Mohon tunggu...
Olive Bendon
Olive Bendon Mohon Tunggu... Administrasi - Travel Blogger

Travel blogger yang senang menceritakan perjalanannya (dan kawan berjalannya) yang berkaitan dengan sejarah, gastronomi, medical tourism, kesehatan mental lewat tulisan. Memiliki hobi fotografi, menonton teater, dan membaca buku. Ikuti juga jejaknya di OBENDON.COM

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Perlunya Pembekalan Ilmu Bersih-bersih Untuk OB

15 Juni 2012   04:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:58 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1339733307635394522

Senin malam saya sebel banget saat balik dari kamar kecil mendapati gelas minum di meja sudah raib, padahal isinya masih penuh karena baru diisi ulang. Haduuuuuuh, gimana sih? Ini sudah yang kesekian kalinya terjadi, bukan cuma di sore hari tapi kadang sehabis istirahat gelas ikut raib. Setiap kali diusut tak ada satu pun dari petugas bersih-bersih yang mau mengaku sebagai pelakunya (ya iyalaaah, sangat jarang pelaku mengaku salah). Meski setiap kali kejadian saya selalu angkat telepon ke pantry mengingatkan kalau meja saya masih berantakan, artinya saya masih butuh gelas buat minum.

[caption id="attachment_194788" align="aligncenter" width="300" caption="Learn & Earn (dok. http://blog.kksmarts.com)"][/caption] Di kantor memang sebagian besar pesuruhnya adalah laki-laki, karena mereka juga setiap saat dimintai tolong untuk membantu mengangkat yang berat-berat. Jadi, untuk urusan menyediakan minum pun dikerjakan oleh laki-laki sedang yang perempuan lebih ke urusan bersih-bersih di kamar kecil, pantry, meja kerja hingga dititipi untuk beli makanan, pijet atau kerokan.

Saya tidak tahu kriteria yang diterapkan oleh bagian perekrutan karyawan dalam proses seleksi layak tidaknya seseorang diterima bekerja sebagai office boy/girl (OB/G). Setahu saya mereka disalurkan dari salah satu penyedia tenaga kerja yang mengikat kerja sama dengan tempat saya bekerja. Saya juga tidak tahu apa alasan mereka untuk bertahan bekerja hanya sebagai OB/G, meski ada satu dua orang yang akhirnya pindah karena diterima di perusahaan jasa boga.

Hal lain yang sering bikin saya sebel adalah ketika mereka kerajinan melap meja kerja dengan lapnya yang bau tengik! Perkara lap ini pun pernah membuat beberapa orang mencak-mencak karena membaui ruangan menebar wangi apek di pagi hari hahahaha. Lebih baik bersihin meja sendiri dengan tissue basah (baca: tissue yang dibasahi dengan air mineral ;)) daripada pagi-pagi mencium aroma tengik dan apek bukan? Untuk perkara ini, entah sudah berapa kali kita mengingatkan mereka untuk mencuci lapnya dan menjemurnya hingga kering.

Dari pengalaman di atas, saya teringat mendiang Opa-Oma yang cerewetnya minta ampun saat mengajari cara membersihkan rumah.

Ampoooo (= cucu, bhs Toraja), habis makan cuci piring sampai bersih! Gelas dan piring dipisahin, jangan dicampur!”

Ala-alaaaaaa, kalau menyapu jangan begitu. Geser dulu bangkunya, baru disapukolongnya! Bagian belakang pintu jangan lupa !”

Eeee...eeee, menyapu halaman bukan begitu caranya, ampo. Jangan diambil satu-satu daunnya, sapu dulu semua ke satu tempat baru diangkat. Kalau ada rumput dicabut!”

Bersihin kaca jendela pakai koran, debunya dibersihkan dulu dengan bulu ayam (=kemoceng)!”

Ya, mereka memang cerewet. Tapi kalau tidak dicerewetin dari kecil, saya pasti tak tahu bagaimana cara membersihkan rumah dengan benar. Sesuatu yang sangat sederhana sebenarnya, tapi tak semua orang tahu triknya. Betul apa betul?

Karena itu, bila melihat asisten rumah tangga (ART), OB/G atau siapa saja yang menyapu, mengepel atau mengerjakan pekerjaan bersih-bersih lainnya secara asal suka iseng aja memberi komentar dan memberitahu cara yang benar. O,ya satu lagi, kalau mereka menghidangkan minuman gelasnya sering basah dan meninggalkan noda di atas meja. Saat ditegur jawabannya,”aduh mbak, namanya juga buru-buru gak sempatlah dilap tatakannya!” Belum lagi posisi pegangannya yang salah, tapi tetap saja tidak pernah diperhatikan padahal mereka sering mengantarkan minum untuk tamu penting saat ada pertemuan petinggi.

Kadang merasa sayang aja melihat mereka capek-capek bekerja tapi tidak ada peningkatan. Namun saat diberitahu sedikit tips untuk meningkatkan nilai tambah tidak semua mau menerima masukan dan lebih sering tidak mendengarkan. Mungkin karena mereka merasa terbiasa mengerjakannya jadi tak ada yang salah. Ya sudahlah, yang penting saya sudah mengingatkan dan memberi petunjuk, syukur-syukur kalau didengarkan terlebih bila diterapkan. Semua itukan buat kebaikan mereka juga. Tapi kalau mereka tetap memilih bertahan dengan cara mereka, tak mengapa hukum seleksi alam masih berlaku. [oli3ve]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun