Mohon tunggu...
Olive Bendon
Olive Bendon Mohon Tunggu... Administrasi - Travel Blogger

Travel blogger yang senang menceritakan perjalanannya (dan kawan berjalannya) yang berkaitan dengan sejarah, gastronomi, medical tourism, kesehatan mental lewat tulisan. Memiliki hobi fotografi, menonton teater, dan membaca buku. Ikuti juga jejaknya di OBENDON.COM

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Hati-hati Sendal [Anak] Anda!

29 November 2011   00:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:04 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kita sudah sering mendengar dan membaca berita anak kecil kakinya terjepit di sebuah mall karena sendal karet yang digunakan "disedot" eskalator. Untuk mengantisipasi hal ini tidak berulang terjadi, pihak mall sendiri memasang peringatan di sekitar eskalator agar pengguna sendal karetberhati-hati. Sayangnya, banyak orang tua yang tidak menaruh perhatian pada peringatan tersebut. Buktinya, beberapa kali saya disewotin oleh ibu-ibu bahkan baby sitter ketika menegur anaknya yang tidak mau diam, maunya manjat-manjat di eskalator. Mungkin mereka pikir nih "orang reseh banget ya, gw aja ibunya cuek beibeh hehe." Atau ibu-ibu ini kelompok orang dewasa yang tidak percaya bagaimana eskalator bisa menggigit sendal karet. Tulisan ini dibuat sebagai pencerahan berdasarkan pengalaman Minggu siang (27/11) setelah shock therapy menolong anak kecil yang sendalnya terjepit di eskalator menuju lantai 2 ITC Kuningan.

Pk 14.45 sehabis mutar-mutar di ITC Kuningan, berdua kawan kami hendak balik ke Mall Ambasador untuk latihan choir di gereja. Naik dari eskalator di sisi kiri belakang yang sepi, di lantai 1 seorang bocah laki-laki berumur 6 (enam) tahunan juga naik tepat di belakang saya. Dia sepertinya hendak mendahului kami tapi langkahnya merapat ke sebelah kiri sisi dimana kami berdiri, bukan ke kanan yang kosong. Kami sempat tersenyum melihat kelakuannya. Saat sudah berada di ketinggian antara lantai 1 dan 2 mendadak dia berteriaktapi suaranya tersekat di kerongkongan. Dua buah tangan kecilnya tiba-tiba sudah memegang erat pergelangan tangan saya. Spontan saya menengok ke belakang dan mengikuti gerakan kepalanya yang menunduk lalu ikut berteriak, "kakinya kejepit!" Teman saya yang posisi berdirinya di depan ikut panik dan berusaha untuk mencapai lantai 2, sementara saya tak kalah panik berusaha tenang membantu si bocah menarik kakinya agar tidak ikut tersedot. Karena posisi berdiri saya satu tangga di atas dia, saya kesulitan untuk membungkuk dan melepas sandal gunung yang talinya mengikat kakinya. Saya berusaha memegang dia sekuat mungkin agar tidak jatuh, sembari memasang kuda-kuda yang kencang karena posisi berdiri saya tidak stabil. Melihat pergantian anak tangga diiringi ujung sendal yang makin disedot menambah kepanikan. Teriakan minta tolong yang keluar dari mulut saya sepertinya hanya menggema kembali ke kedua kuping sendiri, karena orang-orang yang ada di lantai 2 tak ada yang bergerak. Lagi tarik-tarikan, tiba-tiba eskalator berhenti dua anak tangga sebelum lantai 2. Bersamaan dengan itu, kaki si bocah ikut tersentak dari gigitan eskalator; tadinya saya sudah pasrah jika harus melihat pemandangan yang tidak sedap. Syukurlah ternyata eskalator berhenti setelah tombol untuk menghentikan lajunya ditendang kawan saya.

"Loe apain eskalatornya? Gw pikir berhenti karena kakinya kesedot"

"Gw cuma kepikir, mana tuh tombol? kalo nih bocah kenapa-kenapa kita bisa dijadikan tersangka karena hanya kita bertiga di tangga."

Syukur si bocah meski takut dan panik, tidak sampai menangis sehingga kami juga tidak dibuat tambah senewen untuk membantunya. Lebih bersyukur lagi saat eskalator berhenti mendadak, badan yang goyang tidak meluncur bebas ke lantai bawah. Pfiiiuuuuuuh, satu pengalaman yang bikin sport jantung. Setelah melangkah ke lantai 2, bocah ini sempat terdiam sebelum balik badan meraih dan menggegam tangan saya. Dengan suara bergetar kepala mengangguk-angguk mulut kecilnya berucap,"makasih ya mbak." Bocah yang pintar, baik, sopan dan tenang walau mungkin agak lasak; sangat jarang lho ada bocah seusia dia yang bisa tetap tenang dan sempat bilang terima kasih dalam kondisi seperti itu. Dalam kondisi normal aja, anak kecil mesti diingatkan untuk memperkatakan kata dahsyat itu karena yang dewasa juga sering lupa.

[caption id="attachment_152342" align="aligncenter" width="285" caption="peringatan di mulut eskalator (sumber gbr : detik.co.id)"][/caption] Pelajaran penting dari kejadian di atas adalah:

  • Eskalator doyan 'ngemil dan menyedot sendal berbahan karet/tipis: kalau kita perhatikan peringatan yang dipasang oleh pengelola mall umumnya gambar yang disertakan pada setiap tulisan di sekitar eskalator adalah sendal buaya (jenis crocs). Bocah yang kemarin bikin shock mengenakan sendal gunung sejenis eiger. Tetap waspada dan jauhkan ujung alas kaki dari bibir eskalator.
  • Eskalator bukan wahana bermain anak : saat menggunakan eskalator perhatikan batasan sampai dimana posisi kaki kita berpijak di anak tangga. Jika membawa anak kecil, sebaiknya pegang tangannya dan ingatkan mereka eskalator bukan wahana bermain layaknya prosotan dan sejenisnya.
  • Jangan panik : jika menghadapi situasi seperti pengalaman di atas, usahakan untuk tetap tenang agar anda bisa berpikir langkah apa yang harus dilakukan. Anak kecil ketika kaget atau takut (orang dewasa juga ada sih) biasanya langsung menjerit dan menangis, cobalah untuk membuat mereka tenang saat anda melakukan tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan.
  • Cari tombol stop/warna merah : jika berada pada posisi seperti kejadian di atas, segera hentikan laju eskalator dengan menekan tombol bertuliskan STOP atau tombol berwarna MERAH yang biasanya terletak di sisi kanan bawah eskalator. Tombol ini biasanya ada dua, satu di atas dan satu di bawah.
  • Jangan cuek : miliki pengetahuan tindakan keselamatan saat terjadi keadaan darurat, banyak orang yang cuek dengan hal ini karena mereka berpikir sudah ada orang yang bertanggung jawab untuk itu. Akibatnya ketika terjadi sesuatu, main salah-salahan deh! Tak perlu sampai detail, yang penting anda bisa melakukan sesuatu saat menghadapi kondisi darurat.
  • Ternyata kata "TOLONG" itu sudah tidak mempan : kejadian kemarin menyadarkan saya bahwa orang-orang di sekitar kita sudah terlalu cuek saat mendengar teriakan orang minta tolong. Tiga orang mbak-mbak yang duduk di dekat mulut eskalator lantai 2 tetap cuek menikmati isi mangkok di tangan masing-masing dan hanya menoleh sesaat kepada kita yang ribut di eskalator.
  • Safety begins with you, kejadian ini mengingatkan saya pada semboyan yang diperdengarkan saat mengikuti orientasi keselamatan kerja di lingkungan pabrik Chandra Asri sepuluh tahun yang lalu. Tindakan preventif dimulai dari diri kita sendiri, waspalah! waspadalah!

Hidup itu pilihan, mau berbuat baik atau cuek! Pilihan ada di tangan anda, lakukanlah yang terbaik. [oli3ve]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun