Mohon tunggu...
Olive Bendon
Olive Bendon Mohon Tunggu... Administrasi - Travel Blogger

Travel blogger yang senang menceritakan perjalanannya (dan kawan berjalannya) yang berkaitan dengan sejarah, gastronomi, medical tourism, kesehatan mental lewat tulisan. Memiliki hobi fotografi, menonton teater, dan membaca buku. Ikuti juga jejaknya di OBENDON.COM

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Opa Yotty, Pergi dalam Kesederhanaan Anak Presiden

29 Maret 2011   03:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:20 955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_98800" align="alignleft" width="300" caption="Opa Yotty Jonathans"][/caption] Kemarin malam saya terkaget-kaget membaca update status pak Lilie  Suratminto di facebook; di situ  jelas tertulis Opa Yotty telah tiada. Kenangan berputar ke April tahun lalu saat berkunjung ke rumah Opa Yotty di Depok bersama serombongan peserta PTD Depok Lama Sahabat Museum. Opa Yotty dengan langkah tertatih menemui kami di teras rumahnya yang sederhana, wajah tuanya sesekali dihiasi senyum dengan pandangan menerawang saat menjawab pertanyaan yang dilontarkan kepadanya. Siapa Opa Yotty, sampai saya bela-belain menuliskannya secara khusus di sini? Opa Yotty Jonathans adalah putera G. Jonathans Presiden Depok yang memimpin gemeente bestuur (pemerintahan sipil) dengan daerah teritori khusus di Depok.  Gemeente bestuur dibentuk pada 1872 oleh para ahli waris Chastelein yaitu para pekerjanya yang telah dimerdekakan guna membentuk tatanan awal pemerintahan sipil di Depok dalam organisasi kepemimpinan berciri republik. Negara Depok dengan otonomi sendiri ini bahkan diakui oleh pemerintah Hindia Belanda di masa itu. G. Jonathans adalah Presiden Republik Depok yang terakhir karena pada 4 Agustus 1952 pemerintah Indonesia mengambil alih seluruh tanah partikelir Depok (kecuali gereja, sekolah, balai pertemuan dan pemakaman) menjadi hak pemerintah dengan memberikan uang ganti rugi sebesar Rp 229.261,26. Cornelis Chastelein menjejakkan kaki di Depok pada 10 Agustus 1657 dan mulai membangun daerah tersebut bersama pekerja yang dibawanya dan berasal dari berbagai wilayah di nusantara seperti Bali, Borneo, Makassar, Maluku, Ternate, Kei, Pulau Rote dan Batavia.  Mereka terdiri dari 12 (dua belas) marga yaitu Jonathans, Laurens, Bacas, Loen, Soedira, Isakh, Samuel, Leander, Joseph, Tholense, Jacob dan Zadokh. Sepeninggal Chastelein para pekerja ini mendapatkan pembebasan dan hak waris atas seluruh tanah, bangunan, alat pertanian dan harta Chastelein lainnya berdasarkan surat wasiat yang dituliskan oleh Chastelein pada 13 Maret 1714. Chastelein mengajarkan mereka agama Kristen sesuai dengan amanat dari ayahnya dan mendirikan Gereja Jemaat Masehi pada 1714 (sekarang GPIB Immanuel Depok) untuk tempat beribadah. Chastelein juga berpesan agar proses pembagian warisan dilakukan secara adil dan bijaksana seperti yang tertuang dalam kutipan terjemahan wasiatnya berikut : "... MAKA hoetan jang laen jang disabelah timoer soengei Karoekoet sampai pada soengei besar, anakkoe Anthony Chasteleyn tijada boleh ganggoe sebab hoetan itoe misti tinggal akan goenanya boedak-boedak itoe mardaheka, dan djoega mareka itoe dan toeroen-temoeroennja tijada sekali-sekali boleh potong ataoe memberi izin akan potong kajoe dari hoetan itoe boewat penggilingan teboe... dan mareka itoe tijada boleh bikin soewatoe apa djoega jang boleh djadi meroesakkan hoetan itoe dan kasoekaran boeat toeroen-temoeroennja,..." Chastelein meninggal pada 26 Juni 1714, tanggal kematiannya kemudian diperingati sebagai hari kemerdekaan dari perbudakan bagi kaum pekerja Chastelein. Ke-12 marga pekerja ini pun diabadikan di pintu GPIB Immanuel Depok. [caption id="attachment_98806" align="aligncenter" width="550" caption="foto bersama peserta PTD Depok Lama di depan rumah Presiden Depok"]

13013599041870741737
13013599041870741737
[/caption] Jauh dari keriuhan dan kemegahan, Opa Yotty hidup dalam kesederhanaan bersama anak cucunya di rumahnya di kawasan Depok Lama. Rumah sederhana tempat dimana ayahnya, mantan mendiang Presiden Republik Depok juga pernah menetap dan memimpin Negara Depok. Rumah yang berdiri di depan Gemeente Bestuur van Depok (dulu kantor pemerintahan Depok) itu menyimpan banyak cerita. Beliau pun pergi dalam kesederhanaan tanpa jamahan media. Selamat jalan Opa Yotty. Keramahan, ketulusan, senyum dan lambaian tangan Opa akan selalu terkenang di hati kami, beristirahatlah dengan tenang. Beberapa foto saat berkunjung ke kediaman Opa Yotty dan Depok Lama bisa diunduh di sini Tulisan ini dibuat untuk mengenang Opa Yotty Jonathans putera Presiden Depok yang berpulang dalam kesederhanaan sebagai anak seorang presiden. Terima kasih telah menerima kami yang datang berombongan tanpa ba-bi-bu "menyerbu" dengan beribu pertanyaan namun Opa dengan sabar menjawabnya satu per satu.[olive]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun