Mohon tunggu...
Olive Bendon
Olive Bendon Mohon Tunggu... Administrasi - Travel Blogger

Travel blogger yang senang menceritakan perjalanannya (dan kawan berjalannya) yang berkaitan dengan sejarah, gastronomi, medical tourism, kesehatan mental lewat tulisan. Memiliki hobi fotografi, menonton teater, dan membaca buku. Ikuti juga jejaknya di OBENDON.COM

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Mengasihi Jiwa-jiwa Kecil yang Tertolak

2 November 2011   00:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:10 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

[caption id="attachment_145858" align="alignleft" width="300" caption="Bul, menunggu ibu datang menjemput di jendela favoritnya (dok. koleksi pribadi)"][/caption] Nama kecilnya Agus namun saudara-saudanya lebih senang memanggilnya Bul (= si Gembul) karena badannya gempalkata dua kakak angkatnya. Tatapannya menggetarkan hati semenjak pertama kali mata kami bersirobok. Bola matanya menari-nari mengikuti gerakan tangan kami yang berusaha saling menggapai lewat jendela kaca yang membatasi ruang gerak kami. Dia bertutur dengan bahasanya, saya berusaha mencerna setiap kata lewat gerak bibirnya. Ketika pintu ke tempatnya berdiri dibuka, saya merentangkan kedua tangan menyambut tubuhnya yang berlari mendekat, mendekapnya sekejap sebelum dia melepaskan diri. Sebulan berselang, di pertemuan kami yang kedua Bul terlihat lebih santai dan rileks. Dia langsung mendekat saat diajak duduk selonjoran di lantai beralaskan tikar. Tanpa ragu merapatkan badannya, tertawa geli ketika kupingnya digelitik dan terkantuk-kantuk saat rambutnya dibelai. Mengeratkan pelukannya saat suaragaduh memasuki ruangan, tapi ketika dilihatnya yang muncul serombongan badut berpenampilan lucu dia pun ikut bertepuk tangan. Tak mau diam, dia ikut berlari ke sana kemari hingga peluh menetes di sela-sela rambutnya yang tipis. Saat lelah, dia selalu kembali ke pojok dekat jendela kaca itu berdiri di sana entah apa yang ada dalam benaknya. [caption id="attachment_145855" align="aligncenter" width="300" caption="Bul berdiri di bawah jendela favoritnya (dok. koleksi pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_145856" align="aligncenter" width="300" caption="Bayi-bayi di ruang khusus bayi, Mekar Lestari (dok.koleksi pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_145857" align="aligncenter" width="300" caption="Saudara-saudara sekamar Bul di Mekar Lestari (dok. koleksi pribadi)"][/caption] Menjelang waktu tidur siang, dia kembali asik bermain sendiri di depan kaca. Sepertinya itu adalah tempat favoritnya agar leluasa memantau siapa saja yang melangkah ke dalam rumah. Dia tak peduli dengan teman-temannya yang asik berebut permainan baru. Dalam hati kecilnya dia berharap, suatu hari nanti ibu yang dengannya mereka melewati masa 9 bulandan berjuang melahirkannya ke bumi akan kembali menjemputnya dengan sejuta kasih sayang.Dia tak tahu dan belum mengerti, mengapa sang ibu meninggalkannya di rumah sakit sesaat setelah kelahirannya.

Bul hanyalah satu diantara 80-an anak-anak penghuni Panti Asuhan Mekar Lestari BSD, Jakarta. Mereka anak-anak yang dilahirkan namun harus berpisah bahkan dipisahkan secara paksa dari ibunya karena terlahir dari hubungan yang tidak direstui, tindakan perkosaan, lahir di luar nikah, pergaulan bebas dan alasan ekonomi. Ada yang sengaja dititipkan ibu kandungnya karena kehadirannya ditolak oleh keluarga, dengan harapan suatu hari nanti sang ibu akan kembali menjemput jika keadaan sudah memungkinkan.

Tidak mudah untuk menyembuhkan hati yang luka dan tertolak, mempersiapkan sang ibu dan keluarga untuk menerima kehadiran anak yang sebelumnya tak diinginkan. Dengan misi mempersatukan ibu dan anak tanpa memandang golongan, ras ataupun agama, Mekar Lestari berusaha untuk memelihara, membesarkan, mendidik dan menyekolahkan anak-anak ini. Mereka ada  di panti karena dititipkan langsung oleh ibunya,kebanyakan dititipkan pihak rumah sakit karena ditinggal setelah dilahirkan. Pengurus panti berusaha dengan berbagai macam cara untuk melacak keberadaan ibu sang anak dan mengupayakan mereka kembali bersama. Beruntunglah mereka yang akhirnya bisa kembali ke pelukan ibu kandungnya, bisa merasakan kasih sayang keluarga yang utuh. Namun ada juga keluarga yang dengan tegas menolak untuk menerima mereka, jiwa tak berdosa yang belum mengerti apa yang terjadi dengan mereka selain menangis ketika lapar, mainannya direbut kawannya, tidak bisa tidur dan kesepian.

Mereka dibentuk dengan sejuta gairah yang menggebu di sudut yang paling dalam, mereka tak pernah minta untuk dilahirkan, mereka butuh kasih sayang seorang ibu, butuh kehangatan keluarga tapi saat mereka ada; kehadirannya mengalami penolakan.

Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau -[Yesaya 49:15]

*Kenangan Natal bersama anak-anak Panti Asuhan Mekar Lestari, BSD - Januari 2011. [oli3ve]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun