Mohon tunggu...
Okvian Mustofa
Okvian Mustofa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Cum Laude Hunter, Suka Kopi, dan Skate

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sisi Polarisasi Pesta Demokrasi

24 April 2024   00:02 Diperbarui: 24 April 2024   00:11 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pemilu  khususnya pemilahan presiden dan wakil presiden memang selalu saja menarik, terdapat banyak intrik dan kontroversi yang memeriahkan pilpres khusus nya pada periode ini yang mana baru saja usai.

Pemilu merupakan agenda penting untuk memilih pemimpin kita kedepan dan memikul dan membawa harapan baru bangsa untuk kedepanya. Namun disini saya tidak akan membahas langusng isu isu tersebut melainkan impact dari pemilu terhadap aspek sosial ekonomi. Perlu diketahui bahwa ini merupakan opini pribadi saya dan tidak ada intervensi dari pihak manapun.

Seperti yang kita tahu tahun tahun pemilu merupakan tahun tahun yang sensitif. warna baju yang kalian pakai pada saat memasuki tahun tahun pemilu bukanlah warna biasa melainkan merujuk pada warna partai atau paslon tertentu.  

hal ini juga berlaku pada fashion item tertentu yang menjadi identitas suatu paslon dan ini akan menimbulkan perpespsi masyarakat akan keberpihakan pada salah satu paslon. Hal ini menyebabkan konflik yang tak terhindarkan. Bisa saja dalam satu keluarga yang memiliki pilihan masing masing bertikai atas perbedaan pilihan tersebut. Oleh karena ini, hal ini akan menimbulkan perpecahan pada lingkup yang skala nya kecil maupun yang lebih luas.

Hal seperti ini mamang sudah biasa terjadi jika mendekati tahun tahun pemilu atau setelah pemilu di selenggarakan dan belum mendapatkan hasil pemilu secara resmi. 

Akan tetapi pada konteks khusus pemilu pilpres dan wapres kali akan sedikit berbeda karena masyarakat sangat  condong terhadap paslon tertentu dan fanatik akan hal itu. Apalagi untuk pilpres dan wapres edisi kali ini diwarnai dengan berbagai kontroversi dan sampai saat ini masih berlanjut di Mahkamah Konstitusi.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Menurut pandangan saya, hal ini bisa saja terjadi karena pendekatan kampanye dari paslon itu sendiri. Pendekatan yabng dimaksud disini adalah pendekatan kampanye yang menarget atau memilih kelompok atau golonga tertentu sebagai sarana untuk berkampanye dan sekaligus mendapatkan suara. 

Strategi kampanye seperti ini sebenernya sudah umum digunakan, tapi jika cara penyampaian dari para kader partai yang mengusung paslon terlalu persuasif maka konflik perpercahan yang skala nya lebih luas pun bisa terjadi. Hal ini juga diakarenakan banyak dari masyarakat kita yang tidak melek politik, mereka cenderung menelan informasi mentah mentah.  

Dari 2 faktor di atas bisa disimpulkan bahwa perpecahan dalam pemilu ini memang tak terelakan dengan fakta bahwa pendekatan dan eksekusi dari kampanye paslon merujuk pada kelompok, golongan bahkan pada agama tertentu tak terlakan serta berbagai macam konflik yang terjadi pada pilpres kali ini menambah keruh permasalahan tersebut. 

Sebagai ujung tombak dari masa depan bangsa , pada saat memasuki tahun pemilu kita harus menyaring dan memastikan sumber informasi yang kita dapat apalagi soal informasi yang berkaitan dengan pemilu dan hendaknya termakan oleh propaganda dan berita palsu dari pihak yang tidak bertanggung jawab. 

Mencoba memahami dan melihat dari sudut pandang yang lain serta menghargai pendapat dan pilihan orang lain demi berjalanya pesta demokrasi yang sehat. Bukankah indah jika kita berjalan beriringan dengan perbedaan pilihan demi masa depan negeri?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun