Mohon tunggu...
Olive Bendon
Olive Bendon Mohon Tunggu... Administrasi - Travel Blogger

Travel blogger yang senang menceritakan perjalanannya (dan kawan berjalannya) yang berkaitan dengan sejarah, gastronomi, medical tourism, kesehatan mental lewat tulisan. Memiliki hobi fotografi, menonton teater, dan membaca buku. Ikuti juga jejaknya di OBENDON.COM

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menikmati Malam di House of Sampoerna Surabaya

28 Maret 2011   09:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:21 1318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berkunjung ke Surabaya tanpa menyempatkan diri untuk menikmai suasana di kota tua rasanya ada yang kurang. Setelah berkali-kali bertandang akhirnya dalam satu kunjungan sehabis menyelesaikan tugas kantor, saya memutuskan untuk menikmati malam di salah satu sudut kota tua. Dari hotel tempat menginap saya meminta sopir taxi untuk mengantarkan ke House of Sampoerna (HOS) tempat dimana bisa menikmati bangunan peninggalan sejarah, koleksi musium sekaligus mengisi perut dan bersantai mendengarkan live music. Pada awalnya sang sopir kurang paham dan ragu dengan tempat yang dituju, dipikirnya daerah sana sepi mana ada tempat untuk bersantai ? Atau jangan-jangan dia pikir nih perempuan mau mencari sesuatu yang lain, hahahaha belum sampai segitunyalah. Saya harus meyakinkannya bahwa kita menuju tempat yang layak dikunjungi umum bukan seperti tempat yang dia bayangkan patokannya dekat Jembatan Merah. Itu berdasarkan informasi yang diperoleh dari sumber-sumber terpercaya sebelum beranjak ke tkp. Belum yakin juga, sopirnya bertanya ke pool minta arahan menuju lokasi sesuai permintaan tamu mungkin dipikirnya aneh.

[caption id="attachment_98664" align="aligncenter" width="300" caption="Museum House of Sampoerna"][/caption] Pk 19.30 saya sampai di depan gerbang disambut bapak satpam yang berlari membawakan payung karena malam itu gerimis memang turun membasahi kota Surabaya. Sebelum taxinya pergi, saya memastikan ke bapak satpam bisa mengorderkan kendaraan untuk membawa saya kembali ke hotel saat malam semakin larut. Menempati bangunan bergaya kolonial yang didirikan pada 1862 dan dibeli oleh Liem Seeng Tee House sang founder Sampoerna pada 1932; di kompleks ini terdapat musium berisi cerita sejarah dan keberhasilan keluarga Sampoerna merintis usahanya dari kecil hingga berkembang pesat seperti saat sekarang.Demi kenyamanan berkunjung, hal paling pertama yang saya tanyakan apakah ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengunjung jika hendak mengambil gambar ? Alangkah senangnya saat petugas di depan pintu menginformasikan pengambilan gambar diperbolehkan dan bebas selama untuk keperluan pribadi dan bukan untuk komersil. Mendapat jawaban yang sangat memuaskan kamera pun diatur ke night mode setelah sebelumnya mengisi dan menandatangani formulir pernyataan. [caption id="attachment_98667" align="aligncenter" width="300" caption="The Café of HOS"]

13013052582075906353
13013052582075906353
[/caption] Malam itu saya berkeliling ditemani Steve mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Surabaya yang kerja paruh waktu di HOS dan cukup informatif menerangkan setiap sudut maupun koleksi yang ada di dalam musium. Selain berisi koleksi peralatan dari jaman baheula sejarah pabrik rokok keluarga Sampoerna, dari lantai 2 (dua) ada dinding kaca untuk melihat langsung suasana pabrik sehari-hari dimana pekerja melinting rokok. Jika berkunjung pada jam kerja pabrik pengunjung bisa ikut mencoba melinting kretek dengan peralatan tradisional bersama mereka. Dikarenakan saya datangnya malam, waktu kerja pabrik juga sudah selesai jadi hanya bisa melihat deretan peralatan pabrik ke hall sambil membayangkan bagaimana rasanya duduk di situ. Tak lupa berjanji dalam hati suatu hari nanti bakal kembali lagi untuk mencoba melinting kretek. Puas berkeliling dan mengambil beberapa gambar di dalam musium, saya mampir ke kios souvenir untuk membeli sebuah kaos yang memang sudah diincar dari Jakarta. Tanpa terasa sejam lebih sudah mengubek-ubek musium, kalau bukan karena perut mulai berontak minta diisi mungkin masih akan berlama-lama di dalam. [caption id="attachment_98669" align="aligncenter" width="300" caption="Live Music at The Café"]
1301305549694369574
1301305549694369574
[/caption] Keluar dari musium, bapak satpam yang ramah menyodorkan payung dan mengajak saya ke sisi kiri gedung untuk melihat koleksi mobil antik keluarga Sampoerna. Ternyata di dalam kompleks ini selain terdapat musium dan pabrik, ada bangunan tinggal keluarga Sampoerna. Saya jadi teringat pengalaman berkunjung ke salah satu museum di Jakarta dan diusir-usir oleh penjaga karena kelamaan memotret, sementara di sini pak satpamnya malah mengajak keliling. Terharu hikss! Sekarang waktunya meluruskan kaki dan menikmati hidangan penghangat tubuh yang menggigil diterpa dingin.Suasana terasa nyaman di dalam cafe yang bergaya art deco ditemani live music, sayangnya saya tidak diperbolehkan mengambil gambar dengan menggunakan kamera besar. Kalau memang aturannya begitu apa boleh buat, dengan kamera henpon pun jadilah. Malam semakin larut, mata mulai lelah, perut telah terisi dan dengan hati senang kaki melangkah menuju taxi yangtelah menunggu di halaman parkir.

Informasi jam operasional HOS bisa diunduh di sini

Sejak Juni 2009 HOS juga meluncurkan program wisata gratis Surabaya Heritage Track (SHT) yaitu tur keliling kota mengunjungi tempat bersejarah dengan menggunakan trem wisata. Untuk jadwal dan rute SHT silahkan diunduh di sini. [olive]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun