Mohon tunggu...
Sekar Okvita
Sekar Okvita Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Sedang Menempuh Study

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ikhwanul Muslimin: Inspirasi Pemberdayaan Masyarakat Marginal di Pemilu Indonesia

15 Desember 2024   10:15 Diperbarui: 15 Desember 2024   10:03 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilu bukan hanya milik elit, tetapi juga hak masyarakat marginal. Bagaimana mereka bisa berdaya dan tidak menjadi korban politik uang? Ikhwanul Muslimin, gerakan politik Islam yang telah mengakar, menawarkan pendekatan unik untuk memberdayakan mereka melalui pendidikan politik, kemandirian ekonomi, dan teknologi. Simak inspirasi pemberdayaan ini untuk demokrasi Indonesia.

Pemilu seharusnya menjadi cerminan aspirasi seluruh masyarakat, termasuk mereka yang berada di kelompok marginal. Namun, kenyataan sering kali menunjukkan ketimpangan. Masyarakat marginal di Indonesia, dengan segala keterbatasan ekonomi dan akses informasi, kerap menjadi sasaran politik uang dan terpinggirkan dalam proses demokrasi yang ideal. Ketimpangan akses informasi di wilayah pedesaan membuat mereka tertinggal, terisolasi, dan sering kali dilupakan. Rendahnya pendidikan politik dan pengaruh negatif dari media sosial yang menyebarkan informasi palsu semakin memperburuk keadaan ini.

Dalam menghadapi tantangan ini, pelajaran dapat diambil dari Ikhwanul Muslimin, sebuah gerakan Islam yang telah berhasil memberdayakan masyarakat marginal melalui pendekatan sistematis dan inklusif. Gerakan ini menunjukkan bahwa pendidikan politik, kemandirian ekonomi, dan teknologi dapat menjadi alat yang efektif untuk memperkuat peran masyarakat marginal dalam demokrasi.

Ikhwanul Muslimin memprioritaskan pendidikan politik sebagai langkah awal pemberdayaan. Dengan memberikan kesadaran tentang pentingnya memilih pemimpin yang adil dan bertanggung jawab, mereka membantu masyarakat memahami esensi dari sebuah pemilu yang bersih. Di Indonesia, masjid dan komunitas lokal dapat memainkan peran serupa, misalnya dengan mengadakan kajian tematik tentang bahaya politik uang dan pentingnya kejujuran dalam proses pemilu.

Kemandirian ekonomi juga menjadi fondasi penting. Dengan memanfaatkan zakat, wakaf, dan koperasi, Ikhwanul Muslimin mendukung masyarakat marginal untuk menciptakan sumber penghasilan yang mandiri. Langkah ini relevan untuk diterapkan di Indonesia melalui program koperasi berbasis syariah atau zakat produktif. Stabilitas ekonomi memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemilu tanpa tergoda oleh bantuan politik yang bersifat transaksional.

Selain itu, teknologi modern memberikan peluang baru untuk edukasi politik. Ikhwanul Muslimin memanfaatkan media modern untuk menjangkau masyarakat yang terisolasi secara geografis. Di Indonesia, media sosial seperti TikTok, Instagram, atau YouTube dapat menjadi platform yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan penting terkait hak pilih dan pemilu bersih kepada generasi muda di masyarakat marginal.

Masyarakat marginal tidak boleh hanya dipandang sebagai korban, tetapi juga agen perubahan. Dengan mengadopsi pendekatan pendidikan, kemandirian ekonomi, dan akses teknologi, pemilu di Indonesia dapat menjadi lebih substansial. Kerja sama antara pemerintah, komunitas agama, dan lembaga pendidikan sangat diperlukan untuk memastikan pemberdayaan masyarakat marginal sehingga mereka dapat memilih pemimpin yang adil tanpa tekanan atau manipulasi.

Bagaimana pendapat Anda tentang pendekatan Ikhwanul Muslimin ini? Apakah solusi mereka bisa diterapkan untuk memperkuat demokrasi Indonesia? Diskusikan di kolom komentar dan bagikan artikel ini untuk membuka diskusi lebih luas!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun