Mohon tunggu...
Olive Bendon
Olive Bendon Mohon Tunggu... Administrasi - Travel Blogger

Travel blogger yang senang menceritakan perjalanannya (dan kawan berjalannya) yang berkaitan dengan sejarah, gastronomi, medical tourism, kesehatan mental lewat tulisan. Memiliki hobi fotografi, menonton teater, dan membaca buku. Ikuti juga jejaknya di OBENDON.COM

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Melihat dari Dekat Mausoleum O.G Khouw

24 April 2011   12:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:27 1510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bingung mencari alternatif liburan di Jakarta ? Percaya gak, saya hanya mengeluarkan uang Rp 5,000 untuk membayar ongkos mikrolet pp dari depan rumah menuju tempat wisata yang mungkin agak asing buat umum ini. Berikut adalah catatan perjalan sayasetahun yang lalu ke mausoleum di tengah kota Jakarta yang tak terjamah. Mousoleum ? Di Jakarta ?

**********************************************************

Suatu hari ketika keriuhan metropolitan terasa membosankan, ikuti langkah kaki menuju tempat yg sepi tuk mencari kesenyapan. Kirain bakal sunyi senyap gak tahunya serombongan kurcaci yg sehari-harinya bermain di sekitar makam datang ke mausoleum (=musoleum) dan menjadi teman berbagi cerita hari itu. Kata om Wiki, Mausoleum adalah sebuah bangunan/monumen yang digunakan sebagai kuburan atau makam untuk menyimpan jenasah atau abu jenasah. Kadang di mausoleum Kristen ada juga yg dilengkapi dengan kapel untuk beribadah. Beberapa contoh mausoleum al : Taj Mahal di Agra, India dan mausoleum Lenin di Moskow. [caption id="attachment_104673" align="aligncenter" width="572" caption="Mausoleum OG Khouw berdiri megah di tengah-tengah TPU Petamburan"][/caption] Seblom jauh-jauh ke India or Moskow sana yg tentunya memerlukan banyak biaya, dengan duit lima ribu perak cukuplah untuk mengunjungi mausoleum keluarga Oen Giok Khouw (pp lhooo !!) menempati areal pemakaman tua TPU Petamburan yang dibuka pada 1816. Dalam list mausoleum, makam OG Khouw ini tidak disebut-sebut sementara Astana Giribangun kompleks pemakaman keluarga Cendana termasuk dalam jajaran mausoleum yang ada di kawasan Asia. Lalu, siapa tuh Oen Giok Khouw? Oen Giok Khouw lahir di Batavia 13 Maret 1874 tuan tanah dari dari daerah Tambun yg memiliki perkebunan tebu yg sangat luas. Konon makamnya lebih mewah dari makam milyarder Amerika Rockefeller ckckckckkk. OG Khouw yang meninggal di Ragaz, Swiss pada 1 Juli 1927 membangun makamnya dengan sangat mewah dari marmer hitam Italia dan dibangun oleh Ai Marmi Italiani menghabiskan biaya f. 200.000 (pada jamannya). Khouw dan istrinya Lim Sha Nio (9 Juni 1879 – 18 Agustus 1957) tidak memiliki keturunan, sehingga di makamnya tidak didapati nama keturunannya. [caption id="attachment_104674" align="aligncenter" width="572" caption="Prasasti O.G Khouw"]

1303645542410435771
1303645542410435771
[/caption] [caption id="attachment_104677" align="aligncenter" width="572" caption="Anak-anak menjadikan areal makam sebagai lahan bermain"]
13036458351958959762
13036458351958959762
[/caption] Di bagian bawah makam, terdapat lorong penyimpanan jenazah yg tergenang air dan agak berbau karena banyak sampah di dalamnya sehingga tidak dapat dimasuki. Menurut anak-anak yg saya temui di sekitar makam, di dalamnya terdapat 2 patung satu patung lelaki dan satunya perempuan mengenakan kalung. Yang lebih disayangkan , banyak coret-coretan tangan tak bertanggung jawab di dinding maupun pagar makam. Sebenarnya di pintu masuk bunker terdapat pintu gerbang yg sudah hilang mungkin dicuri oleh orang. Kata seorang bapak yg saya temui di belakang makam, mungkin karena keluarganya tidak ada sehingga tempat ini tidak terawat. Sebulan setelah kunjungan ke sana, ada sekelompok anak muda yang tergabung dalam Komunitas Peduli Mausoleum bersehati untuk melakukan kegiatan bersih-bersih di sekitar makan. Jakarta, satu hari di bulan April 2010

**********************************************************

Bagaimana, anda tertarik untuk berkunjung ke sana ? Saya pribadi berharap semoga tempat ini segera masuk cagar budaya [oli3ve]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun