Setiap orang pasti pernah melewati fase menyerah terhadap dirinya sendiri. Lelah memperjuangkan mimpi, mudah menyerah pada tantangan dan sebagainya. Namun pertanyaan yang muncul adalah mengapa dengan mudahnya kita menyerah? Apa yang membuat kita menyerah? Ternyata semuanya terjawab dengan satu, yaitu Self-Concepts atau konsep diri. Konsep diri yang kita miliki ternyata berpengaruh tentang kenyataan atau realitas itu sendiri. Banyak pendapat mengatakan saat orang berkata bodoh maka orang itu pada kenyataannya akan menjadi bodoh. Atau pada saat orang meyakini dirinya pintar maka pada kenyataanya orang itu akan menjadi pintar.
William D. Brooks mendefinisikan konsep diri sebagai “those physical, social and psychological perception of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with others”. Jadi, konsep diri adalah pandangan dan perasan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial dan fisik. Jadi konsep diri adalah persepsi atau pandangan yang kita miliki. Konsep diri tidak dibawa sejak lahir tetapi secara bertahap sedikit demi sedikit tumbuh sejalan dengan berkembangnya kemampuan persepsi individu. Konsep diri manusia terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seseorang dari kecil hingga dewasa
Pada buku 7 habits of highly effective people karangan Stephen R. Covey, kebiasaan pertama yang mendasari seluruh kebiasaan lainnya adalah kebiasaan proaktif. Saat manusia diberikan stimulus berespon jelas. Misalnya jika anda dikatakan bodoh maka akan sedih. Jika anda baru mengalami kegagalan maka anda menyerah dan sebagainya. orang yang bersifat proaktif adalah orang yang memiliki kekuatan atau power untuk mengendalikan masalah atau stimulus tadi. Sehingga mereka tidak terpengaruh akan kejadian yang menimpanya.
Karena setiap manusia hidup di lingkungan.Maka lingkungan itu memiliki peranan yang besar dalam pembentukan setiap persepsi masing masing individu. Semua yang masuk dari lingkungan ini seringkali tidak tersaring mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang positif ataupun mana yang negatif. Karena hal yang tidak tersaring inilah kita sering tidak bisa membedakan mana yang menguntungkan untuk kita atau mana yang merugikan untuk kita. Oleh karena itu kita berperan dalam memfilter untuk mengambil hal yang baik dalam kehidupan kita dengan cara proaktif.
Intinya dari segala hal yang telah saya jabarkan diatas adalah dengan bersikap proaktif secara terus – menerus dan menyaring hal yang negatif maka kita membiasakan diri berpandangan secara positif pada kehidupan, dan membentuk persepsi yang baik pada diri kita. Jika persepsi itu terus-menurus baik maka kita akan membentuk konsep diri yang baik pula. Orang yang memiliki konsep diri yang baik terhadap dirinya akan lebih dapat mengharagai dirinya sendiri. Pandangan terhadap kegagalan yang dialaminya bukan lah sebuah kesialan melainkan sebuah pengalaman. Ejekan mengenai dirinya bukanlah sebuah cacian yang menyedihkan melainkan sebuah angin lalu yang berhembus.
Perlu diingat bahwa jangan terlalu over-confident atau terlalu percaya diri dalam membentuk konsep diri. Kita tetap butuh penilaian orang lain. Hal paling mudah untuk belajar membentuk konsep diri dengan mengikuti 4 area yang diperkenalkan Johari Windows yaitu public area ( saya tau, orang lain tau) ; hidden area ( saya tau, orang lain tidak tau) ; Blind Area ( saya tidak tau, orang lain tau), dan terakhir unconsciousness area ( saya dan orang lain tidak tau.) penilaian orang lain penting supaya kita dapat mengenal diri kita lebih mendalam. Apakah pernyataan orang lain itu benar atau salah, apakah sikap kita sudah baik atau ada yang harus diperbaiki dan sebagainya.
"You are what you think. Simply , hapiness does not depend on what you have or who you are. It solely relies on what you think."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H