Mohon tunggu...
Black Horse
Black Horse Mohon Tunggu... -

Black Horse; Nomaden, Single Fighter Defence.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jawaban Atas Sebuah Pandangan Terhadap Pendidikan Jihad Ala Amerika

15 Agustus 2011   02:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:46 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebaliknya juga demikian, ketika ada rasa empati kepada mereka yang tertindas, konsekwensinya adalah membenci sang penindas. BUKAN SEBALIKNYA! . . . Sebab tidak mungkin antara benci dan empati disatukan, begitulah kebijakan yang ada dalam diri manusia, benci dan empati adalah proposisi yang mustahil menyatu.

Saudaraku Charles Tobing, terima kasih atas tanggapannya.  Supaya runut, lengkap dan jelas konteks permasalahannya, mula-mula silahkan baca artikelBu Dina disini beserta diskusi didalamnya. Kemudian silahkan baca artikel Saudara saya, Charles Tobing disini.

Berikut ini jawaban saya. . . . yang saya tandai "[]" adalah tanggapan dari Bung Charles, dan tanda "---" tanggapan saya.

[Untuk Black Horse saudaraku, tentu penulis mengakui dan menghargai kesimpulan akademis, apalagi yang sudah diuji secara akademis juga. Hanya saja penggunaannya  sebagai referensi untuk opini pribadi yang mungkin mempengaruhi perilaku atau tindakan orang lain  perlu dilakukan secara bijaksana.]

---Oke saya setuju itu, karena kebijaksanaan adalah standard berfikir dan bertindak. Hanya dengan kebijakasanaan lah seseorang bisa meletakkan kebenaran pada tempatnya. Banyak kebenaran menjadi kabur realitasnya ketika digunakan dengan tidak bijak, dan banyak ditemukan keburukan dan kejahatan menjadi 'panutan' dan digunakan sebagai standar “bijak” karena mengabaikan kebijaksanaan.

[Perihal  buku  ”America’s War on Terrorism” karangan Prof. Michel Chossudovsky, tentu saja bisa dilihat menjadi suatu output dari kegiatan akademik. Seberapa besar obyektivitasnya tentu masih dapat diuji atau didebat  secara akademik  juga. Intinya bukan itu.

Mengacu analogi saudara tentang pandangan dokter, bahkan dokter sekalipun berusaha menyembuhkan atau mencegah penyakit berdasarkan gejala-gejala yang kelihatan. Kemudian gejala-gejala tersebut disimpulkan menjadi diagnosa yang diikuti rekomendasi tindakan berdasarkan pengalaman empiris yang pernah dilakukan untuk mengatasi keluhan pasien. Hasil dari penerapan rekomendasi tersebut divaluasi dalam kurun waktu tertentu. Jika (cenderung) efektif, maka pengobatan dilanjutkan sampai tuntas. Jika tidak, dilakukan kegiatan lain untuk mengetahui sumber penyakitnya.

Intinya adalah  bahkan ilmu kedokteran sendiripun- yang kesimpulan-kesimpulannya relatif lebih permanen atau konsiten dibandingkan ilmu-ilmu sosial - masih memiliki kadar ketidakpastian. Karena itu hasil investigasi dan/atau kajian  akademis maupun  perenungan terhadap sesuatu subyek atau obyek apalagi di bidang sosial adalah sesuatu yang masih dapat diperdebatkan.]

---Permasalahannya bukan pada poin itu, tapi dokter sebagai ahli, memiliki tanggungjawab besar atas keilmuan dan keahlian yang dimilikinya, dan dokter bertanggungjawab penuh atas hasil analisa yang dia lakukan terhadap gejala penyakit plus pencegahan ataupun pengobatannya. Karena itu orang awam dapat mengikuti petunjukanya dengan berpegangan bahwa dokter memiliki tanggungjawab secara ilmiah dihadapan masyarakat.

[Karena itu, dalam konteks ini seharusnya buku itu jangan digunakan sebagai referensi atau menjadi bagian dari kampanye mengenai sebuah dugaan atau hypothesis tentang adanya konspirasi jahat  oleh suatu bangsa terhadap bangsa lain yang dilakukan dengan memberikan pendidikan yang salah mengenai sebuah konsep  yang ada dalam agama terhadap sekelompok umat pemeluk agama tersebut dan akhirnya menggerakkan kelompok tersebut untuk melakukan tindakan yang menciptakan persepsi yang salah terhadap agama itu sendiri.  Sekali lagi,  karena kebenaran dugaan tersebut masih sangat di perdebatkan.]

---Malah sebaliknya, buku tersebut dapat menjadi referensi, karena ditulis oleh seorang ahli, yang tentunya penulis buku tersebut melalui referensi-referansi yang dapat dipertanggungjawabkan, dan begitu juga dengan analisa serta ketetapan yang dibuatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun