarah, Raja Akhenaten (Amenhotep IV) yang menikah dengan adik kandungnya. Beberapa tahun lalu saya sempat menonton film Caligula, kisah kaisar kejam dan gila dari Romawi. Caligula adalah cicit Kaisar Agustus, dia seorang yang gila seks bahkan mengubah istananya menjadi rumah bordil. Dia mengambil keperawanan dari setiap pasangan pengantin baru laki-laki dan perempuan, dia sangat mencintai adiknya Drusila bahkan tidur dengannya. Lalu di Hawai ada kisah kasih Raja Kamehameha III dengan adiknya Putri Nahi'ena'ena.

Bertolak belakang dengan perkawinan di lingkungan kerajaan yang bertujuan untuk melindungi harta dan kehormatan tetap berada di lingkaran keluarga istana; kemiskinan menjadi salah satu pemicu timbulnya inses di kalangan masyarakat awam. Kasus inses di Bengkulu banyak terjadi pada keluarga yang ibu rumah tangganya meninggalkan suami dan anaknya karena menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri. Selain dilarang oleh agama, dari sisi medis perkawinan sedarah dapat menimbulkan cacat pada anak yang lahir dari hubungan tersebut. Mungkin anda pernah membaca atau mendengar tentang Josef Fritz yang menghebohkan pada tahun 2008. Lelaki Austria ini selama 24 tahun menyekap dan memperkosa putrinya Elizabeth di ruang bawah tanah rumah mereka. Tujuh anak lahir dari hubungan tersebut dengan berbagai masalah kesehatan. Tiga anak diadopsi oleh Josef dan istrinya Rosemary yang tidak tahu menahu kejadian tersebut, tiga anak dikurung bersama Elizabeth di ruang bawah tanah dan satu anak meninggal sesaat setelah dilahirkan dibakar oleh Josef. Kisah dalam Alkitab [Kej 19:31-38], lingkungan menjadi penyebab terjadinya inses antara Lot dan kedua anak gadisnya. Lot yang sudah tua, digauli secara bergilir saat tidur oleh anaknya untuk mendapatkan keturunan. Mereka tidak menemukan lelaki lain di sekitarnya yang dapat dijadikan pasangan.

Di Indonesia selain Bengkulu kasus inses juga merebak di beberapa daerah lain seperti Lombok, Jambi dan Gorontalo. Melihat masih banyaknya kasus inses yang terjadi di masyarakat tidak lepas dari beberapa hal berikut :


  • Kultur/budaya setempat yang membolehkan perkawinan sedarah dan biasanya terjadi lewat perjodohan karena orang tua telah saling mengenal dengan baik
  • Tingkat pendidikan yang rendah, kebanyakan korban inses adalah perempuan dengan pendidikan SD/SMP
  • Ditabukannya pendidikan seks kepada anak-anak sehingga tingkat kesadaran akan hak terhadap tubuh sendiri dan pengetahuan seks sangat minim
  • Kondisi ekonomi yang rendah, beberapa kasus terjadi karena satu keluarga yang tidak memiliki tempat tinggal yang memadai terpaksa tidur bercampur dan berdesakan di dalam satu kamar. Akibatnya kontak fisik diantara mereka pun terjadi.


Seorang kawan pernah sharing mengatakan my body is my business. Jika kita peduli terhadap tubuh kita, maka kita berhak menjaganya dengan sebaik-baiknya. Kesimpulannya untuk menghindari terjadinya kasus inses, perlu dasar agama yang kuat, pengenalan pendidikan seks secara dini serta menanamkan kesadaran diri akan hak kontrol tubuh sendiri.[oli3ve]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun