Mohon tunggu...
Olive Bendon
Olive Bendon Mohon Tunggu... Administrasi - Travel Blogger

Travel blogger yang senang menceritakan perjalanannya (dan kawan berjalannya) yang berkaitan dengan sejarah, gastronomi, medical tourism, kesehatan mental lewat tulisan. Memiliki hobi fotografi, menonton teater, dan membaca buku. Ikuti juga jejaknya di OBENDON.COM

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Hati Beta Tertambat di Nusa Laut

7 Desember 2012   16:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:02 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langit biru menyambut ayunan langkah menuruni bis yang membawa kami dari Ambon ke Pelabuhan Tulehu, Maluku Tengah, Sabtu pagi (17/11). Deretan kendaraan pribadi menyesaki lahan parkir yang tak begitu lapang di mulut dermaga, menjadikan suasana tampak lebih ramai dari hari sebelumnya. Nusa Laut, negeri yang menjadi tujuan perjalanan pagi ini bersama Komunitas Sahabat Museum (Batmus) setelah sehari sebelumnya puas mengunjungi Pelauw, Haruku dan Hila.

“Ayo nona, langsung naek spitbot!” sapa seorang bapak yang wara-wiri di atas dermaga. Bapak yang wajahnya saya kenali sebagai salah seorang yang kemarin menyorongkan kakinya sebagai pijakan untuk turun ke speedboat. Saya menyambut sapaannya dengan melempar senyum, lalu beranjak menikmati pagi di dermaga dengan ikut mengantri di toilet darurat. Dua jam perjalanan dari Tulehu ke Nusa Laut menjadi pertimbangan untuk mengosongkan isi tanki menghindarihasrat buang air kecil di tengah laut.

[caption id="attachment_228139" align="aligncenter" width="468" caption="Dermaga pelabuhan Tulehu, Ambon di pagi hari yang diabadikan dengan Lumia 920. (dok. koleksi pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_228144" align="aligncenter" width="468" caption="Ferry yang mengangkut penumpang dari Tulehu ke Saparua, diabadikan dengan Lumia 920 dari dalam speedboat yang melaju kencang (dok. koleksi pribadi)"]

1354894143277711300
1354894143277711300
[/caption] Di dalam speedboat saya memilih duduk di singgasana yang juga berfungsi sebagai jendela sekaligus pintu di sisi kiri. Posisi strategis untuk menikmati perjalanan karena setiap saat bisa melongokkan kepala dan badan keluar. Dino, 'nyong Ambon yang duduk di belakang saya tak hentinya menyebut nama tempat-tempat yang kami lewati. “Itu Oma!” seru Dino dengan kepala menempel ke jendela. Awalnya saya pikir dia menunjuk rumah omanya kala pandangan terantuk pada deretan rumah yang tampak dari jauh saat kami melintasi sebuah daratan. Ternyata yang dimaksud adalah pulau Oma, salah satu negeri/kampung di Haruku.

Kejadian berulang ketika kami melintasi pulau Ouw. Saya bertanya tiga kali demi memastikan Dino tidak mengaduh karena kesakitan ketika kata “ouw” meluncur dari bibirnya. Siapa yang tidak tahu lagu yang dipopulerkan oleh Bob Tutupoli, Ouw Ulate? Syairnya terinspirasi dari keindahan pulau Ouw, negeri di wilayah Saparua, Maluku Tengah.

Ouw ulate, Tanjung Ouw ulate tanjung si barane, Tanjung Ouw ulate satu dua tiga dan empat lima anam di Kayu Manis sinyo Ambon hitam dan manis, kalau ketawa manis sekali [caption id="attachment_228145" align="aligncenter" width="468" caption="Benteng Beverwijk nampak di kejauhan menjelang Nusa Laut diabadikan dengan Lumia 920 (dok. koleksi pribadi)"]

13548943201020114310
13548943201020114310
[/caption] [caption id="attachment_228147" align="aligncenter" width="468" caption="Dermaga Nusa Laut dilihat dari kompleks pemakaman Sila yang diabadikan dengan Lumia 920(dok. koleksi pribadi)"]
1354894432219991552
1354894432219991552
[/caption] Menjelang Nusa Laut, sekelompok lumba-lumba terlihat di kejauhan menari dengan riang mempertontonkan lekukan tubuhnya yang gemulai.Ujung ekornya seksi meliuk-liuk menggoda mengajak untuk mendekat.Wooowww, surprise! karena sebelumnya Dino bilang,"seng ada lumba-lumba di sini kaka." Saking semangatnya ingin mengabadikan tarian lumba-lumba, kami berlomba menjejali jendela yang ada di sisi kanan speedboat. Akibatnya badan speedboat miring ke kanan karena berat sebelahmembuat sopir panik, “Jangan banyak kanan! kasih kiri!"

