Ketika Belanda memasuki wilayah Toraja pada 1905, pemerintah Belanda memandang perlunya pendidikan bagi masyarakat Toraja. Maka didirikanlah landschap shool di dua kota kecil di Toraja; Makale dan Rantepao. Kebetulan sekali kedua kota tersebut saling berpunggungan. Satu di utara, satu lagi di selatan. Untuk mengajar, didatangkan tenaga pengajar dari daerah lain seperti Ambon, Makassar, Manado, Sangihe Talaud, serta beberapa dari pulau Jawa. Di awal 1920, saat zendeling memulai misi di Toraja, dibuka pula sekolah - sekolah di beberapa distrik di luar Makale dan Rantepao. Tujuannya selain untuk mendapatkan tenaga terdidik yang bisa dipekerjakan sebagai klerk yang dapat membantu pekerjaan administrasi di kantor pemerintahan Belanda, juga sebagai sarana untuk menyebar agama kristen.
Pada masa itu, para tenaga pengajar maupun zendeling yang ditempatkan di sekolah - sekolah tersebut harus banyak bersabar untuk menjangkau tempat tugasnya. Infrastruktur yang belum terjamah serta sarana transportasi yang masih sangat minim, menguras tak hanya tenaga tapi juga waktu dan materi.
Hari ini, jauh setelah Indonesia terbebas dari kolonialisme ternyata beberapa daerah di Toraja masih saja dalam kondisi dan mengalami kesulitan yang sama. Mappak salah satunya.
Mappak, salah satu kecamatan di Tana Toraja yang banyak diabaikan pemerintah Toraja meski setiap kali jelang pemilihan kepala daerah (Pilkada), ada banyak janji yang ditebar untuk menarik perhatian warganya.
Sama sekali tidak terbayang di benak saya, Mappak dan Simbuang kondisinya sangat memprihatinkan. Dalam hati kecil saya pun berkata jika kelak saya mendapat restu dari masyarakat dan tentunya atas izin Tuhan, maka kedua daerah tersebut, menjadi salah satu prioritas untuk melakukan pembangunan infrastruktur jalan. - [Victor D. Batara, 10 Mei 2010].
Pernyataan di atas disampaikan Victor Batara dalam tulisan yang dipublikasikannya di Kompasiana (2010). Waktu itu Victor sedang giat berkampanye untuk menjadi orang nomor satu di pemerintahan Tana Toraja. Saat itu dirinya tak menang tapi pada bagian lain tulisan tersebut dirinya juga menulis akan mengingatkan bupati yang terpilih untuk fokus pada Mappak dan Simbuang. Sejak 2016, Victor Batara menjadi orang nomor dua di lingkungan pemerintahan Tana Toraja. Adakah perubahan yang berarti yang terjadi di Mappak dan Simbuang?
Mari kembali melihat ke bidang pendidikan.
SMA Kristen Miallo salah satu sekolah di Mappak yang sudah lama mencari - cari perhatian. Pada akhir 2016, sekolah ini menarik perhatian sekelompok mahasiswa yang menjadikannya target kegiatan bakti sosial mereka. Dibutuhkan energi ekstra dan kesabaran untuk menempuh jarak 100 km dari Makale, ibukota kabupaten Tana Toraja untuk sampai ke Mappak. Juga kesiapan mental melihat dan melalui jalanan berkubang dengan kendaraan beroda dua. Namun, seorang kepala sekolah yang dibantu dua orang guru tetap (seorang dari yayasan, seorang lagi tanggungan pihak lain) serta 11 orang guru tenaga sukarela yang honornya tergantung pada kebaikan hati donatur; masih bersetia mengabdi di sekolah ini.
 Jika melihat program pemerintah Tana Toraja di bidang pendidikan, pada 2020 pemerintah Tana Toraja menargetkan guru dan siswa di Toraja meraih penghargaan di bidang pendidikan. Bentuk penghargaan apa yang akan diberikan? Kesetiaannya mengabdi di daerah yang tak terjangkau pembangunan? Bagaimana agar target tersebut tercapai? Adakah pemerintah menaruh perhatian pada tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dan menunjang proses belajar mengajar? saleum [oli3ve].