Galeri menempati bangunan peninggalan Inggris yang dirancang oleh Arthur Benison Hubback pada 1909. Di ruang pertama galeri ini terpampang asal -- usul berdirinya Kesultanan Selangor. Berawal dari kedatangan orang -- orang Bugis ke Johor hingga pengangkatan Raja Lumu -- anak Opu Daeng Chelak, Yam Tuan Muda Johor -- pada 1757 sebagai pemimpin pemerintahan di Kuala Selangor yang menjadi tonggak berdirinya Kesultanan Selangor dengan Raja Lumu (Sultan Salehuddin) sebagai Sultan Selangor I.
Sayang, Julie terlalu tergesa -- gesa mengajak berpindah ruang (mungkin karena dibatasi oleh waktu) sehingga saya memilih melepaskan diri dari kelompok dan menikmati sendiri alur cerita dari satu ruang ke ruang lainnya. Saya tak sendiri, di ruang lain saya melihat Megumi Kariwa dari Malaysia Magazine pun masih asik menyasar koleksi galeri untuk didokumentasikan.
Usai berkeliling di Galeri Diraja Sultan Abdul Azis, kami beranjak ke sebuah kedai makan di tepi Sungai Klang. Kami duduk di meja panjang yang menghadap Jembatan Kota, salah satu ikon Klang. Datang pada jam istirahat kantor, kedai ini dipenuhi oleh para pekerja yang beristirahat untuk makan siang. Sebagian besar lelaki berbadan gempal dan berkulit gelap, keturunan India pastinya. Meski lapar, harus sabar menunggu karena di dekat dapur antrian pengunjung lain yang hendak makan pun mengular.
Siang itu kami menikmati menu spesial Nasi Kandar Tepi Sungai di hari Jumat yang diantarkan Salim Khan, pemilik kedai, ke meja berupa Nasi Briyani, Kari Kepala Ikan, dan Ikan Goreng yang masih panas dan sedap. Sebagai pencuci mulut, saya memilih Teh Tarik Panas-nya yang juara.
Malaysia adalah rumah bagi 3 (tiga) etnis besar Melayu, Cina, dan India. Karenanya di setiap kota -- kota sejarahnya akan selalu dijumpai kampung Melayu, pecinan, dan kawasan India. Restoran -- restoran India terbaik di Selangor adanya di Klang. Meski perut masih penuh, kami pun mampir ke Restoran Mohana di kawasan Little India.
Pikirkan kapasitas perut sebelum tangan bergerak mengambil lauk, karena apa yang sudah diletakkan di meja akan dihitung dan ditagihkan kepada pengunjung! Jangan lupa cuci tangan sebelum makan, karena makannya tak pakai sendok garpu!
Untuk memuaskan rasa penasaran, saya mengudap Roti Pisang dan Teh Masala (teh rempah India) yang rasanya serupa minum jamu yang diberi susu. Sedap. Saya bahkan menambah secangkir dari jatah yang tak disentuh di meja.
 Tak lengkap rasanya bila sudah di Klang tak melihat Port Klang! pelabuhan yang dibangun semasa Frank Swettenham menjadi Residen Selangor karenanya pelabuhan Klang dikenal pula dengan nama Port Swettenham. Maka di malam hari kami beranjak ke Tanjung Harapan menikmati suasana di sekitar pelabuhan sembari makan ikan bakar di Muara Ikan Bakar.
Sesuai dengan nama tempatnya, yang disajikan di meja malam itu pun makanan yang didominasi oleh ikan. Muara Ikan Bakar buka dari petang hingga pagi, jadi kalau ada yang ke Klang dan mendadak lapar tengah malam, pergilah ke pelabuhan Klang.