Sudah 6 bulan saya tinggal di Sumbawa, namun baru kemarin untuk pertama kalinya saya mengunjungi perpustaakan yang lokasinya berada di tengah kota. Perpustakaan yang berada di pinggir jalan ini memiliki gaya bangunan yang cukup modern dengan dominasi warna biru.
      Saya memasuki ruangan  dan sengaja mencari tempat duduk bergaya labirin agar saya bisa lebih fokus dalam membaca. Saya melihat sekeliling dan tampaknya saya adalah satu-satunya pengunjung siang itu karena mungkin bertepatan dengan hari aktif. Saya memutari rak-rak buku dan selintas melihat koleksi bukunya cukup beragam. Akhirnya saya berhenti di segmen pendidikan dan tertarik dengan buku berjudul "Pos Modernisme, Telaah Kritis Pemikiran Tokoh Pendidikan".
      Saya bukan lulusan ilmu pendidikan, karena itu saya berkonsentrasi penuh dengan istilah-istilah yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Dan selama saya membaca, pikiran saya telah menggarisbawahi istilah baru, Intelektual Organik.
Purifikasi Pendidikan
      Pemikiran praktis saya bahwa ujung tujuan pendidikan adalah untuk mendapatkan pekerjan yang layak demi baiknya kehidupan di masa depan sepertinya bertentangan dengan pemikiran kritis para tokoh-tokoh pendidikan. Dari buku tersebut saya berkesimpulan bahwa para tokoh pemikir tersebut menghendaki pemurnian atau purifikasi makna pendidikan, sehingga pendidikan memiliki fitrahnya sendiri untuk tidak disetir menjauhi esensinya.
      "Kehidupan publik seperti apa yang hendak diberikan oleh dunia pendidikan?" merupakan pertanyaan dari seorang tokoh yang mengharapkan bahwa justru kehidupan politik dan budaya bisa dibentuk dari pengaruh dunia pendidikan. Namun kenyataan yang terjadi adalah berbaliknya pertanyaan menjadi "Pendidikan seperti apa yang hendak dibentuk oleh pasar?" yang diartikan bahwa justru pasarlah yang memberikan pengaruh pada pendidikan.
       Ideologi pendidikan bersifat etis humanisme untuk mewujudkan manusia dengan pribadi akademisi yang kritis, aktif dan bertanggungjawab akhirnya terbentur dengan ideologi pasar bernilai korporasi yang pragmatis sehingga membentuk pribadi yang materialistis. Inilah yang menyebabkan pendidikan kehilangan sebagian maknanya karena harus mengalah demi kebutuhan pasar atau publik yang biasanya sarat kepentingan.
Individu Berintelektual Organik
      Idealisme pendidikan adalah tentang pengembangan intelektual dan moralitas yang mana prosesnya lebih bersifat dialog dan bukan sekedar ajang transmisi dengan paksaan dalam penerapan ilmu pengetahuan. Pendidikan tidak hanya sekedar menghafal tetapi memahami prinsip yang mendasari, tidak hanya sebagai pendengar pasif tapi juga sebagai pembicara aktif serta meyakini bahwa setiap individu memiliki potensinya tersendiri untuk dikembangkan bukan hanya dipendam atau ditiadakan hanya karena tidak sesuai dengan kurikulum.
      Penyelenggara pendidikan diharapkan kuat dalam memegang prinsip yang sesuai dengan esensi pendidikan agar dapat mewujudkan terbentuknya individual berintelektual yang tidak hanya sekedar paham teori semata atau yang diistilahkan sebagai intelektual tradisional namun menumbuhkan karakter individu berintelektual organik yang mampu mengaplikasikan teori  dan terlibat dalam kehidupan sosial sehingga mampu berkontribusi dalam perubahan sosial.
Pendidikan Formal di Sekolah bukan Sumber Mutlak Pendidikan