Sebelumnya saya tidak pernah kepikiran untuk ke Starbucks, hanya sekedar tahu, dan niat untuk membelinya pun tidak ada.
Hingga suatu saat teman saya mengajak saya ketemu di sana, istilah kekiniannya "ngopi."
Iya, akhirnya, saya ke Starbucks.Â
Kesan pertama saya, kok mahal banget, ya?
Waktu itu saya membeli segelas ice chocolate ukuran tall, dimana tall itu ukuran paling kecil, dengan harganya yang 43K saja.
Sejak saat itu, setiap saya diajak ke Starbucks saya tidak pernah membeli apa-apa, bahkan saya membeli minuman diluar Starbucks untuk diminum di Starbucks.
***
Waktu pun berjalan sesuai takdirnya, sampai sekitar 2 tahun yang lalu, saya menjadi salah satu loyal customernya Starbucks.
Karena salah satu teman ikrib saya selalu mengajak saya ke Starbucks, sampai saya menjadi suka membeli Starbucks card khusus nama kota di Indonesia.
Dan, sayapun tidak ketinggalan untuk menjadi bagian dari manusia-manusia kekinian yang mengoleksi tumbler Starbucks yang bertuliskan nama kota, ataupun nama negara.
Arus kekinian yang selalu berjalan membuat Starbucks semakin banyak lawannya, mungkin sebenarnya dari dulu, tapi sayangnya coffee shop yang saya tahu hanya Dunkin Donuts, J.CO, dan Starbucks tentunya. Meski dua nama coffee shop lainnya itu lebih dikenal dengan toko donut dibandingkan coffee shop. Lawan dari Starbucks ini, bukan hanya menjanjikan rasa minuman yang enak, tapi tempat yang enak juga tentunya. Istilah anak kekinian adalah Instagramable.