*) Proses reward dan punishment penerapan standar. Setiap orang yang menerapkan standar harus mendapatkan penghargaan (recognition) dan setiap yang tidak menerapkan harus mendapatkan hukuman, disemua level dari mulai karyawan level terendah hingga pimpinan puncak RS.Â
Begitu banyak teori yang bisa menjelaskan hal ini, tetapi jika manajemen RS tidak menerapkan hal ini maka kegagalan menerapkan standar dalam seluruh proses di dalam RS akan sangat sulit terlaksana dan bahkan bukan tidak mungkin menuju kegagalan. Pembiaran ketidaktaantan akan standar akan diterjemahkan oleh karyawan bahwa prosedur tidak penting.Â
*) Otonomi profesi. RS memiliki begitu banyak profesi yang otonominya akan merasa dikekang otonomi profesinya karena keberadaan standar. Alasan bahwa setiap pasien unik dan perlu di treat berbeda sangat tidak relevan dengan perkembangan pengetahun dan teknologi saat ini.Â
Keseimbangan antara kepentingan pasien dan otonomi profesi harus dititiktemukan dalam standar yang mengakomodir keduanya. Profesi yang output dan outcome layanannnya semakin terukur akan menjadi pilihan masyarakat. Ditengah kompetisi layanan kesehatan hal ini menjadi keniscayaan.
*) Pelatihan yang tidak adekuat. SDM perlu disiapkan dengan memadai agar mampu untuk menerapkan standar. Proses-proses pelatihan/pendidikan terstruktur, atau tidak terstruktur (coaching) harus dikembangkan jika seluruh SDM RS diharapkan mampu dan siap menerapkan standar yang telah ditetapkan.
[caption caption="Source: Twitter RSUD R. Syamsudin SH"]
Masih banyak lagi hal-hal yang bisa melatarbelakangi kegagalan penerapan standar di RS. Beberapa penyebab bisa berbeda dan sangat spesifik disatu RS, akan tetapi secara umum bisa disebabkan hal-hal yang telah dijelaskan diatas. Identifikasi penyebab akan sangat menolong untuk memperbaiki langkah-langkah penerapan standar hingga menjadi bagian tak terpisahkan dalam seluruh proses di dalam setiap pelayanan RS.Â
Sebagai penutup, sama seperti semua teori atau konsep perubahan dan sejarah perubahan, perubahan-dalam hal ini menerapkan standar- harus dimulai dari para pemimpin (leaders). Pemimpin harus jadi inspirator, role model, pendorong (supporter) dalam implementasi standar. Bagaimana menilai pemimpin???? cukup lihat bagaimana para karyawannya memberikan layanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H