Pk 10.30sauh ditambatkan di pantai Sila. Kami disambut seorang bapak yang diperkenalkan sebagai perwakilan Raja Sila tak jauh dari gerbang kampung yang bertuliskan,"Salib Inilah Lantera Allah."Pulau Emas, itulah julukan untuk Nusa Laut yang mengandalkan cengkeh sebagai hasil bumi utamanya. Penduduk Nusa Laut dan sekitarnya menjemur cengkeh di jalan maupun di halaman rumah mereka. Wanginya segar terbawa angin hingga ke bibir pantai.

[caption id="attachment_228149" align="aligncenter" width="468" caption="Gerbang menuju Desa Sila dengan tulisan Salib Inilah Lantera Allah di atasnya (dok. koleksi pribadi)"]

1354894563346667342
1354894563346667342
[/caption] [caption id="attachment_228150" align="aligncenter" width="468" caption="Pemandangan yang umum dijumpai kala berjalan-jalan di Maluku adalah tikar-tikar yang digelar di pekarangan atau di jalan untuk menjemur cengkeh. (dok. koleksi pibadi)"]
1354894701581375892
1354894701581375892
[/caption] [caption id="attachment_228153" align="aligncenter" width="468" caption="Penulis berdiri di karpet pasir sepanjang jalan utama Desa Sila (dok. koleksi pribadi)"]
13548949031094542916
13548949031094542916
[/caption] Gugusan negeri di selatan Pulau Seram, Maluku Tengah ini adalah negeri asal perempuan perkasa nan elok, pahlawan Maluku, Christina Martha Tijahahu. Nusa Laut terdiri atas tujuh negeri yang meliputi Sila, Leinitu, Nalahia, Ameth, Titawaai, Abubu dan Akoon. Masing-masing negeri dikepalai oleh seorang raja, gelar yang diperuntukkan bagi kepala adat yang dipilih secara turun temurun untuk memimpin satu desa adat atau negeri di Maluku. Nusa Laut dapat dicapai dengan kapal cepat yang berangkat dari Tulehu setiap Selasa dan dari Nusa Laut setiap Rabu dengan biaya Rp 60,000/orang.

Hati terpikat sejak langkah pertama diayun memasuki desa Sila. Jalan berkarpet pasir, deretan rumah tua dengan pekarangan luas yang tertata rapi serta sambutan warganya yang ramah menyejukkan hati. Kami beristirahat sejenak di halaman rumah raja Sila, bercengkerama dengan warga yang senang kedatangan tamu dari jauh. Anak-anak kecil berlarian keluar dari pekarangan, berlomba memasang gaya di depan kamera yang siap mengabadikan senyum manis mereka.

[caption id="attachment_228154" align="aligncenter" width="468" caption="Gereja Protestan Maluku  Eben-Haezer, Sila salah satu gereja tua di Maluku (dok. koleksi pribadi)"]

13548950291623343968
13548950291623343968
[/caption] Dari rumah raja kami beranjak ke Tanjung Puttilessy dan menyempatkan mampir ke Gereja Eben-Haezer, gereja tua yang berada di tengah desa Sila. Gereja ini dibangun Portugis pada tahun 1719 dengan penataan bangku yang masih memisahkan antara bangku untuk raja dengan jemaat biasa. Bangku raja berada di deretan belakang, tepat di tengah ruang ibadah berhadapan-hadapan dengan dengan mimbar. Puas menikmati isi gereja, langkah dilanjutkan ke Benteng Beverwijk.

[caption id="attachment_228156" align="aligncenter" width="468" caption="Seorang gadis kecil tampak berjalan menuju Benteng Beverwijk, Sila (dok. koleksi pribadi)"]

13548951821896617742
13548951821896617742
[/caption] Bangunan tiga lantai berbentuk segi empat berdiri kokoh menghadap ke laut Banda dengan pekarangan hijau yang lapang di depannya.Jika diperhatikan dengan seksama, bentuknya serupa dengan Benteng Amsterdam di Desa HilaDi halaman benteng ini, tepat 195 tahun dari hari kami berkunjung; Kapitan Paulus Tijahahu, ayah Christina Martha ditebas kepalanya oleh Belanda pada 17 November 1817. Bangunan yang sekarang telah dipugar mengikuti bentuk aslinya ini, dibangun sekitar tahun 1654 oleh Admiral Verhoeven.

Bagi penikmat alam bawah laut, snorkeling di sekitar perairan Nusa Laut sangat menggoda untuk dilewatkan begitu saja. Dan sebagai pecinta situs tua, melihat di kejauhan ada benda yang menyembul di antara semak di bibir pantai adalah bonus dari pejalanan ini. Anugerah terindah ketika melangkah di antara makam raja-raja Sila ditemani oleh bapak E. Soselisa, Raja Sila. Kembali dari makam, sekotak nasi kuning pun tandas dalam sekejap, nikmat turun ke perut ditemani buaian angin pantai di halaman rumah keluarga raja.

[caption id="attachment_228157" align="aligncenter" width="468" caption="Gundukan-gundukan yang menarik di bibir pantai Sila (dok. koleksi pribadi)"]

1354895311645427195
1354895311645427195
[/caption] [caption id="attachment_228158" align="aligncenter" width="468" caption="Ditemani bapa Soselisa, Raja Sila blusukan menyibak 2 buah makam raja Sila yang diselimuti semak (dok.koleksi pribadi)"]
1354895377579906357
1354895377579906357
[/caption] Satu hal yang tak terpisahkan dari setiap perjalanan adalah dokumentasi. Setelah 450D kawan sejati yang selalu menemani perjalanan kejang-kejang dan terkapar di Benteng Amsterdam pada hari kedua di Maluku, smartphone-lah yang diandalkan untuk mengabadikan jejak dan aktualisasi diri ke seisi jagad: sedang dimana, 'ngapain dan dengan siapa? Beruntung sebelum berangkat dibekali Nokia Lumia 920, handphone pintar keluaran terbaru dari Nokia yang berbasis Windows Phone 8!

Butuh bergadang semalaman untuk mengakrabkan diri dengan Lumia 920 yang saya terima beberapa jam sebelum berangkat ke Maluku. Lumia 920 menjadi andalan untuk merekam jejak baik berupa foto maupun video sepanjang perjalanan meyusuri kepulauan Maluku. Beberapa fitur terbaru yang ditawarkan mengobati sesal karena kolapsnya 450D.

Fitur yang cukup seru dari Lumia 920 adalah layar PureMotion HD+ display-nya yang sangat sensitif merespon sentuhan ujung jari. Bahkan saat iseng membungkus jari yang basah sehabis bermain air dengan ujung kaos dan ketika dicoba dengan menggunakan ujung kuku pun responnya cepat. Keunggulan lain dari piranti ini adalah, warna gambar yang dihasilkan sangat menggoda. Dengan layar berukuran 4,5 inchi tampilan gambar menjadi lebih besar dan masih samar terlihat meski di bawah terik matahari.

Berbekal pengalaman berkawan dengan DSLR, memegang Lumia 920 bangkitkan rasa penasaran terlebih saat hendak merekam gambar kala matahari sudah tenggelam. Sebagai handphone pintar, Lumia 920 menyediakan beberapa fitur pemotretan layaknya kamera digital yang bisa diatur dan disesuaikan dengan selera masing-masing penggunanya. Contoh saat memotret di malam hari, selain diatur ke mode Night, ISO, WhiteBalance maupun Eksposure masih bisa diutak-atuk.Untuk mendapatkan hasil yang sesuai keinginan, ekperimen pun menjadi kawan karib.

[caption id="attachment_228160" align="aligncenter" width="468" caption="Mencoba fitur Nokia City Lens di Cafe Panorama, Ambon sehari sebelum 450D kolaps (dok. koleksi pribadi)"]

13548956491074961100
13548956491074961100
[/caption] Lumia 920 dilengkapi Lensa Carl Zeis dengan teknologi PureView menjadikan video yang direkam bebas blur. Meski kamera bergoyang kala diayun-ayun di dalam speedboat atau di tempat yang pencahayaannya kurang, tetap bisa merekam gambar dengan baik. Nokia City Lens, adalah fitur unggulan lainnya yang kurang berhasil saat diuji coba di Maluku namun sukses menemukan tempat-tempat yang diincar saat kembali ke Jakarta.

Terlepas dari gangguan turunnya daya tahan battery yang menyerap banyak energi saat digunakan untuk browsing dan merekam gambar bergerak, Lumia 920 praktis untuk diajak bertualang. Untuk menyiasati battery kolaps, saya membajak powerbank salah seorang teman jalan hahaha. Jadi walau kamera DSLR kolaps, semua kenangan dan jejak dari perjalanan menyusuri Maluku Tengah dapat terekam dengan baik berkat Lumia 920.

[caption id="attachment_228161" align="aligncenter" width="468" caption="Salam kami dari Nusa Laut! Foto bersama Angel dkk di Desa Sila, Nusa Laut (dok. koleksi pribadi)"]

13548958611721366802
13548958611721366802
[/caption]

Senyum terindah pun enggan beranjak saat kaki kembali menyentuh bening air laut dan melangkah dengan riang ke speedboat. Lambaian tangan dari bapa raja dan senyum ramah warganya mengiringi langkah kami meninggalkan Sila. Perjalanan yang menyenangkan, kami pulang membawa ragam kenangan yang takkan terlupakan. Hati beta tatambat sudah di Nusa Laut.[oli3ve]

*****

Semua gambar di atas (kecuali nomor 2 dari bawah) diabadikan dengan menggunakan Nokia Lumia 920. Koreksi dilakukan hanya sebatas pengaturan terang gelap, rezise dan menambahkan label pada gambar. Gak percaya? Coba bandingkan 3 (tiga) gambar yang dihasilkan Lumia 920 di bawah  ini:

  • Senja di pantai Natsepa

[caption id="attachment_228164" align="aligncenter" width="468" caption="Jejeran penjual rujak yang wajib disambangi bila ke Maluku - asli (dok. koleksi pribadi)"]

13548961751969668033
13548961751969668033
[/caption]

13548968411783884178
13548968411783884178
Gambar setelah dikoreksi dengan mengatur terang gelap sesuai selera (dok. koleksi pribadi)
  • Pasar Mardika jelang tengah malam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun