Mohon tunggu...
Kay
Kay Mohon Tunggu... -

Sapiosexual

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Genderisasi dalam Pekerjaan

3 Juli 2018   11:16 Diperbarui: 3 Juli 2018   11:29 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai pekerja yang baru pindah dalam bidang usaha dan sektor yang berbeda sekali dalam pekerjaan baru ini, saya harus banyak-banyak menarik nafas dan banyak belajar lagi.

Pekerjaan saya yang terdahulu didalam ruangan dingin, bertemu dengan customer, menyelesaikan semua dalam ruangan ber-AC. Meskipun masih dalam bidang penjualan, pekerjaan saya kali ini harus keluar masuk pabrik, menyetir ke daerah kawasan industri yang memakan waktu 2-4jam sendiri. Ditambah lagi macetnya jalanan, teriknya matahari dan menjadi sales services yang selalu siap menghadapi pertanyaan dan keluhan customer setiap saat. Kadang banyak yang meragukan seseorang yang seperti saya, perempuan dengan penampilan yang menurut mereka tidak biasa, perempuan yang seharusnya bekerja di kantoran atau pergi ke mall ngerumpi dengan perempuan perempuan lainnya mau bekerja sebagai sales kardus.

Pernah suatu kali ketika saya bersama senior berkunjung kesebuah pabrik, orang Quality Controlnya (yang juga perempuan) berkata pada senior saya bahwa saya lebih pantas menjadi seorang sales kecantikan daripada sales kardus karena dia menilai saya terlalu rapi dan cantik sebagai seorang sales kardus. Hahaha... 

Kadang mereka juga sering bertanya bahkan merasa kasihan pada saya karena saya harus mengotong-gotong sample yang harus saya bawa dari tempat kerja ke tempat client atapun sebaliknya.

Adalagi lelucon dari rekan kerja waktu awal masuk yang berkata bahwa saya bekerja buat main-main dan hanya sebagai pengisi waktu luang, ada pula yang berasumsi bahwa saya ga akan tahan dengan pekerjaan yang seharusnya banyak dilakukan oleh laki-laki.

Sulitnya masuk dan membaur dengan rekan kerja yang semuanya laki-laki juga salah satu pemikiran karena mereka merasa bahwa perempuan apalagi saya yang terlihat manja,kekanakan, sulit beradaptasi, dan lain lain sifat yang seperti gadis-gadis kebanyakan akan bisa menyamai pemikiran, ide, dan gaya pergaulan mereka.

Buat saya genderisasi dalam pekerjaan ini menjadi salah satu pengalaman dan pembahasan yang menarik.

Perempuan acapkali di nilai sebagai perempuan lemah, perlu dilindungi, dan sosok yang tidak perlu ditakuti atau dicemaskan padahal secara tak sadar juga bahwa perempuan apalagi menengah kebawah memiliki kehebatan dalam berbagai sektor apalagi khususnya sebagai penghasil uang, ibu sekaligus pekerja, dan yang paling mengesankan buat saya single parent.

Banyak sekali dalam pengelihatan saya bahwa teman-teman saya perempuan memiliki kekuatan finansial dan karir yang jauh daripada pacar atau suami mereka.

Saya sendiri dalam pekerjaan baru saya sebagai "sales kardus" mulai membaur dengan keadaan baru dan menikmati pekerjaan baru saya. Rekan-rekan kerja mulai terbiasa menerima saya bahkan saya menjadi putri-nya mereka apalagi dalam beberapa hal tertentu mereka meminta bantuan saya untuk menemani bertemu customer, atau customer yang awalnya jutek dan susah di temui malah sibuk mencari2 kesempatan. Rekan kerja sayapun sudah tidak lagi memandang sebelah mata dengan adanya saya. Menikmati perbincangan seputar kerjaan, sosial, ideologi, prinsip, bahkan politik.

Berpositif thinking bahwa perempuan seperti saya, ataupun perempuan yang menjadi supir taxi/ojek, perempuan yang bekerja di bagian produksi, pertambangan dimana mindset kebanyakan orang itu adalah pekerjaan laki-laki adalah pekerjaan menantang yang hanya dapat dilakukan oleh super-woman. Dan super-woman itu adalah saya dan kalian perempuan-perempuan hebat lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun