Mohon tunggu...
Olive Bendon
Olive Bendon Mohon Tunggu... Administrasi - Travel Blogger

Travel blogger yang senang menceritakan perjalanannya (dan kawan berjalannya) yang berkaitan dengan sejarah, gastronomi, medical tourism, kesehatan mental lewat tulisan. Memiliki hobi fotografi, menonton teater, dan membaca buku. Ikuti juga jejaknya di OBENDON.COM

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mochtar Soemodimedjo, Sutratadara Kereta Api Terakhir Berpulang

14 Mei 2012   00:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:20 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini seperti pagi pagi sebelumnya, saya membuka beberapa media sosial sekedar untuk melihat berita terkini yang dihembuskan oleh para penggiat di medsos. Dua buah status bernada serupa yang disampaikan oleh dua orang teman terkait berada di urutan teratas, langsung menarik perhatian:

Innalillahi wainailaihi raji'un .. Telah berpulang ke Rahmatullah ayahanda kami tercinta, Ir. Mochtar Soemodimedjo MA, pada hari Senin, 14 Mei 2012 pukul 02:25 dini hari ini. Mohon doa dan mohon maaf sebesar2nya kepada para kerabat, handai taulan dan rekan2 sekalian. Kami haturkan terima kasih yang sebesar2nya.

[caption id="attachment_188056" align="aligncenter" width="500" caption="Bp Mochtar Soemodimedjo didampingi menantunya Rafly saat diinterview oleh Kompas TV di Beos (dok. koleksi pribadi/Olive Bendon)"][/caption] Mochtar Soemodimedjo yang dimaksud adalah sutradara film sejarah kolosal Kereta Api Terakhir yang menempuh pendidikan selepas SLA - B (1960) dengan meneruskan ke Fakultas Arsitektur, Universitas Diponegoro di Semarang (1960-1963). Meraih gelar Master of Arts of Cinematography dari Faculty of Film Feature Direction, All Union Institute of Cinematography, Moskow (1964-1971). Memasuki dunia film pada tahun 1964 dan memulai debutnya sebagai sutradara untuk film The Night Flight (1968). Max Havelaar (1975) adalah film dimana beliau menjadi sutradara pendamping Vons Rademaker yang sempat diblokir oleh Badan Sensor Film Indonesia selama 12 tahun sebelum akhirnya dikeluarkan pada 1987 tanpa sensor. Film yang sebelumnya berjudul Saidjah dan Adinda ini, diangkat dari novel karya Dowes Dekker. Film-film beliau yang lain adalah Paparacio (1971), Hutan Tantangan (1972), Seruling Senja (1974), Inem Nyonya Besar (1977), Tuan Besar (1977), Buaya Deli (1978) dan Saman & Salmah (1979).

Bertemu langsung dengan beliau pada Pebruari lalu ketika menggelar acara Nobar : Kereta Api Terakhir di Beos (08/02/12) atas kerjasama Sahabat Museum (Batmus) dan Indonesian Railway Preservation Society (IRPS). Belum sempat kami memenuhi undangannya untuk mendengarkan kuliah tentang perfilman dan menonton bersama Max Havelaar di kediaman beliau, pagi ini beliau telah kembali ke pangkuan Sang Khalik.

[caption id="attachment_188057" align="aligncenter" width="500" caption="Batkapiten Batmus bergambar bersama pak Mochtar Soemodimedjo selepas acara nobar Kereta Api Terakhir di Beos (dok. koleksi pribadi/Olive Bendon)"]

1336955089579536503
1336955089579536503
[/caption] Peraih penghargaan Lifetime Achievement FFI 2006 yang lahir di Ambarawa pada 1 Juli 1941 ini adalah ayahanda dari kompasianer Anom Mochtar. Selamat jalan pak Mochtar, semoga tenang di sisiNya dan keluarga yang ditinggal diberi ketabahan serta kekuatan.[oli3ve]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun