Mohon tunggu...
Black Horse
Black Horse Mohon Tunggu... -

Black Horse; Nomaden, Single Fighter Defence.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jawaban Atas Sebuah Pandangan Terhadap Pendidikan Jihad Ala Amerika

15 Agustus 2011   02:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:46 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

---Kalau boleh saya katakan, pendapat : [Dalam konteks yang menyangkut permasalahan antara AS dan Islam, penulis melihat bahwa sebenarnya tidak ada kaitan Islam dalam permasalahan yang ada.] sangat bertentangan dengan referensi yang ada . . .coba baca lagi tentang terbentuknya Taliban atau al Qaida, misalnya. Siapa yang membuat? Melatih dan menggerakkannya? Kalau Hillary Clinton mengakui bahwa AS ada dibelakang pembentukan Taliban, kenapa Anda menolaknya? Padahal kalau saja Anda mengetahui mulai dari kata Taliban, dan idiologi yang diusung dan personal yang aktif dan diaktifkan oleh AS disana, semuanya menyangkut dengan Islam . . .?! Bagaimana Anda akan mencoba menutupi ini semua???

[Masalah yang terjadi di dunia sekarang ini sebenarnya adalah akibat dorongan alami yang sejak jaman purba telah ada pada manusia yaitu kompetisi untuk mempertahankan hidup dan melanjutkan keberadaan spesies dan kelompoknya. Dalam persaingan itu kemudian muncul seseorang atau satu kelompok yang lebih dominan yang utamanya didapatkan dari keunggulan fisik, pengetahuan dan teknologi.]

---Sekali lagi, apakah Anda akan mengatakan bahwa AS sudah menjadi kekuatan hegemoni dengan mentalitas masyarakat purba yang hendak menguasai manusia yang lain?.

[Individu atau kelompok yang lebih lemah kemudian berusaha meningkatkan daya saingnya dengan mengajak individu atau kelompok lain untuk membuat kelompok yang setara atau lebih kuat dari kompetitornya. Dalam rangka  membujuk orang atau kelompok lain untuk memberikan dukungan maka dilekatkanlah berbagai macam atribut pada kelompok tersebut termasuk ras dan agama sebagai unsur pengait.]

---Analisa saya, Anda sedang menulis dengan bahasa terbalik, dimana kekuatan hegemoni sebagai kekuatan dominan yang berkuasa dan hendak menutupi kekuasaanya dengan atas nama kebijakan kemudian memaksa semua orang dan kelompok lain supaya mengikuti semua jejak dan ketetapannya, dan kalau ada yang keluar dari garis yang ditetapkan oleh AS, maka mereka akan disebut sebagai ekstrimis atau teroris . . Bukan begitu bung Charles?!

[Tidak ada satu orang atau kelompok, termasuk penulis, yang menyukai dominasi atau orang atau kelompok lain. Fakta dalam kehidupan tidak begitu. Dominasi pasti terjadi, entah dalam bentuk fisik, pengetahuan dan ekonomi.  Akan selalu ada kesenjangan. Untuk mengurangi tingkat kesenjangan itu cara satu-satunya adalah melalui  memperkuat diri dalam bidang-bidang yang tidak atau kurang bersaing.]

---Kalau begitu, maka seharusnya tidak ada umat yang menyukai AS yang secara terus menerus berusaha menegakkan dominsi “ke-super-an”nya dan selalu mendesak negara-negara lemah atau yang sudah dilemahkan. Maka tidak mengherankan jika banyak orang menjadi pion mendukung buta atas semua kebijakan AS, tapi Anda jangan salah, memang ada sebagaian yang hanya memilih untuk diam, dan sebagaian berusaha untuk melawan . . . dengan cara apapun termasuk PERLAWANAN dengan cara menulis!.

[Empati terhadap seseorang atau lebih  seharusnya dilakukan tanpa melihat atribut yang melekat pada orang tersebut.  Penulis berempati terhadap korban perang di Palestina. Penulis berempati terhadap semua korban perang di Libya baik yang pro maupun anti Gadaffy. Penulis berempati terhadap anak-anak yang kelaparan di Somalia. Empati tersebut tanpa memperdulikan apa ras dan agamanya.]

---Sebaliknya juga demikian, ketika ada rasa empati kepada mereka yang tertindas, konsekwensinya adalah membenci sang penindas. BUKAN SEBALIKNYA! . . . Sebab tidak mungkin antara benci dan empati disatukan, begitulah kebijakan yang ada dalam diri manusia, benci dan empati adalah proposisi yang mustahil menyatu.

[Contoh lain, mari kita dukung kemerdekaan Palestina. Dukungan itu bukan karena mereka mayoritas Islam, tetapi karena eksistensi dan kemerdekaan adalah hak semua bangsa.

Ibu Dina yang baik , penulis terdorong menanggapi tulisan ibu karena tidak ingin tulisan ibu ini untuk secara langsung atau tidak langsung  menjadi pendorong bagi orang-orang yang salah memahaminya terhadap melakukan aksi-aksi yang ibu sebut jihad ala Amerika.]

---Sayang sekali, jika Anda harus mengkhawatirkan tulisan Bu Dina. Sebab semustinya statmen Anda itu diperjelas, siapa yang harus disalahkan atas kesalahan objektif ilmiah yang membuat permasalahan, sehingga kesalahan objek kebencian tidak jatuh pada titik yang salah. Hukum yang benar adalah sebuah ketetapan yang harus dijadikan landasan penegakan hukum, dan tidak serta merta menghukumi orang dengan UJUG-UJUG salah. Dan semustinya pula, tulisan bu Dina didukung untuk membawa masyarakat melihat konteks masalah secara benar, apa adanya dan ala kadarnya demi penghukuman secara objektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun